Tidak diizinkan ikut

Masih dalam perjalanan, Yilan masih lelap dengan tidurnya meski dalam perjalanan. Berbeda dengan lelaki yang ada di sebelahnya, ia masih terjaga dari kesadarannya.

Cukup lama menempuh perjalanan yang memakan waktu berjam-jam lamanya, tidak terasa juga sebentar lagi akan sampai di daerah yang di tuju, yakni daerah Serdadu.

Senyum mengembang terlihat lewat sudut bibirnya, harapan kepulangannya yaitu untuk melamar kekasihnya dan menikahinya.

'Maafkan aku, Alia. Aku tidak memberi tahu kamu jika hari ini aku pulang, karena sebuah kejutan untukmu. Sekarang aku udah punya pekerjaan, dan siap untuk menikahi kamu sesuai permintaan kedua orang tuamu. Aku akan menikahi kamu setelah aku punya pekerjaan, dan akan membawa kamu ke kota. Aku siapkan rumah, buku tabungan, dan juga mobil.' Batinnya yang sudah tidak sabar untuk bertemu dan memberi kejutan kepada kekasihnya.

Yilan yang udah bangun dari tidurnya, merasa aneh ketika melihat lelaki yang ada di sebelahnya itu tengah senyum-senyum sendiri tak jelas.

Dengan sengaja, Yilan melambaikan tangannya tepat di wajah lelaki itu. Kemudian, Yilan tak lupa juga mengecek keningnya.

Saat itu juga, lelaki tersebut langsung menyambar tangan Yilan yang masih menempel di keningnya. Pastinya terseyum melebar agar tidak kena marah, pikirnya.

"Kenapa dengan tanganmu ini, ha? mau ngajak berantem denganku?"

Yilan langsung nyengir.

"Habisnya kamu itu senyum-senyum sendiri macam orang tak waras saja kamu." Jawab Yilan sambil melepaskan tangannya.

Semakin memberontak, justru semakin kuat tangannya Yilan dicengkeram.

"Lepasin dong, tangan aku ini." Rengek Yilan sambil meringis nahan sakit di pergelangan tangannya.

Saat itu pun, tangannya Yilan dilepaskan.

"Jangan kamu ulangi lagi, paham. Awas saja kalau kamu bikin gaduh."

"Ya deh, iya, maaf. Makanya kalau mau ngecek kewarasan itu ditutupin, orang ngira juga sama kek aku." Ucap Yilan sambil memegangi pergelangan tangannya yang terasa lumayan sakit.

Lelaki itu pun langsung menoleh ke Yilan.

"Udah ngomongnya? kalau udah, mendingan kamu diam, atau gak tidur lagi aja biar gak bikin orang lain kesal." Katanya dan kedua tangannya lang menyilang di dada bidangnya.

Yilan sendiri memilih untuk menyibukkan diri dengan ponselnya agar tidak bertambah jenuh. Bahkan, dirinya pun tida peduli entah kemana tempat yang akan dituju.

Saat itu juga, mobil yang ditumpanginya tengah masuk ke area terminal Bus. Sedangkan Yilan tidak begitu memperhatikan dan sibuk dengan ponselnya.

Seketika, ia tersadar saat di dalam mobil sudah tidak lelaki yang duduk di sebelahnya, semua sudah pada turun dan tersisa beberapa orang saja yang tengah mengantri untuk turun.

"Mam_pus Gue, cowok tadi kemana dianya, aih!" Gerutu Yilan saat kehilangan lelaki yang tengah duduk disebelahnya.

Karena harus mengantri, Yilan dengan terpaksa harus turun paling akhir.

"Woi! dimana kamu?"

Yilan terus memanggil saat turun dari mobil sambil celingukan, tentu saja dihantui dengan perasaan takut.

"Bo_doh sekali aku ini, aih!"

Karena perasaan takut, Yilan terus mencari keberadaan lelaki yang duduk di sebelahnya.

BRUG!

"Aw! maaf, aku gak sengaja."

Bagai mendapat durian runtuh ketika dirinya harus menabrak laki-laki yang sedang dicarinya.

"Benar katamu, kita ini berjodoh. Ternyata jodoh itu tidak akan kemana, benarkah? benar sekali, karena kita ternyata dipertemukan lagi. Eh! ngomong apa tadi aku, ngaco sekali akunya." Ucap Yilan asal bicara dihadapan lelaki yang dicarinya, dan tak lupa nyengir.

"Kamu ngapain lagi ngikutin aku? ha. Jangan bilang kalau kamu memintaku untuk mengantarkan kamu ke tempat tujuanmu."

Yilan tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Enggak, aku gak minta di antar ke tempat tujuanku. Soalnya aku-"

"Soalnya apa lagi? gak punya uang? minta berapa?"

Yilan lagi-lagi menggelengkan kepalanya.

"Soalnya aku mau ikut ke rumah kamu, aku mau tinggal di rumah kamu. Jadi, kamu tidak perlu mengantarkan aku ke tempat tujuan, karena aku gak punya tujuan."

Lelaki itu pun melotot.

"Apa! kamu bilang apa tadi? mau ikut ke rumahku? mau tinggal di rumahku?"

Yilan mengangguk dan tersenyum.

"Ya, aku mau ikut kamu dan juga tinggal di rumah kamu, titik." Jawab Yilan dengan terang-terangan.

"Kamu pikir, kamu itu siapanya aku? ha. Istri bukan, saudara juga bukan."

"Menikah, nanti aku jadi istrimu." Jawab Yilan yang kedengaran begitu konyol dan asal bicara.

Saat itu juga, kening Yilan kembali di dorong lewat jari telunjuk lelaki tersebut, dan hampir saja jatuh.

"Aw! sakit, tau." Pekik Yilan sambil memasang muka cemberut.

Lelaki itu segera pergi dari hadapannya Yilan tanpa menjawabnya lagi. Sedangkan Yilan berkacak pinggang dan mendekus kesal.

Tidak ada pilihan lain, Yilan kembali mengejarnya dengan napasnya yang terengah-engah.

"Woi! tungguin aku!" teriak Yilan sambil mengejar.

Lelaki yang dikejar oleh Yilan, pun tidak menanggapinya. Dirinya terus berjalan mencari ojek untuk mengantarkannya sampai di rumah.

"Permisi, Pak."

"Ya, Nak, silakan." Jawab bapak supir mobil travel yang tengah duduk sambil menunggu orderan.

"Bisa antar saya ke desa Sejadi tidak, Pak?"

"Bisa, tapi ongkosnya lumayan, gimana?"

"Boleh, berapapun akan saya bayar, Pak."

"Ya udah, sini kopernya saya masukan ke bagasi mobil." Ucap pak supir sambil meraih koper miliknya lelaki tersebut.

Merasa lega karena sebentar lagi sampai rumah, semangat membara untuk bertemu kekasihnya pun sudah tidak sabar.

"Woi! tunggu! jangan tinggalin aku." Teriak Yilan yang tengah berlari karena takut ketinggalan.

Pak supir yang baru saja nutup bagasi, pun menoleh kebelakang dan melihat Yilan berlari.

Yilan yang napasnya masih terengah-engah, ia mencoba untuk mengaturnya agar sedikit mereda.

"Aku ikut, aku ikut kamu, plis. Aku gak punya siapa-siapa selain dirimu. Aku mohon, izinkan aku ikut denganmu." Ucap Yilan dengan napasnya yang tersengal, dan tak lupa mengatupkan kedua tangannya seraya memohon.

Lelaki itu pun berjongkok.

"Sebenarnya tujuan kamu itu mau kemana? apakah kamu salah satu bagian dari komplotan?"

Yilan menggelengkan kepalanya.

"Aku kabur dari rumah. Aku tidak mau dijodohkan, makanya aku kabur yang jauh biar keluargaku tidak menemukan aku, titik. Aku mohon sama kamu, terimalah aku untuk ikut kamu ke kampung halamanmu. Aku akan bayar semuanya, anggap saja rumah kamu tempat penginapan. Apakah kamu tega jika aku dibawa kabur oleh orang jahat? tolong aku." Jawab Yilan sambil menunduk, penuh harap jika dirinya akan mendapatkan izin untuk ikut pulang ke rumahnya.

Disangka Yilan tengah berakting, dirinya pun malas untuk menanggapinya. Karena tidak ingin berlama-lama berada di terminal, ia langsung bangkit, dan pergi dari hadapannya Yilan. Kemudian, masuk kedalam mobil.

Yilan yang masih duduk dilantai, hanya memandangi mobil yang tengah melaju semakin jauh. Terasa berat untuk bangkit, juga tidak tahu harus pergi kemana, Yilan memilih diam di tengah-tengah banyaknya orang yang lalu lalang berjalan ke sana dan kemari.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!