Tiba-tiba teringat kepada Yilan, yakni perempuan yang ia tinggal. Rasa khawatir dan takut terjadi sesuatu padanya, akhirnya memilih untuk kembali ke terminal.
"Pak supir. Tolong putar balik, dan kembali ke terminal." Pintanya untuk kembali ke terminal bus.
"Baik, Nak." Jawab pak supir yang langsung putar balik menuju terminal.
"Terima kasih banyak, Pak." Ucapnya yang merasa lega.
"Kamu beruntung, soalnya cuma kamu penumpangnya. Kalau banyak penumpang, Bapak tidak berani putar balik." Kata pak supir sambil mengendarai mobilnya.
Yilan yang masih duduk di lantai, dihampiri dua lelaki yang terlihat menyeramkan dari segi penampilan.
"Mau kemana kamu, cantik? Kok, sepertinya tertinggal. Ikut abang aja yuk, aman."
Yilan langsung ketakutan dan memegangi tas gendongnya dengan sangat erat. Takut barang berharganya di rampas oleh dua lelaki yang ada di depannya.
"Minggir! jangan ganggu saya, pergi kalian."
"Jangan galak-galak dong, cantik. Kami berdua tidak jahat, jangan takut gitu dong. Ayo, abang antar kamu ke tempat pencarian anggota keluarga yang hilang." Ucapnya sembari menggoda, tak lupa untuk memegangi dagunya Yilan.
Saat itu juga, tangan laki-laki tersebut langsung di sambar oleh lelaki yang satu mobil Bis dengan Yilan. Tangannya pun langsung dicengkeram kuat olehnya.
"Jangan mengganggu istriku, pergi kalian berdua. Beraninya dengan perempuan! pergi sekarang juga." Ucapnya dan langsung mendorongnya hingga terpental, namun tidak sampai karena temannya menahan tubuhnya.
"Wow! mau jadi jagoan kamu ya. Sini kita adu kehebatan. Aku atau kamu yang akan kalah." Jawabnya yang langsung menantang.
"Siapa takut. Tapi tidak untuk di dalam area terminal ini. Ayo, aku hadapi kalian berdua di luaran sana." Ucapnya yang menerima tantangan dari kedua preman.
"Ayo! siapa takut." Jawabnya menantang.
Yilan mendekatinya.
"Kenapa kamu terima tantangan dari mereka berdua? kalau kamu kenapa-napa bagaimana? aku takut terjadi sesuatu padamu."
"Kamu yang harus bertanggung jawab. Kalau sampai aku terluka, kamu yang harus merawat diriku." Jawabnya dan langsung menarik tangannya Yilan pergi dari area terminal.
Yilan yang bingung harus berkata apa, dirinya hanya bisa pasrah.
Saat sudah menyingkir dari area terminal, kedua preman langsung mempersiapkan diri untuk melawan laki-laki yang mengaku suaminya Yilan.
"Pegang tasku ini kalau kamu ingin selamat." Ucapnya dan menyodorkan tasnya kepada Yilan.
"Hati-hati. Maafkan aku." Jawab Yilan bercampur dengan perasaan takut.
Setelah saling berhadapan dan siap untuk melawan, akhirnya ketiganya pun berkelahi.
BUG!
BUG!
BUG!
ketiganya saling serang menyerang, yakni satu lawan dua. Dengan lihai dan juga dengan ilmu bela diri yang dimilikinya, pun akhirnya berhasil mengalahkan kedua preman tersebut. Bahkan, keduanya kesakitan saat mendapat tendangan dan pukulan dari laki-laki yang menolong Yilan.
"Ampun! ampun, kami menyerah." Ucapnya yang kesakitan saat kedua tangan mereka berdua dipelintir olehnya.
"Jangan ulangi perbuatan kalian berdua. Kalau aku dengar ada keributan dan kamu orangnya, maka bersiap-siaplah masuk bui."
"Tidak. Kami tidak akan mengulanginya lagi. Sekali lagi terima kasih, karena nyawa kami tidak melayang. Kami pamit." Jawabnya sambil menahan rasa sakit, juga langsung pamit pergi.
Kini tinggal berdua, Yilan dan laki-laki yang sudah menolongnya.
"Bibirmu pecah, bentar aku usap dulu dengan tisu." Ucap Yilan yang sigap dan mengelapnya dengan tisu.
Lelaki itu pun memandangi wajahnya Yilan. Seketika, dirinya langsung menepisnya.
'Ingat. kamu sudah punya kekasih, dan kamu akan melamar dan menikahinya. Jangan sampai kamu tergoda dengan perempuan lain.' Batinnya yang berusaha untuk mengingatkan diri sendiri agar tidak mudah tergoda wanita lain.
"Sudah, cukup. Ayo ikut aku. Sekarang aku ijinkan kamu untuk ikut pulang ke rumahku. Tapi, jaga sikapmu ketika masuk ke rumahku, ngerti." Ucapnya dan meraih tasnya yang ada pada Yilan.
"Kamu hebat juga ya, ternyata kamu itu jago bela diri. Jadi pingin belajar, biar gak ada laki-laki yang jahat padaku." Kata Yilan sambil berjalan menuju mobil travel yang sudah menunggu.
"Makanya kalau pergi dari rumah itu, jangan sendirian. Gini nih jadinya, yang ada nyusahin orang." Ucapnya sambil berjalan.
Yilan justru tersenyum, dan sama sekali tidak marah ketika dibilang nyusahin orang.
"Oh ya. Kita 'kan, belum kenalan. Kenalan dong, biar aku gak rancu manggilnya. Masa' aku harus panggil woi, gak rancu 'kan?"
"Namaku Sevando, panggil aja Sevan."
Setelah menyebutkan namanya, langsung masuk ke dalam mobil.
"Terima kasih, sudah mau menyebutkan namamu. Nama- eh, kek gak asing sama namanya Sevan. Oh ya, nama kakakku kan, kak Zavan. Das_ar, oneng kamu Yil." Gumamnya yang masih berdiri di depan pintu mobil.
"Mau ikut pulang, gak?" tanya Sevan sambil melongok di pintu.
Yilan yang selalu nyengir kuda.
"Ya, aku akan segera masuk." Jawab Yilan yang serasa lega, lantaran diajaknya pulang ke kampung halamannya.
Setelah masuk kedalam mobil, perjalanan selanjutnya pun di lanjutkan. Yilan yang merasa takjub dengan perkampungan, dirinya merasa kenyamanan saat menghirup udara segar, lantaran jendela kaca mobil yang sengaja dibuka.
"Padahal sore hari ya, tapi udaranya enak, gak kek di kota, benar gak sih?"
"Kurang tahu, gak pernah membedakan." Jawab Sevan sambil menatap lurus ke depan.
"Gimana sih kamu. Seharusnya kamu bisa membedakan suasana di kota sama suasana di kampung. Kamu tuh aneh, masa gak bisa bedain." Ucap Yilan setengah melirik ke arah Sevan.
Dengan sengaja, Sevan langsung mengusap wajahnya Yilan.
"Apa-apaan sih kamu, main usap aja."
"Punya mata tuh, buat melihat, bukan melirik." Kata Sevan sambil menatap Yilan.
"Dih! sok tahu kalau aku lagi melirik kamu." Ucap Yilan yang tetap membela diri, meski Sevan yang benar.
Sevan tidak menjawabnya, ia memilih melihat jalanan yang sudah lama tidak pernah ia lewati. Ingatannya pun kembali dengan perempuan yang dicintainya, perempuan yang akan dilamar dan dinikahinya.
Yilan yang tengah dicuekin, iseng-iseng membuka ponselnya untuk mengecek tentang dirinya yang sudah kabur dari rumah.
'Maafkan Yilan ya, Pa, Ma. Kalau Yilan terpaksa harus kabur dari rumah. Percaya deh, Yilan baik-baik saja. Yilan dipertemukan dengan orang baik, namanya Sevan, orangnya jago bela diri, dan juga- ganteng.' Batin Yilan, dan di kalimat terakhir ia sekilas menoleh ke arah Sevan yang tengah melihat jalanan lewat jendela kaca mobil.
Setelah itu, Yilan memasukkan kembali ponselnya. Kemudian, ia ikutan melihat indahnya pemandangan di kampung, penuh pohon pohon besar yang tidak jauh dari jalan.
'Semoga saja keluarganya Sevan baik. Jadi, aku tambah nyaman selama tinggal di kampung halamannya.' Batin Yilan kembali, yakni dirinya sambil melihat kebun yang begitu luas saat melintasi jalanan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments