“Kalau begitu aku pulang dulu ya Jen.. Thank's banget udah ngundang aku. Di jadiin pasangan lagi.”
Jennifer tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Mengundang dan menjadi Nando sebagai pasangan adalah satu rencana agar tidak akan ada gosip tidak mengenakkan tentangnya. Mereka juga tidak mungkin menggosipkan Jennifer dengan Nando karena Nando bukan seperti pria pada umumnya.
“Aku kali yang makasih sama kamu Do.. Kamu udah mau hadir di pesta ulang tahun aku yang serba mendadak ini dan mengesampingkan kesibukan kamu..”
Mutia dan Lala yang menatap keduanya saling berbisik dengan wajah sinis. Keduanya tau bagaimana percayanya Jennifer dengan isu tentang Nando yang tersebar di seluruh kampus.
Nando kemudian masuk kedalam mobil mewahnya di iringi dengan lambaian tangan dari Jennifer. Pria itu sebenarnya sangat tampan dengan wajah kebarat baratan serta rambut coklat terang yang begitu kontras dengan kulit putih kemerahannya. Namun karena isu yang tersebar tentang Nando yang gay, semua wanita pun menjadi berpikir dua kali untuk mendekatinya. Mereka hanya sebatas mengagumi ketampanan Nando saja tanpa berniat untuk mendekat apa lagi menjadi kekasihnya.
Setelah mobil Nando keluar dari pekarangan luas kediamannya, Jennifer pun menghela napas. Gadis cantik yang mengenakan gaun aurora itu si sleeping beauty itu memutar tubuhnya lalu melangkah mendekat pada Mutia dan Lala.
“Kami berdua nggak habis pikir Jen kamu mau dekat dengan cowok gay kaya si Nando.”
“Iya.. Apa kata teman teman yang melihat tadi? Di kampus besok pasti akan sangat heboh.” Tambah Mutia.
Jennifer tertawa lagi mendengarnya. Jennifer tidak perduli dengan gosip yang akan beredar. Yang terpenting adalah dirinya tidak menggandeng orang yang salah. Nando tidak akan mungkin tertarik padanya.
“Sudahlah, itu tidak penting. Sekarang kalian mau pulang atau menginap disini menemaniku membuka kado yang menggunung itu?”
Mutia dan Lala saling tatap kemudian nyengir kuda pada Jennifer.
“Hem.. Kayanya nggak bisa deh Jen.. Kami sudah harus pulang sekarang.”
Jennifer mencebikkan bibirnya. Gadis itu tau kenapa keduanya tidak mau menemaninya. Tentu saja karena ada pria incaran mereka yang sedang menunggu.
“Kalian tidak setia kawan.” Ketus Jennifer.
“Oh my baby Jennifer Bunga Ardiansyah, bukan begitu maksud kami berdua. Tapi kamu tau bukan ini kesempatan langka kami bisa dekat? Ayolah.. Ini juga kan berkat kamu. Apa salahnya membantu sekali lagi.” Ujar Mutia dengan suara yang dibuat buat seimut mungkin berharap Jennifer bisa mengerti.
Jennifer menghela napas. Gadis itu menatap dua sahabatnya bergantian.
“Hem.. pulang sana.” Usirnya.
Mutia dan Lala tersenyum dengan kedua mata di kedip kedip kan meminta Jennifer untuk maklum. Bisa bersama dengan pria idaman mereka itu adalah hal yang sangat menyenangkan. Mutia dan Lala benar benar tidak ingin menyia nyiakan kesempatan itu.
“Kami pulang ya ya sayangku.. bye..”
Tanpa menunggu jawaban dari Jennifer, Mutia dan Lala langsung bergerak cepat masuk kedalam mobil pasangan masing masing. Kali ini mereka berdua benar benar berharap Jennifer bisa mengerti.
Setelah mobil pasangan Mutia dan Lala melaju keluar dari gerbang rumahnya, Jennifer menghela napas. Wajahnya yang tadi begitu ceria dan sumringah langsung berubah sendu.
“Kak Leo..” Gumamnya kemudian masuk kedalam rumah dengan langkah lunglai lemas.
Ini adalah kali pertama Jennifer merayakan ulang tahun tidak dengan kakak tercintanya, Leonard Ardiansyah. Pria tampan dengan sejuta prestasi karena kecerdasan otaknya. Pria yang juga selalu menjadi penguasa di hati Jennifer diam diam.
Jennifer menaiki satu persatu anak tangga menuju lantai dua. Kamarnya ada disana.
Begitu sampai didepan pintu kamarnya Jennifer mengeryit. Entah kenapa gadis itu seperti mendengar sesuatu dari kamar kakaknya yang berada tidak jauh dari kamarnya.
“Masa Setan?” Jennifer bertanya dengan ketakutan yang merayapi hatinya. Suasana rumah sudah sangat sepi. Kedua orang tuanya mungkin sudah beristirahat dan hanya ada bibi yang tadi sibuk mengambil gelas kotor dengan di bantu oleh pak satpam. Pak Jupri namanya.
Jennifer menelan ludah. Suara itu tidak terdengar lagi. Jennifer memang sangat penakut dan paling anti dengan yang namanya setan sejak kecil.
“Hiii takut..” Jennifer bergidik kemudian segera masuk kedalam kamarnya. Jennifer tidak mau mengambil resiko mendapati penampakan seram dari balik pintu kamar kakaknya yang memang sudah sangat lama tidak di tempati itu.
Jennifer masuk kedalam kamarnya dan segera melangkah menuju lemari pakaiannya. Gadi itu membuka lemari yang berada di dekat pintu, mengambil piyama tidurnya kemudian segera masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri, mengganti gaunnya dengan piyama yang dia ambil dari lemari kemudian istirahat mengingat malam hampir menjelang pagi.
Namun baru saja masuk kedalam kamar mandi tiba tiba ada yang mengetuk pintu kamar mandinya. Kedua mata Jennifer mendelik. Seingatnya tidak ada siapapun dikamarnya saat dirinya hendak masuk kedalam kamar mandi.
“Siapa?” Tanya Jennifer dengan tubuh mulai bergetar.
“Mamah? atau papah?” Jennifer kembali bertanya sambil menatap pintu kamar mandi yang baru dia tutup.
Namun pelaku yang mengetuk pintu tidak bersuara. Hal itu membuat Jennifer langsung teringat dengan film horor yang pernah sekali di tontonnya seumur hidup dan berhasil membuat Jennifer kapok. Di film tersebut si pemeran utama baru saja menutup pintu kemudian ada yang mengetuk. Begitu pintu di buka ternyata yang mengetuk pintu adalah sosok menyeramkan penuh darah.
Jennifer menelan ludah. Dia tidak berani membayangkan jika adegan dalam film horor itu nyata terjadi padanya.
“Itu bibi ya?” Jennifer kembali bertanya namun tetap tidak ada sautan.
“Enggak enggak.. Setan beneran itu takut sama manusia kata kak Leo.. Aku nggak boleh penakut.” Jennifer bergumam untuk memberanikan diri.
Dengan langkah pelan, Jennifer mendekat pada pintu. Gadis itu yakin tidak akan ada apa apa.
“Ingat Jennifer, Setan takut sama manusia.” Sekali lagi Jennifer bergumam.
Jari jari lentik Jennifer meraih handle pintu memutarnya perlahan kemudian menariknya dengan cepat dan...
“KEJUTAAANNN....!!!!”
Jennifer sangat terkejut hingga jantungnya hampir saja berhenti berdetak begitu sang kakak berseru dengan senyuman lebar yang menghiasi bibir tipisnya.
“Loh kok...” Jennifer terbata bata. Mamah dan papahnya bilang kakaknya sedang sibuk karena mau menghadapi ujian kelulusan dan tidak bisa pulang untuk merayakan ulang tahunnya. Tapi sekarang sosok tampan dan penuh semangat itu berdiri didepannya sambil membawa kue ulang tahun untuknya.
“Ini kejutan loh.. Kamu nggak terkejut Jen? kakak pulang ini..” Leo mengeryit karena Jennifer yang malah bengong.
Jennifer tertawa namun juga menangis secara bersamaan. Rasa takutnya langsung sirna seketika begitu melihat sosok yang sangat di rindukannya. Sosok yang selalu Jennifer inginkan selalu ada di sampingnya untuk menemani dan melindunginya.
“Loh kok malah nangis?” Leo kebingungan karena adiknya yang malah menangis di beri kejutan.
Jennifer menggeleng kemudian langsung berhambur memeluk tubuh tinggi tegap juga kekar Leo. Jennifer sangat senang dan bahagia karena sosok tampan kakaknya kini berada di depannya.
“Aku kangen banget sama kakak..” Lirihnya menangis di dada bidang Leo.
Leo tersenyum. Pria itu lalu membalas pelukan penuh kerinduan adik kesayangannya itu dengan satu tangannya karena satu tangannya lagi memegang kue ulang tahun untuk Jennifer.
“Iya iya.. Kakak tau. Tapi kan sekarang ulang tahun kamu, nggak boleh cengeng dong.” Leo memaklumi sikap manja adiknya. Jennifer memang sangat cengeng.
“Sekarang lebih baik kamu tiup lilinnya. Kakak punya hadiah untuk kamu.” Ujar Leo.
Jennifer menurut. Gadis itu mengusap air mata yang membasahi pipinya kemudian meniup lilin berangka 21 diatas kue tart yang disodorkan kakaknya.
“Selamat ulang tahun sayang..” Senyum Leo menatap Jennifer lembut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments