Karena tidak tega membiarkan Jennifer menangis sendiri di pinggir jalan, Nando pun akhirnya menemani Jennifer yang terus menangis dalam diam. Nando tidak tau bagaimana cara menenangkan Jennifer yang menangis begitu hebat. Bahkan saat Nando mengajak Jennifer masuk ke mobilnya, Jennifer masih saja tidak berhenti menangis.
“Sudah dong Jennifer nangisnya.. Kalau ada orang lihat nanti di kira aku ngapa ngapain kamu lagi.”
Jennifer menggelengkan kepalanya. Isak tangisnya semakin terdengar memilukan. Jennifer masih tidak menyangka bahwa kakaknya sudah memiliki kekasih.
“Memangnya kamu kenapa sih? Kamu abis putus cinta ya? atau pacar kamu selingkuh iya?”
Jennifer menggeleng lagi. Bahkan untuk menjawab pertanyaan Nando saja rasanya sangat sulit.
Nando berdecak. Apes sekali dirinya bertemu dengan Jennifer yang menangis di pinggir jalan. Ingin pergi rasanya tidak tega. Tapi menemani juga sangat menyebalkan karena Jennifer yang tidak menjawab dengan jelas penyebab kenapa dirinya menangis saat Nando bertanya.
Karena tidak ingin di tuduh sebagai tersangka yang membuat Jennifer menangis, Nando pun menghidupkan mesin mobilnya kemudian melajukannya dengan kecepatan sedang. Nando berniat mengantar Jennifer pulang kerumahnya.
Begitu mobil Nando sampai tepat di depan gerbang kediaman keluarganya, Jennifer baru berhenti menangis. Gadis itu mengeryit begitu menyadari sudah berada dimana dirinya sekarang.
“Kok pulang?”
Nando semakin bingung. Pria itu tidak tau harus membawa Jennifer kemana. Sedang Jennifer saja tidak mau menjawab saat di tanya dan terus saja menangis sesenggukan.
“Ya emangnya mau kemana lagi? Masa kerumah aku? Kamu aja di tanyain dari tadi nggak jawab. Malah nangis terus.” Ujar Nando yang tidak mau di salahkan.
“Aku nggak mau pulang. Kerumah kamu aja nggak papa.”
Kedua mata Nando membulat mendengarnya. Pria itu tidak menyangka Jennifer malah meminta dibawa pulang kerumahnya.
“Loh kenapa malah jadi kerumah aku?” Nando mengerjapkan kedua matanya tidak menyangka jika ternyata Jennifer begitu agresif. Dan sebagai pria normal meski sering di anggap abnormal karena isu gay, Nando tidak mau mengambil Resiko.
Jennifer menatap kesal pada Nando dengan kedua mata sembabnya. Tidak mungkin rasanya jika dirinya pulang dalam keadaan matanya yang sembab. Kedua orang tuanya juga Leo sang kakak pasti akan bertanya tanya.
“Ya sudah kalau nggak boleh. Balik lagi aja ke jalan yang tadi. Dan turunin aku disana.”
Nando menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin rasanya jika Nando membiarkan Jennifer disana sendirian. Apa lagi mengingat Jennifer yang adalah seorang gadis. Bisa saja akan orang jahat yang berbuat tidak baik pada Jennifer.
“Aku akan antar kamu kerumah Mutia atau Lala saja.” Ujar Nando.
“Kamu bisa kasih tau aku sekarang alamat rumah salah satu kedua teman kamu Jen..”
“Enggak. Pilihannya hanya dua. Antar aku ke jalan yang tadi atau ajak aku ke rumah kamu Nando.”
Nando berdecak. Bagaimana mungkin dirinya meninggalkan Jennifer sendiri di jalan yang sepi itu. Mengajaknya ke rumah akan lebih tidak mungkin lagi.
“Andai saja aku punya nomornya Mutia atau Lala pasti nggak akan bingung begini.” Gumam Nando dalam hati.
“Nando ayo.. Kenapa kamu malah bengong?!” Tegur Jennifer karena Nando yang malah diam saja.
“Ah ya ya.. Oke..”
Dengan setengah hati Nando kembali melajukan mobilnya. Nando tidak punya pilihan selain mengajak Jennifer ke kediamannya. Karena Nando tidak mungkin mengantar Jennifer ke jalan tempat dirinya menemukan Jennifer tadi.
Tidak membutuhkan waktu lama mobil Nando sampai tepat di depan gerbang kediamannya. Pria itu membunyikan klakson beberapa kali membuat pak satpam langsung dengan sigap berlari dan membukakan pintu gerbang untuknya.
“Malam Tuan..” Sapa pak Slamet. Satpam yang bekerja pada Nando.
Nando tidak menjawab. Pria itu melajukan pelan mobilnya dan menghentikannya begitu sampai didepan teras.
Jennifer menatap sekeliling dengan perasaan ragu. Jennifer merasa sangat bodoh sekarang karena meminta Nando agar membawanya pulang. Padahal bisa saja Jennifer meminta di antar kerumah Mutia atau Lala. Tapi Jennifer juga tidak mau di serang banyak pertanyaan oleh keduanya sehingga Jennifer pikir akan lebih aman jika dirinya ikut Nando pulang ke rumahnya.
“Ayo turun.” Ajak Nando sambil melepas seatbelt kemudian turun lebih dulu dari mobilnya.
Jennifer mau tidak mau mengikuti Nando turun dari mobil. Gadis itu menghela napas. Rasa sakit di hatinya masih sangat terasa.
“Masuk..”
Nando menatap Jennifer dengan tatapan kesal. Jennifer benar benar sangat merepotkan ternyata. Padahal Nando pikir Jennifer adalah gadis mandiri yang penuh dengan pengertian. Namun jauh dalam lubuk hati kecilnya Nando merasa lega karena Jennifer baik baik saja. Nando juga bersyukur karena dirinya yang menemukan Jennifer dalam keadaan menangis, bukan pria lain yang pasti akan menggunakan akal bulusnya untuk macam macam pada Jennifer.
Jennifer hanya diam dan mengikuti Nando masuk kedalam rumah mewah berlantai dua itu. Namun begitu masuk kedalam rumah itu Jennifer terkejut mendapati empat pria yang tidak di kenalnya sedang berkumpul dan mengobrol asik diruang tamu. Namun ada satu yang Jennifer kenal dari pria pria tersebut. Dia adalah Daniel, pria yang di isukan sebagai pasangan gay Nando.
Semua mata pria pria itu langsung mengarah pada Jennifer membuat Nando mendengus kesal. Teman temannya memang paling tidak bisa melihat gadis cantik.
“Siapa itu?”
“Nando apa dia pacarmu?”
“Dia benar benar cantik Nando. Boleh aku berkenalan dengannya?”
Tidak ingin Jennifer menjadi sasaran tatapan lapar teman temannya kecuali Daniel, Nando pun meraih pergelangan tangan Jennifer dan menariknya pelan menyembunyikan Jennifer di punggungnya.
“Jangan banyak tanya. Bubar kalian !” Ketus Nando yang kemudian membawa Jennifer masuk ke dalam meninggalkan teman temannya.
Ketiga pria itu saling menatap kemudian tertawa bersama. Namun tidak dengan Daniel yang merasa penasaran kenapa tiba tiba Nando membawa Jennifer pulang kerumahnya.
“Sepertinya kita harus pulang sekarang dari pada nanti kita mendengar ******* mereka berdua yang membabi buta.” Canda salah satu pria itu.
“Ya, aku setuju. Biarkan Nando melepaskan ke perjakaanya dengan indah.” Tambah satunya lagi.
Daniel menghela napas kasar. Otak ketiga temannya itu memang tidak jauh jauh dari ****. Tidak heran jika mereka sampai memikirkan hal yang sangat tidak mungkin akan Nando lakukan apa lagi dengan Jennifer.
“Ya sudah Daniel, kami pulang dulu. Kamu lebih baik tutup kuping kamu dengan segala apapun yang ada di rumah ini.” Julio, salah satu dari mereka bertiga berkata sebelum akhirnya menggiring kedua temannya Ruben dan Jhonatan keluar dari rumah Nando.
Daniel hanya menggelengkan kepala saja. Julio, Ruben, juga Jhonatan memang adalah pemain wanita yang begitu sangat berpengalaman. Itu sebabnya Nando langsung menyuruh mereka bubar karena takut Jennifer menjadi sasaran empuk kebuasan mereka.
“Dasar maniak.” Rutuk Daniel.
Daniel kemudian terdiam sesaat dengan ekspresi berpikir. Daniel tau bagaimana Jennifer yang paling anti dengan pria. Dan melihat Nando yang tiba tiba pulang dengan Jennifer itu benar benar membuat Daniel sangat penasaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments