Bab. 4 • Pertama bertemu Sora

...Flashback...

 

 

Beberapa hari sebelum Arash menjadi cleaning servis.

Dengan memakai atasan berbahan kaos berkerah dan celana bahan panjang, Arash memasuki mal. Pria ini sedang berkunjung ke mal besar milik keluarga Hendarto.

Mal milik kakeknya yang turun ke ayahnya Arga. Dan bisa di pastikan akan pindah ke dirinya sendiri sebentar lagi, Arash Hendarto.

Meskipun pintu mal sudah terbuka, tapi ini masih terlalu pagi untuk para pengunjung. Arash sengaja datang awal dan melihat-lihat. Selain menghibur diri, ada misi yang sedang ia jalankan.

Sebentar lagi, ia akan menjadi CEO mal ini. Namun dia perlu menjelajah sedikit ke dalam mal. Dan dia ingin memulai itu dari lingkungan bawah terlebih dahulu.

Dari pertama datang, ia ingin melihat kondisi toilet lebih dulu. Dimana terlihat sepele, tapi penting jika membuat orang tidak nyaman. Dari sana semua hal akan berkembang.

Langkah kakinya tenang menuju toilet pria. Bersih. Sepertinya para cleaning servis sudah membersihkan dengan baik. Juga sepi karena ini masih pagi.

Brak!

Bahu Arash berjingkat saat pintu kamar mandi terbuka dengan keras. Seseorang muncul. Arash lihat itu adalah seorang gadis. Dia terengah-engah seperti habis lari maraton.

"Eh, sori. Kamu ... pasti ... kaget." Gadis itu menyadari bahwa di kamar mandi ini ada orang. Dia membungkuk sopan. Dia bersandar pada dinding sambil masih memegangi perutnya.

"Oh, tidak. Perutku sakit karena harus berlari. Oh no ...," geram gadis itu seraya meringis. Melihat ekspresi itu, Arash bisa memastikan bahwa gadis yang baru datang ini memang kesakitan.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Arash. Gadis itu menoleh. Kepalanya menggeleng.

"Tidak. Aku ... tidak ... baik-baik ... saja." Ternyata ia tidak ingin berpura-pura baik-baik saja dengan ekspresi wajahnya sekarang. Dia berkata jujur. Meski terengah-engah, gadis itu menyempatkan menjawab.

Gadis itu menyipitkan mata seraya melihat ke dinding. Dia sedang menajamkan Indra pendengarannya.

Arash terpengaruh. Ia pun mengikuti apa yang di lakukan gadis itu.

Suara langkah di luar, seperti terdengar sangat keras. Bahkan makin dekat. Sepertinya seseorang akan memasuki kamar mandi.

"Sialan. Kenapa harus ada ketua sih?" keluh gadis itu kesal. Ia pun memaksakan diri untuk berjalan sambil tetap memegangi perutnya. Sepertinya perutnya masih sakit.

Tanpa memedulikan Arash yang masih berdiri dengan menatapnya  bingung, ia pun masuk ke dalam salah satu toilet di sebelah

Arash masih belum mengerti dengan keadaan yang terjadi pada gadis ini. Ia pun melongok ke arah toilet di sampingnya. Gadis itu menutup pintunya.

Mungkin dia sedang bersembunyi karena setelah itu, pintu kamar mandi terbuka lagi. Arash mengalihkan pandangan ke pintu yang terbuka.

Ada seorang wanita masuk dengan wajah masam seakan makan buah lemon langsung setelah di kupas.

"Kemana dia?" dengus wanita yang berumur sekitar 30 tahunan itu melihat ke sekitar toilet. Arash membiarkan dengan bola matanya tetap mengawasi. "Hei, kamu lihat gadis barusan?” panggil perempuan itu sambil melambaikan tangannya.

Arash diam. Dia tidak yakin sedang di ajak bicara. Karena nada bicara perempuan ini terdengar kurang sopan. Apalagi mereka tidak saling kenal. Seharusnya bicaranya lebih di tata.

“Hei, aku bertanya padamu.” Wanita itu menunjuk Arash dengan geram karena pria ini diam saja. Itu menegaskan bahwa Arash-lah yang sedang dia ajak bicara.

“Ya?” Arash terkejut ternyata wanita ini sedang bertanya padanya.

“Apa kamu melihat Sora?” tanya dia sambil menyebut sebuah nama. Cara bicara wanita ini tetap kurang sopan padanya.

"Sora?" Bola mata Arash melihat ke samping. Ke arah toilet, dimana gadis itu bersembunyi. Namun segera ia melihat ke depan lagi karena sepertinya gadis tadi sengaja menghilangkan jejak untuk menghindari wanita ini.

Dia yakin gadis tadi bernama Sora, tapi dia tidak yakin untuk memberitahukan itu.

"Iya. Sora. Bocah baru yang sangat kurang ajar itu," kata wanita ini kesal.

"Ini toilet laki-laki. Nama Sora itu sepertinya perempuan, jadi aku rasa tidak mungkin ada di sini," kata Arash dengan suara sopan dan tegas sambil mengedarkan pandangan. Seakan menunjuk toilet pria ini pada wanita di depannya.

"Aku tahu itu," ujar wanita ini sambil menggeram. Dia tidak suka jawaban Arash.

Namun Arash tidak peduli. Mereka tidak saling kenal.

“Dasar. Anak itu sudah berani membuat kacau. Santai terus. Jadinya yang repot itu senior." Wanita ini mengeluh tanpa tedeng aling-aling. "Lalu kau, apa yang kau lakukan? Berdiam diri saja, begitu? Kamu pasti piket hari ini kan? Ayo, bersihkan semua toilet ini dengan benar!” Tiba-tiba saja wanita ini marah.

Bola mata Arash mengerjap. Dia tidak menduga jika saat ini dia langsung mendapatkan sesuatu yang tidak biasa di pagi hari. Dia dimarahi orang! Bahkan dia sendiri tidak tahu apa kesalahannya.

"Kamu anak cleaning servis kan?" tunjuk wanita itu. Wajahnya menunjukkan dia meremehkan lawan bicaranya. "Sudah. Aku pergi. Jangan macam-macam kalau tidak mau aku laporkan pada Pak Alan," ancam wanita itu tiba-tiba lalu pergi.

Aku cleaning servis? Aku mau di laporkan pada Alan? tanya Arash tidak percaya. Sepertinya terjadi salah paham di sini.

"Hei. Hei," sebuah suara memanggilnya dari pintu toilet di samping. Arash menoleh. Itu gadis tadi. Kepalanya menjulur keluar dari toilet sedikit. "Monster tadi sudah pergi?" tanya gadis itu dengan bola mata beredar ke sekitar.

"Monster?" tanya Arash aneh.

"Iya. Wanita tadi." Gadis ini menunjuk pintu dimana wanita tadi muncul dengan dagunya.

"Ah, ya. Dia sudah pergi."

"Hhh ... Syukurlah." Gadis itu pun berjalan keluar dari toilet dengan lega. Sepertinya dia benar-benar bersyukur. "Terima kasih ya, tidak memberitahu kalau aku di sini pada dia.”

"Aku tidak punya kewajiban memberitahunya. Juga aku bukan sedang membantu mu.” Sebenarnya Arash penasaran. Namun dia urung untuk bertanya.

Gadis ini tersenyum. “Hehehe benar juga, tapi aku yakin harus mengucapkan terima kasih padamu.” Gadis ini punya aura yang positif sepertinya.

“Kenapa dengan wanita tadi? Dia terlihat sangat marah.” Entah kenapa Arash tidak bisa menahan diri untuk bertanya.

“Tidak ada," jawab gadis ini cepat. "Oh, ya kamu anak baru?" tanya gadis bernama Sora itu. Dia memilih menjawab dengan samar dan mengalihkan pembicaraan ke hal lain. Itu wajar. Mereka tidak saling kenal. Bahkan merasa mereka berdua baru saja bertemu.

"Aku? Bu ... " Bola matanya tidak sengaja melirik ke arah cermin yang terpajang di sisi kirinya. Oh, apakah itu sebabnya wanita itu dan gadis ini mengira Arash anak cleaning servis?

Kaos berkerah yang di pakai Arash saat ini mirip dengan kaos yang di pakai gadis di depannya. Sepertinya itu seragam, karena ada logo tempat ia bekerja.

...________...

Terpopuler

Comments

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus sejahtera

2023-04-18

0

✨rossy

✨rossy

selamat berpetualang Arash

2023-04-03

0

✨rossy

✨rossy

oma juga masih ada yaa

2023-04-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!