Bab. 2 • Apakah benar dia?

 

Ronin meninggalkan Arash yang masih melihat punggungnya yang menjauh pergi.

Ckk! Dasar Ronin, decak Arash di dalam hati.

"Hei," tegur Sora. Arash menoleh cepat. "Kamu berani sekali sih? Pertama senior. Kedua orang staff."

"Bukan berani. Hanya tidak tahu saja kalau mereka ternyata orang penting," sahut Arash. Hari ini mereka ada jadwal piket bersama. Sora mengambil alat kebersihan dan mulai melakukan tugasnya.

Begitu juga Arash. Pria itu melakukan hal sama. Hanya saja, Arash membersihkan toilet dengan sesekali melihat ke arah Sora. Sementara gadis itu sudah larut dalam pekerjaannya dan tidak memedulikan Arash.

Apa benar waktu itu, dia? Dari yang aku lihat, tidak mungkin dia suka pria playboy semacam Alan. Namun mengapa wajah gadis di klub itu mirip dia?

"Apa kamu pernah datang ke sebuah klub malam?" tanya Arash. Mendapat pertanyaan itu, Sora melirik sekilas.

"Kenapa?" tanya Sora dengan tetap membersihkan toilet yang letaknya tepat di depan toilet yang di bersihkan oleh Arash.

"Tidak. Hanya bertanya saja."

"Mmm ..." Sora hanya manggut-manggut saja. Bahkan jawabannya begitu singkat dan terdengar ambigu. Arash sampai tidak tahu harus bertanya apalagi. Akhirnya pria ini tidak jadi bertanya lebih panjang lagi.

***

Jam pulang kerja.

Arash tidak langsung pulang. Ia masih berada cafe bersama Ronin.

"Jadi Sora, gadis yang kamu cari itu?" tanya Ronin. Dia mulai membahas lagi soal Sora. Arash hanya menoleh sekilas. "Manis. Gimana nanti kalau tahu kamu adalah CEO ya?" Ronin membayangkannya sambil tersenyum menggoda Arash.

"Berhenti membicarakan dia."

"Kenapa?"

"Kamu bisa membicarakan hal lain," sergah Arash.

"Gadis itu aktif juga ya ...," ujar Ronin tidak berhenti membicarakan Sora. Ini membuat Arash menoleh cepat dan menatap tajam.

"Sudah aku bilang hentikan ..." Arash mau protes.

"Aku bukan hanya membicarakannya. Dia benar-benar ada disini. Lihatlah." Ronin memaksa pipi Arash menoleh ke arah pintu masuk cafe. Ketika mereka tengah membicarakan Sora, gadis itu muncul di cafe tempat mereka nongkrong.

Sora!

"Itu gadis cleaning servis itu bukan?" Ronin ingin menegaskan. Gadis itu muncul di sana. Arash mengerjapkan mata tidak percaya.

"Ya, itu dia," sahut Arash.

"Halo semua!" sapa Sora ramah pada karyawan. Sepertinya dia member cafe. Buktinya sudah mengenal baik para karyawan di sini.

Manik mata Arash terpaku pada gadis itu. Ronin melirik, bibirnya tersenyum melihat Arash seperti itu.

Namun dugaan mereka salah, Sora bukan member tetap cafe ini. Gadis itu tengah bekerja. Dia gadis pengantar makanan.

"Ternyata dia kerja sambilan di sini," kata Ronin paham.

"Aku berangkat ya!" kata Sora sambil membawa pesanan. Mendadak dia menoleh ke arah meja Arash dan Ronin.

Spontan Arash menoleh ke arah lain. Ronin pun melakukan hal sama. Sora ternyata hanya melihat saja. Tidak sampai menghampiri mereka. Karena ia harus segera mengantarkan pesanan.

"Kenapa aku ikut bersembunyi?" tanya Ronin heran setelah di pastikan gadis itu sudah tidak ada di sana.

"Harus. Kalau tidak begitu, dia juga akan tahu kalau aku di sini," jelas Arash. Ronin manggut-manggut.

Ternyata dia bukan datang buat nongkrong, tapi bekerja. Dia sungguh pekerja keras, batin Arash.

"Rajin sekali dia. Sudah bekerja di mal, sekarang masih bekerja sambilan di tempat lain." Ronin takjub. "Tipe pekerja keras nih," puji Ronin.

"Ya." Arash meneguk minumannya. "Menurutmu, gadis seperti itu apa mungkin jika dekat dengan seorang playboy?" tanya Arash tiba-tiba.

"Hm? Maksud mu?" Ronin tidak paham.

"Melihat sekilas saja kamu sudah bisa lihat dia tipe pekerja keras. Jadi kamu juga bisa menyimpulkan, apa dia juga suka pria playboy?" tanya Arash lagi

Roni diam. Berpikir.

"Mmm ... Jika bicara soal playboy, bayanganku selalu pada Alan. Dia pria yang identik dengan hal itu. Jadi menurutku, enggak mungkin dia menyukai pria brengsek semacam Alan. Namun dugaan itu hancur kalau gadis itu polos. Jadi dia tidak tahu bagaimana pria itu playboy," ujar Ronin menyimpulkan.

"Jadi kemungkinan kecil bukan, kalau Sora bisa dekat dengan pria playboy?"

Ronin diam lagi. Dia memperhatikan Arash yang meneguk minumannya lagi.

"Apa dia gadis polos yang kamu tanyakan di klub malam itu, Ar?" tanya Ronin mengejutkan. Sampai-sampai Arash tersedak.

"Uhuk! Uhuk!" Arash terbatuk-batuk. "Apa yang kau tanyakan?" protes Arash.

"Iya atau tidak? Jawab salah satunya." Ronin malah mendesak Arash untuk jujur.

Arash membersihkan semburan minuman di bajunya. Pria ini tampak panik meskipun berusaha menyembunyikan.

Ronin menepuk punggung Arash.

"Kalau memang dia yang sekarang dekat dengan Alan, aku rasa kamu wajib menasehatinya." Ronin mengatakan kalimat yang bijak. Tanpa di jawab pun dia tahu Sora-lah gadis polos yang di maksud Arash waktu itu.

"Aku hanya merasa gadis di klub tempo hari mirip dengannya. Aku belum memastikan." Arash mengaku tanpa sadar. Ronin tersenyum.

"Jadi benar dia ya, yang kamu tanyakan waktu itu ..." Ronin mulai lagi dengan godaannya. Arash tidak membantah. Dia hanya menyunggingkan senyum sedikit. "Aku tidak tahu bagaimana gadis bernama Sora itu dengan pasti, tapi jika temanku yang baik ini saja khawatir, aku patut cemas juga."

"Apa itu?" tanya Arash dengan remeh.

"Kamu pasti peduli padanya karena tertarik bukan?"

"Hentikan omong kosong mu. Aku dan dia itu hanya berteman. Dia gadis baik hati yang mau memberikan bekalnya untukku. Jadi melihat dia dengan Alan, aku merasa kasihan, itu saja." Arash menjelaskan.

Ronin menganggukkan kepala sambil senyum. Sepertinya Ronin tidak percaya begitu saja. Namun dia membiarkan Arash mengira dirinya tidak tahu kalau sejak tadi raut wajah Arash terlihat senang membicarakan gadis itu.

"Oke, oke. Jadi kamu mau cari tahu apa benar Sora itu yang sekarang dekat dengan Alan?" tanya Ronin serius.

"Entahlah."

"Menurutku coba cari tahu saja. Lalu bantu dia untuk tahu siapa Alan sebenarnya. Kalau kamu hanya mengatakan dengan mulutmu sendiri kalau Alan itu pria brengsek, dia tidak akan percaya. Karena jika memang Sora itu dekat dengan Alan, dia akan lebih memedulikan perasaan daripada logika. Women ..."

"Aku tahu." Arash setuju.

"Sora itu gadis yang asyik. Bukannya dia sudah berhasil membuat mu membungkuk hormat padaku waktu itu. Padahal kamu tidak melakukan kesalahan apa-apa, tapi dengan tegas dia meminta mu untuk minta maaf. Kamu jadi patuh padanya. Hahaha ..." Ronin tampak senang membicarakan hal itu.

Arash hanya menipiskan bibir mendengar ocehan Ronin.

"Sepertinya, aku akan lebih sering menyapanya biar tambah akrab." Ronin punya ide.

"Terserah kamu melakukan apa, tapi ingat jangan sampai dia tahu siapa aku. Namun sepertinya ... lebih baik jangan terlalu dekat dengannya," ujar Arash.

"Kenapa?" Ronin heran.

"Kamu mungkin akan membuat masalah," tuduh Arash.

"Benarkah? Atau sebenarnya kamu tidak setuju karena bisa saja aku dekat dengannya melebihi kamu dan dia?" selidik Ronin dengan alisnya yang bergerak-gerak menggoda.

"Cih," decih Arash.

"Hahahaha." Ronin senang. Arash menipiskan bibir dan memilih melihat ke arah lain. Entah karena alasan apa. Hanya saja dia tidak ingin Sora di kenal oleh orang-orang di dekatnya. Pria ini ingin tetap menjadikan Sora sebuah rahasia.

..._______...

Terpopuler

Comments

%ER%

%ER%

masih abu-abu

2023-05-29

0

%ER%

%ER%

bagus ceritanya. tp aku belum mudeng alurnya...

2023-05-29

1

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus ceria

2023-04-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!