Hari beranjak sore, seharusnya mereka berdua 'Celine dan Aiden' sudah pulang ke rumah sejak beberapa jam yang lalu jika saja hujan tidak turun secara tiba-tiba dengan lebatnya. Mereka masih belum pergi dari cafe, dan selama dua jam mereka berdua terjebak di sana.
Kebersamaan Celine dan Aiden hanya diisi dengan keheningan. Berbeda dengan pasangan lainnya, yang saling melempar senyuman, bersenda gurau atau bertatapan penuh cinta. Namun tidak dengan mereka berdua, karena Celine dan Aiden tidaklah sedekat itu.
Mereka hanya duduk diam di dalam keheningan, bahkan mereka tidak memiliki topik menarik yang bisa di bicarakan. Pernikahan yang sejatinya terjadi karena sebuah perjodohan dan tidak di dasari cinta, memang apa yang bisa di harapkan dari semua itu.
Celine meraih cangkir yang ada di atas meja lalu menyeruput sedikit isinya. Pandangannya kembali terfokus pada jalanan yang padat dengan kendaraan, sudah lebih dari tiga jam lebih tapi hujan tak kunjung berhenti.
Sedangkan Aiden, sedari tadi dia hanya berkutat dengan ponsel pintarnya yang beberapa kali berdering dan memaksa Aiden untuk mengangkat setiap panggilan yang masuk, dan mengabaikannya jika di rasa itu bukan panggilan penting.
Tiba-tiba ponsel Aiden kembali berdering, yang menandakan ada satu panggilan masuk. Raut muka Aiden tetap datar saat mengangkat panggilan itu.
"Hn, ada apa Tao?"
"Bos, bagaimana ini? Kami gagal lagi dan mereka tetap tidak mau buka mulut!!"
"Aku tidak ingin mendengar lagi ada kegagalan kali ini, dan jika mereka masih tetap bungkam lakukan apa yang seharusnya kau lakukan. Buat bajingan itu membuka mulutnya,"
"Baiklah, Bos."
"Aku mengandalkan mu,"
Kemudian Aiden memutuskan sambungan telfonnya begitu saja lalu menyimpan kembali ke dalam saku celananya. Fokusnya kini beralih pada Celine yang tetap menatap jalanan dengan tenang, bahkan Ia tidak terusik sedikit pun dengan pembicaraan Aiden dan salah satu orang kepercayaannya itu.
"Sepertinya kita akan terjebak di sini sampai malam," Aiden berucap datar sembari ikut menatap keluar jendela,
Lantas Celine menolehkan kepalanya dan menatap wajah datar suaminya. Aiden menoleh dan tatapannya bergulir pada Celine membuat mata mereka bertemu, seakan tak jemu dengan keindahan mata Hazel itu.
Tapi pertemuan mata mereka di akhiri oleh Celine yang kembali memfokuskan pandangannya pada jalanan yang mulai terlihat gelap. "Ya, aku rasa!" jawabnya singkat.
Keheningan kembali menyelimuti mereka. Celine tak sedikit pun mengalihkan pandangannya dari objek yang menjadi fokusnya sedari tadi, sedangkan Aiden kembali di sibukkan oleh ponselnya yang kembali berdering. Rahangnya mengeras dan raut mukanya terlihat suram, tatapannya lebih dingin dari sebelumnya. Tangan yang menganggur terkepal kuat di atas meja,
"KEPARAT....!!"
Celine tersentak kaget mendengar umpatan tajam Aiden. Gadis itu sedikit bergidik melihat perubahan drastis pada raut wajah suaminya dan susah payah Celine menelan saliva nya saat pandangan Aiden teralih padanya.
Buru-buru Celine mengalihkan pandangannya, namun telinganya masih dapat mendengar dengan jelas percakapan Aiden dan orang yang meneleponnya. Perempuan itu tidak tau apa yang membuat suaminya itu menjadi begitu marah.
Dan setelah hidup selama satu tahun bersama Aiden, baru kali ini Celine melihatnya yang begitu marah meskipun dia tau siapa Aiden sebenarnya. Selama ini Aiden selalu bersikap tenang meskipun Ia di hadapkan dengan berbagai masalah yang begitu rumit.
"Ohh, ****!" Aiden kembali mengumpat, pandangannya tertuju pada beberapa pria bersenjata yang ada di luar cafe. Ponsel masih setia menempel di telinganya, bahkan Ia menghiraukan tatapan heran Celine padanya.
Mata Aiden terbelalak saat melihat salah satu dari beberapa pria asing itu mengarahkan senjatanya pada Celine. Segera Aiden menyambar tubuh gadis itu dan membawanya bersembunyi di balik kursi.
"Celine, awas!!"
Dooorrrr ... !!
Tubuh mereka terguling di lantai dalam posisi Celine yang berada dalam pelukan Aiden. Wajah gadis itu tersembunyi di dada bidang sang suami, dengan tangan Aiden yang menekan kepala belakangnya dan memeluk pinggangnya. Dalam pelukannya, Aiden dapat merasakan tubuh Celine yang gemetar hebat. Tidak bisa di sangkal jika gadis itu sedang ketakutan.
Celine memejamkan matanya sambil mencengkram kuat kemeja yang Aiden pakai, tanpa peduli jika kain berharga mahal itu akan kusut karna ulahnya. Aiden melepaskan pelukannya dan membawa gadis itu bersembunyi di bawah kolong meja. Kemudian Aiden kembali memeluk gadis itu seperti tadi.
"Jangan takut, aku pasti akan melindungi mu!" bisik Aiden sambil mengeratkan pelukannya. "Dan untuk kali ini saja, percayalah padaku!" sambungnya.
Suasana cafe yang awalnya tenang menjadi riuh seketika. Orang-orang menjadi panik karna insiden penembakan itu.
Selang beberapa saat, pintu cafe di buka secara paksa. Beberapa pria bersenjata memasuki cafe sambil melepaskan tembakannya secara membabi buta. Sudah ada tiga orang yang tidak bersalah menjadi korban keberingasan mereka.
Dooorrrr ... !!!
"Jangan ada yang bergerak jika kalian ingin tetap selamat!" teriak orang itu memperingatkan dengan nada penuh ancaman.
Aiden mengambil Colt 1911 yang terselip di pinggangnya. Masih dalam posisi memeluk Celine, Aiden mengarahkan senjata itu pada beberapa pria yang masih dalam jangkauannya. Laki-laki itu semakin dalam membenamkan wajah Celine di dadanya, Ia tidak ingin jika istrinya sampai melihat pembantaian brutal seperti ini dan membuatnya menjadi trauma.
Tiga tembakan beruntun Aiden lepaskan dan membuat tiga sasarannya ambruk seketika. Aiden menyeringai, niatnya untuk menarik perhatian musuh ternyata berhasil dan dengan begini Ia bisa tetap melindungi Celine dengan mengalihkan fokus orang-orang itu darinya.
Aiden masih belum mengetahui apa alasan para pembunuh bayaran itu mengincar nyawa istrinya. Dan yang harus Aiden lakukan sekarang adalah meringkus mereka dalam keadaan hidup-hidup agar Ia bisa menggali informasi mengenai apa dan tujuannya hingga mereka mengincar nyawa Celine.
"Kau mau kemana?" Celine menahan lengan Aiden saat pria itu hendak beranjak dari sisinya.
"Tetaplah di sini dan jangan coba-coba untuk keluar dari persembunyianmu walau apa pun yang terjadi!" pinta Aiden sambil mengunci manik hazel milik Aiden.
Celine menggeleng. "Jangan pergi, aku mohon!" kedua matanya mulai berkaca-kaca.
Aiden menangkup wajah Celine dan semakin mendekatkan wajahnya, dan dalam hitungan detik Aden telah menyatukan bibirnya dengan bibir Celine. Gadis itu hanya diam tanpa reaksi apa pun, bahkan terkejut pun tidak. Mungkin karna hati dan pikirannya yang dalam keadaan kalut.
"Tetaplah disini, aku akan segera kembali!" Aiden menarik sudut bibirnya, berusaha meyakinkan Celine jika semua akan baik-baik saja.
Tanpa gentar sedikit pun, Aiden keluar dari persembunyiannya dan berhadapan dengan sedikitnya lima orang bersenjata. "Sialan, jadi kau orangnya? Berani-beraninya kau membunuh tiga anak buahku!" amuk seorang pria yang Aiden yakini sebagai pimpinan mereka. "Apa yang kalian tunggu? Cepat habisi si brengsek itu!" bentak pria itu pada keempat anak buahnya.
"Bangsat , kau pikir aku pun akan diam saja saat melihat nyawa istriku dalam bahaya karna ulahmu!"
.......
.......
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Varhan Thio
lanjutt
2023-05-10
0
Nuralam
kok ada tembak²an bikin takuutt😱😱
2023-05-07
0
young park
wiiihhh dalam keadaan darurat kaya gini aja berani nyosor Luh Aiden 🤣🤣🤣
2023-04-28
0