Neo dan Ren tak sedikit pun mengalihkan atensi mereka dari sosok kakak iparnya yang begitu cantik dan anggun.
Neo yang notabenenya adalah seorang playboy kelas kakap sangat paham mana yang berkelas dan mana yang bukan.
Celine bukan hanya memiliki kecantikan fisik yang nyaris sempurna, yang mampu membuat banyak wanita di luar sana akan merasa iri, tapi juga kecantikan hati yang di dukung dengan sikapnya yang selalu ramah dan penuh tata krama baik itu dari cara dia berbicara maupun berperilaku.
Bukan hanya kecantikan Celine yang membuat seorang Aiden sampai jatuh cinta padanya, tapi juga karena kepribadiannya. Aiden mengenal Celine lebih dari siapa pun, bahkan lebih dari dirinya sendiri.
Ren dan Neo berdiri di lantai dua kediaman kakaknya sambil memerhatikan setiap gerak gerik kakak iparnya yang sedang berkutat di dapur. Awalnya Celine berniat untuk langsung pergi tanpa membuat sarapan terlebih dulu. Karena memasak pun akan percuma saja, Aiden tak akan menyentuh masakannya dan dia lebih memilih sarapan di luar.
Begitulah yang selalu ada di pikiran Celine selama ini, tanpa Ia sadari jika sebenarnya Aiden sangat ingin sekali bisa sarapan bersama dan merasakan masakannya. Tapi keadaan pagi ini berbeda, ada dua tamu di rumah mereka dan Celine tidak bisa membiarkan kedua tamu itu mati kelaparan.
Akhirnya Ia memutuskan untuk memasak makanan sederhana untuk mereka berdua, mungkin juga untuk suaminya. Itu pun jika Celine memang sudi memakan masakannya.
"Kau sangat beruntung, Kak. Karena memiliki istri sepertinya. Selain cantik, baik dan ramah, ternyata dia juga pandai memasak. Lihatlah betapa lincahnya dia dalam memilih bahan, memotong sayuran dan menyiapkan bumbu-bumbu!" tutur Ren yang begitu mengagumi sosok Celine.
"Andaikan saja yang menikah dengan, kakak ipar itu adalah aku bukan kau, Kak. Pasti aku akan menjadi pria paling beruntung di dunia ini!" sahut Neo menambahkan. Dia terus menatap Celine tanpa peduli jika ada sepasang mata yang sedang menatapnya dengan pandangan ingin menerkam.
"Ahhh. Panas... panas.. panas..." seru Celine panik setelah tangannya tidak sengaja bersentuhan dengan penggorengan yang berada di atas kompor yang masih menyala.
Dan seruan Celine yang cukup keras itu mengalihkan perhatian ketiga kakak beradik tersebut. Tak lama terlihat Aiden menuruni anak tangga di susul Neo dan Ren yang mengekor di belakangnya.
Sesampainya di dapur, Aiden melihat Celine yang tampak kesakitan sambil memegangi tangannya yang memerah. "Dasar ceroboh!!"
"Ehhh," Celine tersentak kaget saat tiba-tiba ada seseorang yang menariknya menuju wastafel, detik berikutnya yang dia rasakan adalah rasa dingin dan basah menyentuh permukaan kulitnya. Ketika menoleh, yang pertama ia lihat adalah wajah tampan suaminya yang dingin. "Aiden!!"
"Lain kali lebih hati-hati," dia menoleh membuat pandangan mereka bertemu untuk beberapa saat.
Cukup lama Celine menatap mata suaminya. Dan dia baru menyadari jika pria yang sudah satu tahun hidup satu atap dengannya itu memiliki sepasang bola mata yang sangat indah, di dukung dengan hidungnya yang mancung, bibir merah tipis dan wajah yang tidak bisa di katakan sedang-sedang saja, Karena Aiden memiliki wajah yang sangat tampan namun juga terlihat cantik.
Dan ini pertama kalinya Celine memerhatikan wajah suaminya sedekat ini. Ada desiran aneh saat saat menatap mata itu.
Aiden berharap waktu berhenti detik itu juga, Ia tidak ingin moment indah ini berakhir begitu saja. Mungkin bagi orang lain moment sekecil ini adalah hal yang biasa-biasa saja, tapi hal itu tidak bagi Aiden. Moment seperti ini tentu sangat berharga untuknya.
Matanya tidak bisa lepas begitu saja dari mata Hazel Celine, hatinya menghangat dan begitu teduh hanya dengan menatap mata itu. Celine yang merasa gugup buru-buru menundukkan wajahnya lalu menarik tangannya yang masih di genggam oleh Aiden.
"Aku tidak apa-apa!" ucap Celine seraya mengalihkan pandangannya dari Aiden.
"Tidak apa-apa pun sebaiknya di obati, Kakak Ipar. Bagaimana jika lukanya semakin memburuk!" seru Neo yang kebetulan ada di dapur juga.
"Kak ini, sebaiknya obati tangan, Kakak Ipar!" Ren datang dengan membawa kotak p3k yang tidak sengaja Ia temukan di meja samping tangga.
"Tidak perlu, hanya luka bakar kecil saja kok. Nanti juga sembuh sendiri!" tandasnya. "Aku akan menyelesaikan masakannya, pasti kalian sudah lapar!" Celine hendak berbalik dan kembali pada pekerjaannya jika saja tidak ada sebuah tangan kekar yang menahannya.
"Masakanmu biar Neo yang menyelesaikan. Dia koki yang handal, sebaiknya kita obati dulu tanganmu!"
Nada bicaranya begitu dingin. Bahkan Celine tak kuasa untuk menolak dan akhirnya menuruti Aiden. Celine juga tidak menolak saat Aiden menggenggam tangannya menuju ruang tengah.
Sepanjang Aiden mengobati luka bakar yang ada di tangan kiri istrinya, tak ada sedikit pun perbincangan di antara mereka berdua.
Kebersamaan langkah itu hanya di isi keheningan dan cara canggung. Aiden sendiri tidak tau harus melakukan apa, dia ingin sekali berbincang dengan istrinya tetapi Aiden sendiri bingung harus dari mana memulainya.
Aiden benar-benar kehilangan kata-katanya, sedangkan Celine sedari tadi hanya diam sambil menundukkan wajahnya.
"Neo, apa kau memikirkan apa yang aku pikirkan?" Ren menoleh menatap Neo yang berdiri di sampingnya. "Ini hanya perasaanku saja, atau memang benar jika sebenarnya kakak mencintai kakak ipar hanya saja dia tidak memiliki keberanian untuk mengutarakan perasaannya." ujar Ren menambahkan.
"Bagaimana kau bisa seyakin itu, Ren?".
"Pancaran mata kakak, lihatlah bagaimana cara dia menatap kakak ipar. Bukankah itu adalah tatapan cinta?" tutur Ren menegaskan.
Pemuda itu diam untuk beberapa saat, pandangannya bergulir pada kakak serta kakak iparnya. Neo memerhatikan bagaimana cara Aiden ketika menatap Celine, dan Neo melihat pancaran mata kakaknya begitu teduh, bahkan dia berkali-kali menarik sudut bibirnya dan tersenyum setipis kertas.
Ya, Neo sependapat dengan Ren dan meyakini bila Aiden sebenarnya memang mencintai Celine. Lalu yang menjadi pertanyaannya, siapa sebenarnya wanita bernama Irene itu dan bagaimana bisa wanita itu mengaku sebagai kekasih kakaknya. Neo harus bisa memecahkan teka-teki ini.
"Maaf jadi merepotkan," kata Celine yang merasa tidak enak pada Aiden.
Lantas Aiden mengangkat wajahnya dan menatap Celine datar. "Tidak masalah," jawabnya.
Tidak ada perbincangan lagi setelah obrolan singkat itu. Aiden membereskan kotak p3k nya sementara Celine diam sambil meremas jari-jarinya. Ia ingin berbincang dengan Aiden layaknya suami-istri seperti pasangan lainnya, tapi Ia bingung bagaimana memulainya.
Hubungannya dan Aiden tidaklah sebaik itu , bahkan mereka berdua hidup seperti orang asing yang tidak saling mengenal meskipun pada kenyataannya mereka adalah pasangan suami-istri yang sah.
"Apa hari ini kau tidak pergi bekerja?" Setelah cukup lama berkutat dengan pikirannya akhirnya sebuah pertanyaan lolos begitu saja dari bibir Celine membuat Aiden sedikit terkejut pasalnya ini adalah kali pertama gadis itu bertanya secara gamblang padanya..
Apakah Aiden merasa bahagia? Maka jawabannya adalah iya. Dan rasanya itu seperti sebuah mimpi, hal-hal sekecil itu bagi orang lain mungkin akan terasa biasa saja tapi bagi Aiden itu sangat special.
"Ya, aku sudah meminta Lay untuk mengambil alih semua jadwalku hari ini." ujarnya. "Ada apa? Tidak bisanya kau bertanya hal-hal sepele padaku!" lanjutnya.
Celine menggigit bibir bawahnya. Sebenarnya Ia ingin meminta suaminya itu untuk menemaninya berbelanja bulanan tapi lidahnya terasa keluh, Ia takut jika Aiden akan menolaknya mengingat bagaimana kehidupan rumah tangga mereka selama ini.
Akhirnya Celine pun mengurungkan niatnya dan mengunci rapat-rapat bibirnya.
"Kakak, Kakak Ipar sarapan siap!" seru Ren dari arah dapur.
Aiden dan Celine menoleh pada sumber suara sebelum mereka kembali saling bertatap muka. "Ayo," Aiden mengulurkan tangannya untuk membantu Jessica berdiri.
Celine tak lantas menerima uluran tangan Aiden, Ia terbengong-bengong dengan sikap suaminya itu pagi ini karena tidak biasanya dia bersikap seperti itu. Apa dia salah minum obat pagi ini? Pikir Celine.
Dengan ragu dan tak yakin, Celine menerima uluran tangan Aiden sambil menundukkan wajahnya. Dan sialnya saat hendak melangkah tapi kaki kanannya malah terjegal kaki kirinya sendiri, hampir saja tubuh dia jatuh dan berciuman dengan lantai jika saja Aiden tidak lebih gesit untuk menangkap tubuhnya.
Tangan kanan Aiden melingkar di pinggang Celine, sementara tangan kirinya memegang lengan gadis itu, dan insiden tersebut membuat pandangan mereka kembali bertemu untuk yang kesekian kalinya. Di sadari atau tidak, muka Celine kini memerah.
"Dasar, ceroboh!" Aiden menggeram rendah tanpa mengakhiri kontak matanya dengan Celine.
Perempuan itu malu sendiri, pasalnya Ia melakukan tindakan memalukan di depan Aiden setelah satu tahun hidup bersama. Dan ada apa pagi ini, kenapa semuanya terasa berbeda? Dan Celine seperti menemukan sesuatu yang lain tentang suaminya, pagi ini suaminya itu tidak sedingin biasanya.
.......
.......
...Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Varhan Thio
pura pura karna adik adiknya
2023-05-10
0
Luzi
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkk , baru interaksi sedikit aja gw yg dah Dig dug ,,🥰🥰🥰🥰🥰😁😁
2023-04-02
0
Aisyah Hasan
lnjut
2023-04-02
0