Di toko kue sederhana yang menjual berbagai macam kue tradisional itu, Aminah dan Naya menyalurkan hobi mereka di dunia kuliner, sekaligus menjadi tempat pelampiasan Aminah ketika dia merasakan patah hati sejak lima tahun silam.
Naya sudah terlebih dahulu bekerja dengan Bu Aya disusul Aminah. Ia bekerja sambil berkuliah dulu.
Bu Aya, pemilik toko tersebut adalah teman baik Bu Sukma, Ibu nya Naya. Bu Aya sangat baik dan mempercayakan toko kue itu dikelola oleh Aminah dan juga Naya.
"Tidak ada pekerjaan yang nggak capek, Min. Dulu awal mula Ibu bangun usaha ini, kerja mulai dari pagi ketemu pagi lagi. Cintai pekerjaan yang kamu tekuni saat ini, kelak lelah kita akan terbayar dengan hasilnya." Pesan Bu Aya saat pertama kali bertemu Aminah. "Kesuksesan itu akan terwujud, ketika kesempatan bertemu dengan kesiapan."
"Iya, Bu. Mohon bimbingannya." Balas Aminah.
"Naya juga sudah cerita tentang masalah yang tengah kamu hadapi dan sampai membuat kamu malah sampai milih bekerja disini dibanding dengan minat kamu yang sebenarnya." Ucap Bu Aya.
Aminah hanya tersenyum, tetapi matanya langsung memanas ketika mengingat masalah yang ia hadapi.
"Apa yang terlewat dan terlepas, berarti memang bukan rezeki kita. Sibukkan diri dengan kegiatan positif, nanti lama-lama juga lupa." Pesan Bu Aya.
Aminah mengangguk dengan kepala menunduk karena air mata sudah tak terbendung lagi.
Aminah kembali mengembuskan napas berat jika mengingat pertama kali mendengar kabar tentang pernikahan Dani. Di mana, setiap malam tangisnya selalu pecah secara tiba-tiba tanpa sebab.
Tak ingin berlarut dalam kesedihan, Aminah merapikan ruangan belakang dan memasukkan jajanan untuk dibagikan ke beberapa orang yang sudah ditunjuk Bu Aya. Karena prinsip toko itu, selalu menyediakan makanan fresh setiap hari, jadi sisa hari ini berarti adalah rezeki untuk mereka di luar sana.
"Sudah selesai?" Naya muncul dengan pertanyaan dari ambang pintu.
Aminah mengangguk, lalu mengangkat plastik berisi makanan dan mematikan lampu ruang belakang.
Mereka menutup toko jam empat sore dan menjelang maghrib selesai merapikan semua, lalu bergegas pulang. Jarak toko ke rumah mereka tak begitu jauh, sehingga bisa ditempuh dengan berjalan kaki.
Dalam perjalanan pulang, Naya terus saja membacakan info yang ia dapatkan dari media sosial. Beberapa info disimak Aminah, tetapi dia lebih banyak mengabaikan informasi itu karena pikiran dan hatinya sendiri sedang tak baik.
'Ayolah hati, mari kita bekerjasama untuk melupakan dia.' ucap Aminah dalam hati.
Saat Aminah tiba di rumah.....
"Tadi ada tamu ke sini, Nak." Ucap Bu Wati, Ibu dari Aminah saat Aminah sampai rumah.
"Ada yang mau ngelamar lagi, Bu?" Tanya Aminah langsung tanpa basa basi.
Bu Wati tersenyum, lalu menggeleng.
"Cuma silaturahmi." Ucap Bu Wati.
"Oh." Balas Aminah singkat.
"Ibu sempet kaget waktu lihat tamu tadi, karena terakhir ketemu lima tahun yang lalu. Banyak yang berubah dari dia." Lanjut Bu Wati
Dahi Aminah mengernyit mendengar ucapan ibunya itu.
"Saudara jauh, ya, Bu?" Tanya Aminah.
Bu Wati lantas menggeleng.
"Lima tahun lalu dia pernah membuat anak semata wayang Ibu dan Bapak patah hati." Jawab Bu Wati.
Deg!
Jantung Aminah berdegup kencang.
'Pasti Dani.' gumam Aminah.
Ya, lima tahun lalu, Aminah memang merasakan patah hati terhebat.
"Bertemu dan berpisah itu rahasia Allah, Nak. Tidak ada yang bisa menebak jalan hidup kita bakal seperti apa ke depannya. Tugas kita sebagai manusia hanya melakukan yang terbaik, sisanya biarkan Allah yang selesaikan," Ucap Bu Wati sesaat sebelum Aminah masuk ke kamar.
Aminah menatap langit-langit kamarnya dengan perasaan campur aduk. Memori masa lalu kembali berputar-putar di pikiran, tentang bagaimana mereka memulai hubungan, berjanji untuk terus bersama, sampai akhirnya berpisah, dan saling menjauh.
Berpisah dengan Dani adalah patah hati terhebat yang pernah Aminah rasakan dalam hidupnya, karena memang dulu Dani telah dapat membuat Aminah begitu jatuh cinta kepadanya.
Aminah yang sudah sangat mencintai dan berharap lebih pada Dani, tapi dia malah harus memaksakan dirinya untuk melepas serta merelakan Dani menjadi milik orang lain.
"Kalau memang cinta, pasti akan diperjuangkan. Dia selingkuh kali sama itu cewek, berdalih dijodohin Mama nya buat nutupin kebohongan itu," Ucap Naya dulu saat tahu kalau Aminah dan Dani berpisah.
Entah bohong atau tidak, hati Aminah tetap akan patah. Bak kaca yang sudah hancur, sangat mustahil untuk menyusunnya kembali.
Aminah berusaha mengganti lembaran lama dengan hal baru, meski harus tertatih. Mati-matian dia menyembuhkan luka, meski harus berdampingan dengan air mata.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments