Aminah (Antara Mantan & Masa Depan)
Suasana pagi hari dengan hawa dingin yang sangat menusuk batin. Sekujur raga terbelenggu dalam dinginnya pagi. Pagi hari berhias kabut yang sangat tebal. Kabut yang sangat tebal mendekap seluruh jiwa. Berselimut mantel sangat tebal yang menghangatkan sekujur raga Aminah.
Sang mentari menyapa pagi hari dengan senyumannya yang sangat mengagumkan hati. Senyumannya memancarkan kehangatan teriknya kala pagi hari yang sangat dingin. Aminah meraih kehangatan sang mentari dalam naungan jiwa yang dirangkul oleh hawa dingin pagi.
Burung-burung semuanya bertebaran saling bertegur sapa satu sama lain. Burung-burung bercuitan dengan lantunan yang menawan melodinya. Burung-burung yang beterbangan menyapa diri Aminah di pagi hari. Suasana jalan yang sepi, penuh damainya hati.
Tiada kendaraan setitik pun yang menyapa mengitari jalan yang sangat lurus. Aminah merasakan hangatnya sang mentari sembari menatap pohon-pohon berdiri tegak gagah dengan penuh wibawa yang tampak begitu tangguh. Pohon-pohon yang berdiri kokoh membuatnya begitu kagum.
Aminah kagum akan keberadaan pohon-pohon yang begitu menaungi jalanan dari goresan polusi kendaraan. Hijau menawan pohon-pohon yang menghiasi sudut jalanan. Dia merasakan nikmat karunia Illahi yang terpancar dari kehangatan dan hawa dingin pagi hari.
Batinnya terasa sunyi merasakan segala kebesaran Illahi atas segala hamparan pemandangan alam yang mempesonakan. Kalimat rasa syukur tiada lupa terucap dari lisannya.
Aminah berjalan di jalanan yang lengang sembari menatap sang surya sejenak.
Aminah berjalan dan terus berjalan di jalanan yang lengang. Hingga dia mengabadikan sebuah momen indahnya pagi berhias pancaran sinar sang surya. Dia mengabadikan momen pagi ini dalam sebuah foto. Foto indahnya pagi hari akan menjadi ukiran yang berharga sepanjang hidupnya.
Terucap puja-puji kepada Sang Maha Pencipta atas segala keberkahan keindahan alam pagi hari yang banyak memberi arti dalam hidupnya. Pagi hari memberi banyak kesan dan pesan dalam seluruh detak kehidupannya yang tiada lagi kesia-siaan.
Tepat pukul 08.00 pagi, di dalam sebuah toko kue yang menjual jajanan tradisional. Seperti biasanya, Aminah mulai sibuk bekerja bersama dengan sahabatnya, Naya.
"Tahu kabar terbaru dari Dani nggak?" Tanya Naya.
Jemari Aminah yang tadinya sibuk menulis laporan akhir bulan tentang penjualan jajanan di toko itu, seketika terhenti saat mendengar nama itu disebut. Nama seseorang yang pernah mengisi hati Aminah selama lima tahun silam.
"Tahu nggak, Aminah?" Tanya Naya lagi.
Senggolan pelan dirasakan Aminah di lengannya. Naya membuat Aminah tersadar dari lamunannya. Aminah menggeleng pelan, sembari melanjutkan untum menulis laporan akhir bulanan.
"Jangan ngurusin hidup orang," Balas Aminah singkat, walau dia sebenarnya sedikit kepo.
"Ish, bukan gitu, tapi ini tu berita hot banget. Kamu, sih, terlalu sibuk kerja. Jadi ketinggalan berita tentang mantan tersayang, kan?" Ucap Naya.
Aminah melempar pulpen ke arah Naya, dengan sigap Naya menghindar, lalu terbahak.
"Serius nggak mau tahu?" Naya terus saja menggoda Aminah.
'Ih nih anak padahal tinggal bilang aja kenapa, sih!' batin Aminah.
"Males, ah!" Balas Aminah sembari menutup buku laporan, lalu beranjak merapikan rak-rak yang berisi roti sisa hari ini.
Lima tahun sudah Aminah berusaha mati-matian untuk melupakan Dani dan berusaha untuk jangan sampai goyah ketika mendengar nama itu disebut lagi hari ini.
Perpisahan yang mendadak dulu, membuat Aminah masih sedikit menaruh hati padanya.
Bagaimanapun, semua kenangan saat menjalin hubungan dengan Dani bukanlah hal yang mudah untuk dilupakan oleh Aminah.
Aminah bahkan tak lagi berniat meneruskan mimpinya dulu yang ingin bekerja di bidang pariwisata, karena takut kenangan tentang Dani akan selalu menghantuinya.
Kini dia dan Naya bekerja di sebuah toko kue milik Bu Soraya. Atau lebih sering dipanggil oleh Aminah dengan sebutan Bu Aya.
Sejak kabar pernikahan Dani beredar. Aminah memblokir semua akses tentang Dani. Hubungan yang mereka jalin dulu kalah oleh keputusan orang tua Dani yang menjodohkan Dani dengan gadis lain.
Akhirnya ... Aminah memilih mengalah, menyerah dengan keadaan.
Waktu seakan cepat berlalu, umur yang sudah menyentuh angka dua puluh delapan belum membuat Aminah memikirkan tentang pernikahan.
Hatinya masih belum seutuhnya terbuka untuk cinta yang baru. Beruntung ada Naya, sahabatnya yang juga belum ada keinginan untuk menikah. Kata Naya, menikah itu bukan terpatok pada umur, tetapi pada kesiapan lahir batin.
Naya memilih bekerja keras dulu sebelum akhirnya nanti semua bakti ia serahkan pada suami.
Beruntung lagi, Aminah memiliki orang tua yang tak pernah memaksa untuk segera menikah. Walau Aminah yakin dari berbagai pihak keluarga besar selalu membicarakannya.
"Jangan menggenggam masa lalu untuk menyambut masa depan, karena itu hanya akan melukai salah satu pihak. Kelak, saat kamu benar-benar sudah siap, segera sampaikan ke Bapak dan Ibu."
Begitulah pesan terakhir Bu Wati ketika ada seseorang yang berniat melamar Aminah dan lagi-lagi ia meragu.
Bahkan seorang pria yang merupakan teman masa kecil Aminah, Dodi memberanikan diri datang untuk melamar Aminah satu tahun yang lalu. Tapi Aminah menolak dengan alasan belum mau menikah.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
abdan syakura
Semangat Thor 🥰💪
2023-04-21
0