Mimpi

Aminah menghela napas panjang, tak terasa kejadian itu sudah lima tahun berlalu. Walau belum sepenuhnya melupakan, tetapi Aminah sudah bisa merelakan.

Aminah membolak-balikkan badan, menikmati sunyi nya malam sendirian.

"Tumben malam ini aku susah tidur. Jam berapa ini?" Ucap Aminah.

Dan, benar saja, ternyata jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari dan Aminah masih belum merasakan kantuk.

Kabar tentang Dani yang telah bercerai dan kedatanganya ke rumahnya menemui kedua orang tuanya, Pak Hasan dan Bu Wati menimbulkan banyak pertanyaan di hati Aminah.

'Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa dia bisa cerai? Kenapa dia datang ke rumah? Apa Dani masih mencintaiku? Tetapi, kata Ibu tadi, ia sama sekali tak menanyakan ku. Arrghh!' tanya Aminah dalam hati seraya mengacak rambutnya sendiri.

Aminah terduduk dan kembali mengacak rambut dengan kesal.

'Ayolah, Aminah. Dani itu masa lalu, dan dia juga punya pekerjaan yang lebih penting dipikirkan daripada kamu. Ayo, ayo, ayo, berpikirlah secara normal dan sehat. Lupakan, lupakan, lupakan. Kamu pasti bisa.' ucap Aminah lagi dalam hati.

Aminah mencoba mengatur nafas dan menenangkan diri.

"Oke, sekarang tidur dan lupakan Dani. Dan ingat, kamu belum menikah bukan karena masih berharap padanya, tetapi karena ...." Ucapan Aminah terhenti.

Aminah berpikir sejenak, mencoba mencari alasan yang tepat.

"Karena ... belum pengen aja. Iya betul! Menikah itu bukan bukan ajang lomba!" Lanjutnya.

Aminah terus menghibur diri sendiri agar tetap berpikir positif dan tenang.

Aminah lalu menjatuhkan tubuhnya di ranjang, menarik nafas panjang dan mengembuskan nya dengan perlahan. Lalu dua mencoba memejamkan mata dan berusaha untuk tidur.

Malam berjalan dengan begitu cepat, tanpa setiap detiknya terasa terlewati. Hingga ketika fajar tiba, Aminah bergegas bangun dan menuju pintu depan karena terdengar suara ketukan sejak tadi dan tidak ada orang yang membuka pintu.

Saat Aminah membuka pintu, dia melihat Dani yang tampak sudah menunggu dirinya di beranda rumah. Aminah melihat ada yang tampak lembut dalam matanya, dan senyumnya yang manis, melunaskan segala kerinduan yang telah ditahan Aminah sebelumnya.

Lalu, ia tersenyum kepada Aminah, bibirnya seolah berkicau begitu mesra.

"Yuk." Ucap Dani.

Aminah tidak tahu, entah ke mana dia akan berjalan dengannya. Senja yang hangat kini menemani pertemuan mereka. Burung-burung terbang mengepakkan sayapnya tanpa beban, angin berhembus perlahan kemudian hilang. Ada yang berlalu lalang, mobil-mobil baru dari ukuran kecil hingga besar lewat begitu saja.

Mereka berjalan di sebuah jembatan yang sudah tua. Melewati sungai, melihat lampu antik dan patung bergaya eropa klasik, berada di sisi kiri dan kanan jembatan. Semua itu melengkapi pertemuan mereka.

Sambil ditemani senja yang begitu hangat, Sinar matahari turun memantulkan sinarnya dalam wajah Dani. Aminah menghirup aroma sebuah keindahan. Mereka terus berjalan, menyisir jalanan kota yang menyuguhkan udara yang masih asri sambil bercengkrama satu atau dua patah kata. Mengingat masa lalu mereka, sampai saat ketika perpisahan mereka tiba.

Perjalanan yang romantis ini tidak bertahan begitu lama, meskipun langit sudah menguning keemasan. Dalam diri Aminah, dia menyadari satu hal yang amat teramat penting. Sebab apa yang dia lalui ini merupakan sesuatu yang tidak mungkin baginya.

Berjalan bersama Dani, disaat senja tiba, menyusuri setiap sudut kota itu membuat Aminah bergumam pada dirinya sendiri.

Seketika Aminah menghentikan langkahnya sejenak dan berpikir. Insting naluriahnya berkata bahwa ini merupakan mimpi!

Aminah mulai mencubit pipinya dengan sekuat tenaga, dan dia tidak merasakan rasa sakit walau wajahnya telah dicubit oleh jemariku sendiri. Setelah terus mencubit, terasa bahwa rasa sakit itu memang tidak ada. Muncul dalam benak Aminah bahwa setelah ia mencubit wajahnya dia akan merasakan adanya rasa sakit.

Namun, hingga yang ketiga kalinya Aminah benar-benar meyakinkan diri bahwa semua itu memanglah sebuah mimpi!

Dalam hati Aminah bergumam, "Terima kasih Tuhan untuk pertemuan saat ini, yang ternyata hanyalah sebuah mimpi."

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!