Bab 5. Hamil

Mila menyusul ibu mertuanya ke rumah sakit dengan menggunakan ojek online. Mila berusaha untuk tetap ikut ke rumah sakit meskipun ibu mertuanya dan Tiara memintanya tetap tinggal di rumah. Bagaimanapun juga, semua itu karena dirinya.

Setelah dirawat di UGD beberapa saat, Bu Siti dipindahkan ke ruang rawat inap. Meskipun kata dokter tidak ada yang parah, tetapi masih perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut pada bagian perut dan pinggul pasien.

Mila segera menghubungi suaminya untuk segera datang ke rumah sakit.

[Memangnya ada apa, Mila? Siapa yang sakit, kamu?]

[Tidak. Ibu yang sakit. Jatuh terpeleset.]

Mila mendengar Hisam panik dan Mila segera mematikan panggilan teleponnya. Mila tahu, Hisam pasti sudah tidak sabar ingin segera datang ke rumah sakit.

Mila duduk di ruang tunggu karena ibu mertuanya tidak mengizinkannya mendekat. Mila merasa bersalah karena dia merasa telah membuat ibu mertuanya terjatuh. Kalau saja saat itu, dia lebih awal memberi peringatan, pastilah ibu mertuanya tidak akan terjatuh dan terluka.

Setengah jam kemudian, Hisam datang dalam keadaan panik. Hisam mendekati Mila yang segera berdiri saat Melihat Hisam telah datang.

"Dimana ibu, bagaimana kondisinya?" tanya Hisam panik. "Lalu kenapa kamu malah ada di sini?"

"Tenang, Mas. Ibu ada di ruang rawat inap. Keadaannya tidak terlalu baik. Aku ... Ibu melarang aku masuk. Padahal aku ingin sekali merawatnya," jawab Mila gugup.

"Lalu siapa yang menungguinya?"

"Tiara," jawab Mila pelan.

Tanpa berkomentar apapun, Hisam langsung menuju tempat ibunya di rawat. Tanpa mengajaknya ataupun sekedar memberikan semangat padanya untuk sabar. Yang suaminya ingat, dan dia khawatirkan hanyalah keadaan ibunya.

Mila terduduk kembali di kursi tunggu. Hatinya sedang kacau saat ini. Pikiran buruknya tentang kemarahan suaminya yang akan dia terima, membuatnya sedih.

Mila berdiri dan berjalan mendekati pintu ruang perawatan ibu mertuanya. Dia ingin berkumpul dengan suami dan ibu mertuanya seperti keluarga lain pada umumnya.

Mila mengintip dari balik pintu, dengan perasaan sedih. Saat itu, suaminya melihatnya dan memanggilnya.

"Mila, masuklah!" titah Hisam.

"Hisam ...," gumam Tiara. Tiara tidak ingin, Mila ada di antara mereka, tetapi dia tidak bisa menghalangi Hisam secara jelas.

Mila sangat bahagia, suaminya mengerti keinginan hatinya. Dia bergegas masuk dan mendekati suaminya. Hal itu membuat ibu mertuanya tidak senang.

"Hisam, ibu takut," ucap Bu Siti pura-pura ketakutan saat melihat Mila.

"Ibu, apa yang ibu takutkan?" tanya Hisam sambil memegang tangan "Ibu tidak perlu takut. Hisam ada di sini."

"Hisam, dia yang menyebabkan ibu begini. Dia jahat sekali. Dia bukan manusia. Jangan biarkan dia dekat-dekat dengan ibu," kata Bu Siti dengan nada bergetar.

"Mas ...," kata Mila gugup.

"Apa benar apa yang dikatakan ibu, Mila? Kamu yang membuat ibu terluka dan harus di rawat di rumah sakit?" tanya Hisam sambil menatap Mila tajam.

"Aku ... aku tidak sengaja. Aku ...," jawab Mila gugup.

"Tuh kan benar. Dia ngaku," ucap Bu Siti menahan senyum.

"Mila, kamu pulang sekarang. Jangan datang menjenguk ibu di rumah sakit. Kita akan bicara setelah ibu sembuh dan boleh pulang," titah Hisam tegas.

Mila menatap satu persatu wajah mereka bertiga. Senyum sinis dari ibu mertuanya dan Tiara, serta tatapan marah suaminya membuat Mila patah semangat.

Mila melangkah gontai meninggalkan mereka dengan hati yang penuh luka. Rasa tidak berharga dan dicampakkan melekat di hatinya. Berkali-kali di sakiti, berkali-kali di lukai. Cinta, masihkah bisa menyembuhkan luka yang telah membutakan mata dan hati Mila saat ini?

***

Hisam membawa ibunya pulang setelah dokter menyatakan bahwa tidak ada yang serius dengan luka ibunya. Hanya butuh istirahat yang cukup saja.

Sementara, Mila sudah siap dengan amarah suaminya. Dia duduk di tepi ranjang saat suaminya selesai mandi dan berganti pakaian.

Seharusnya amarah suaminya bisa reda, setelah mandi. Tetapi nyatanya, tidak.

"Mila, ibu itu baru saja sembuh. Seharusnya kamu menjaga dan merawatnya. Tapi kamu malah membuat ibu kembali harus masuk rumah sakit karena kecerobohan kamu. Bagaimana ibu akan bisa menerima kamu sebagai menantunya, jika kamu selalu menyakiti ibu? Kamu harusnya bisa mengambil hati ibuku," ucap Hisam dengan nada agak tinggi.

"Iya, Mas. Mila mengerti," jawab Mila sedih. "Mila tidak sengaja. Saat Mila sedang mengepel lantai, tiba-tiba ibu lewat, padahal lantainya belum kering."

"Mila, Mas tahu dan mengerti. Mas ini ingin sekali, melihat kamu dan ibu bisa akur. Tapi melihat kondisi sekarang ini, Mas tidak tahu kapan itu akan terwujud," Jawab Hisam sambil menghela napas berat.

"Maafkan, Mila, Mas Hisam. Mila tidak bisa membuat ibu bahagia. Mila bukan menantu yang diharapkan ibu. Mila tidak bisa menjadi seperti yang ibu harapkan," ucap Mila sambil menatap suaminya sendu.

"Mila, kamu yang sabar menghadapi ibu. Bagaimanapun, surgaku ada di telapak kaki ibuku. Kamu mengerti posisiku, bukan?" tanya Hisam penuh harap.

"Mila mengerti, Mas. Mila tidak pernah menyalahkan Mas Hisam," jawab Mila lalu mereka saling berpelukan.

Mila hanya bisa menerima kelemahan suaminya untuk bisa mempertahankan rumah tangga mereka. Karena dia sadar, bahwa Hisam hanya ingin menjadi anak yang berbakti. Meskipun Hisam lebih memilih ibunya daripada dirinya. Yang pasti, dia tahu Hisam mencintainya.

Menjelang subuh, Mila tiba-tiba perutnya terasa mual dan ingin muntah, saat matanya baru terbuka. Hisam kaget melihat kondisi Mila yang tampak pucat. Hisam takut jika Mila sakit karena semalam dia memarahinya.

Setelah menjalankan kewajiban, Hisam mengajak Mila pergi memeriksakan diri ke rumah sakit terdekat. Tidak lupa, mereka berpamitan pada Bu Siti. Bu Siti tampak tersenyum senang saat melihat Mila dalam kondisi tidak baik. Mila tidka ingin pedulikan sikap ibu mertuanya lagi.

Sesampainya di rumah sakit, mereka sabar menunggu hingga akhirnya nomor mereka dipanggil oleh suster.

Kabar baik pun datang, ketika Mila dinyatakan hamil oleh dokter.

"Selamat, kalian sebentar lagi akan menjadi orangtua," ucap Pak Dokter sambil tersenyum.

"Istri saya, hamil Dok?" tanya Hisam kaget.

"Benar. Usianya baru 6 Minggu. Jadi, tolong hati-hati dan jaga kandungannya baik-baik. Jangan terlalu kelelahan. Ini resep yang harus kalian tebus," kata Pak Dokter lagi.

"Terima kasih, Dok," ucap Hisam dan Mila bersamaan.

Hisam membantu Mila berjalan perlahan. Hati Hisam sangat bahagia demikian juga dengan Mila. Mereka sudah tidak sabar lagi, ingin memberitahukan kehamilan Mila pada ibu mertuanya.

Sampai di rumah, Hisam dan Mila langsung menemui Bu Siti yang sedang duduk ruang keluarga sambil menonton acara televisi kesukaannya. Ditemani cemilan kacang atom Garuda.

"Ibu, Hisam ada kabar baik untuk Ibu," ucap Hisam penuh semangat.

"Kabar apa, Hisam? Ibu jadi penasaran," tanya Bu Siti sambil tetap mengunyah kacang atom-nya.

"Mila hamil, Bu," jawab Hisam menggebu-gebu.

"Uhuk-uhuk ... Apa, Mila hamil?" ucap Bu Siti tersedak.

Hisam segera mengambilkan minuman untuk ibunya.

"Hati-hati, ini minum dulu, Bu," kata Hisam sambil menyodorkan segelas minuman untuk ibunya.

Bu Siti segera meminumnya hingga tak tersisa. Kerongkongannya terasa kering saat mendengar jika Mila hamil. Dia berusaha terlihat bahagia mendengar kehamilan Mila, supaya Hisam tidak akan marah dan curiga padanya.

"Baguslah kalau begitu. Sebentar lagi rumah ini akan penuh kegembiraan," ucap Bu Siti. "Selamat, Hisam, Mila."

"Terima kasih, Bu," jawab Mila.

"Kami masuk ke dalam dulu, Mila harus banyak beristirahat," ucap Hisam pada ibunya.

Hisam kini mulai berubah penuh perhatian pada Mila. Mila juga sangat senang, karena kehadiran anak dalam kandungannya bisa membawa perubahan yang baik dalam hubungannya dengan suaminya.

Tetapi hal itu tidak membuat ibu mertuanya senang. Dia malah kesal karena seluruh perhatian Hisam tertuju pada istri dan calon bayinya.

Rencana baru disusunnya kembali untuk membuat rumah tangga anaknya kacau kembali.

Episodes
1 Bab 1. Masakan keasinan
2 Bab 2. Munafik
3 Bab 3. Bermuka dua
4 Bab 4. Cintamu alasanku bertahan
5 Bab 5. Hamil
6 Bab 6. Keguguran
7 Bab 7. Kedatangan adik ipar
8 Bab 8. Balasan untuk ibu mertua
9 Bab 9. Hamil kedua
10 Bab 10. Pertengkaran
11 Bab 11. Janji Hisam
12 Bab 12. Foto kiriman
13 Bab 13. Meminta Izin Poligami
14 Bab 14. Mila kecelakaan
15 Bab 15. Pernikahan Siri Hisam
16 Bab 16. Terulang kembali
17 Bab. 17. Kejujuran Ibu
18 Bab 18. Kehidupan buruk
19 Bab 19. Bertemu Mantan
20 Bab 20. Aku siap bertemu masa lalu
21 Bab 21. Bersama mantan
22 Bab 22. Si kembar Hasan Husein
23 Bab 23. Membohongi si kembar
24 Bab 24. Bersama Hasan dan Husein
25 Bab 25. Bermain dengan Daddy
26 Bab 26. Pergi ke luar kota
27 Bab 27. Menginap
28 Bab 28. Penyesalan mantan mertua
29 Bab 29. Bertemu mantan Ibu mertua
30 Bab 30. Mengambil surat cerai
31 Bab 31. Jalan terbaik
32 Bab 32. Membatalkan pernikahan
33 Bab 33. Pernikahan Mila
34 Bab 34. Di rumah baru
35 Bab 35. Bertemu Kakek
36 Bab 36. Restu
37 Bab 37. Memaafkan itu indah
38 Bab 38. Bagai mimpi
39 Bab 39. Skenario Hisam
40 Bab 40. Setelah perpisahan
41 Bab 41. Mencari mantan
42 Bab 42. Mantan yang sakit
43 Bab 43. Ungkapan hati
44 Bab 44. Keinginan Hisam
45 Bab 45. Menginap
46 Bab 46. Pergi dari rumah
47 Bab 47. Ucapan cinta
48 Bab 48. Kabar duka
49 Bab 49. Akhirnya bersama
50 Promo karya baru
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Bab 1. Masakan keasinan
2
Bab 2. Munafik
3
Bab 3. Bermuka dua
4
Bab 4. Cintamu alasanku bertahan
5
Bab 5. Hamil
6
Bab 6. Keguguran
7
Bab 7. Kedatangan adik ipar
8
Bab 8. Balasan untuk ibu mertua
9
Bab 9. Hamil kedua
10
Bab 10. Pertengkaran
11
Bab 11. Janji Hisam
12
Bab 12. Foto kiriman
13
Bab 13. Meminta Izin Poligami
14
Bab 14. Mila kecelakaan
15
Bab 15. Pernikahan Siri Hisam
16
Bab 16. Terulang kembali
17
Bab. 17. Kejujuran Ibu
18
Bab 18. Kehidupan buruk
19
Bab 19. Bertemu Mantan
20
Bab 20. Aku siap bertemu masa lalu
21
Bab 21. Bersama mantan
22
Bab 22. Si kembar Hasan Husein
23
Bab 23. Membohongi si kembar
24
Bab 24. Bersama Hasan dan Husein
25
Bab 25. Bermain dengan Daddy
26
Bab 26. Pergi ke luar kota
27
Bab 27. Menginap
28
Bab 28. Penyesalan mantan mertua
29
Bab 29. Bertemu mantan Ibu mertua
30
Bab 30. Mengambil surat cerai
31
Bab 31. Jalan terbaik
32
Bab 32. Membatalkan pernikahan
33
Bab 33. Pernikahan Mila
34
Bab 34. Di rumah baru
35
Bab 35. Bertemu Kakek
36
Bab 36. Restu
37
Bab 37. Memaafkan itu indah
38
Bab 38. Bagai mimpi
39
Bab 39. Skenario Hisam
40
Bab 40. Setelah perpisahan
41
Bab 41. Mencari mantan
42
Bab 42. Mantan yang sakit
43
Bab 43. Ungkapan hati
44
Bab 44. Keinginan Hisam
45
Bab 45. Menginap
46
Bab 46. Pergi dari rumah
47
Bab 47. Ucapan cinta
48
Bab 48. Kabar duka
49
Bab 49. Akhirnya bersama
50
Promo karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!