Kehadiran Tiara dalam kehidupan rumah tangga Hisam dan Mila, memang cukup berpengaruh. Apalagi Tiara setiap hari datang untuk mengurus ibu mertuanya, membuat Mila merasa sebagai menantu yang tidak dianggap.
Mila sering menangis dimalam hari. Mila tahu, jika ibu mertuanya sangat berharap jika Hisam bisa menikah dengan Tiara. Keinginan yang tersimpan sebelum kehadiran Mila dalam hidup Hisam.
Mila merasa, kehadirannya di rumah ini, tidak ada artinya dan tidak ada manfaatnya bagi suami dan ibu mertuanya. Terlebih setelah beberapa kejadian yang menimpa ibu mertuanya. Hisam yang dulunya sangat menyayangi Mila, kini semua itu mulai hilang entah kemana.
Kegembiraan yang terlihat saat Tiara datang, menimbulkan luka yang dalam di hati Mila. Mertua yang seharusnya menyayanginya malah menyayangi wanita lain.
"Ibu, ini Mila buatkan bubur untuk ibu. Biar Mila suapi, ya?" tanya Mila sambil membawa semangkuk bubur buatannya.
"Yakin, kamu tidak meracuni ibu?" tanya Bu Siti ketus.
"Ibu, kenapa ibu berpikiran seperti itu? Mila ini menantu ibu, Mila akan merawat ibu. Mila minta maaf kalau telah membuat ibu jadi seperti ini. Izinkan Mila melakukan tugas Mila sebagai seorang menantu," jawab Mila lembut. Mila tahu, jika ibu mertuanya tidak menyukai kehadirannya sebagai istri Hisam.
"Tidak, ibu tidak mau kamu merawat ibu. Bisa-bisa sakit ibu bertambah parah. Kamu pergi saja dari sini, jangan dekati aku!" teriak ibunya memintanya pergi.
Hati Mila sedih sekaligus sakit mendengar dia diusir dari kamar ibu mertuanya. Tetapi Mila masih tetap berusaha bertahan dan tidak mau pergi.
Saat itulah terdengar suara seorang wanita mengucapkan salam. Mila bergegas melihat keluar sambil menjawab salam dari wanita tersebut.
Mila sangat kaget saat melihat siapa yang datang. Dia adalah Tiara.
"Tiara?" gumam Mila.
"Hai, Mbak Mila. Tiara mau ketemu Tante Siti," ucap Tiara tanpa malu ataupun canggung.
"Tiara, untuk apa kamu ingin bertemu ibu mertuaku? Di sini sudah ada aku. Aku bisa merawat ibu mertuaku sendiri," kata Mila sedikit kesal.
"Memang Tante Siti mau kamu rawat? Soalnya, Tante Siti sudah berpesan padaku untuk datang setiap hari ke sini. Dia takut padamu," jawab Tiara seolah mengejek Mila.
"Kamu jangan ngomong sembarangan. Aku ini menantunya, tapi kamu siapa? Hanya orang luar yang berusaha masuk ke dalam keluarga kami. Sebaiknya kamu pergi, kamu pulang saja," kata Mila bertambah kesal.
"Tante, ini Tiara sudah datang!" terima Tiara membuat Mila emosi.
"Tiara kamu apa-apaan teriak-teriak di rumah orang?" tanya Mila sambil berusaha menghalangi Tiara masuk.
"Tante, Tiara nggak boleh masuk sama Mila!" teriak Tiara lagi.
"Masuk saja, jangan pedulikan Mila!" teriak Bu Siti dari dalam kamarnya.
"Tetap nggak boleh, Tante!" teriak Tiara lagi.
Tidak berapa lama, ibu mertuanya keluar dengan jalan yang masih tertatih-tatih. Mila yang melihat segera mendekati dan berusaha untuk membantunya berjalan, tetapi Bu Risma menolak bantuan dari Mila.
"Tiara, ayo sini masuk, bantu ibu," titah Bu Siti.
Ucapan Bu Siti disambut senyum oleh Tiara. Tiara terlihat sangat senang dan merasa menang. Tatapan matanya seolah mengejek Mila dan merendahkannya.
"Tante, ayo Tiara bantu masuk dan beristirahat," ucap Tiara sambil menghempaskan tangan Mila dari tubuh Bu Siti.
Tiara membantu Bu Siti berjalan masuk kekamarnya untuk beristirahat kembali. Sementara Mila mengikutinya dari belakang.
"Tiara, Tante senang kamu merawat Tante. Tidak seperti dia, hanya bisa membuat Tante susah saja," ucap Bu Siti sambil duduk di atas tempat tidurnya.
"Tante, Tiara sangat bahagia karena Tante tidak merasa terbebani dengan kehadiran Tiara di rumah ini. Tiara bahagia jika Tante juga bahagia," jawab Tiara sambil meletakkan bungkusan di atas meja.
"Apa itu, Tiara? Harusnya kamu tidak perlu repot-repot. Tante sudah senang kamu mau datang merawat Tante," ucap Bu Siti sambil tersenyum.
"Ini bubur, Tante. Tapi, ini sudah ada bubur. Biar Tiara bawa saja lagi," jawab Tiara.
"Jangan, bubur itu tidak enak. Pasti enakan buatan kamu. Tante makan bubur buatan kamu saja," ucap Bu Siti.
Mila sedih mendengar apa yang dikatakan ibu mertuanya. Padahal, Bubur yang dibuatnya itu belum dimakan sedikitpun oleh ibu mertuanya. Tetapi, ibu mertuanya bisa bilang kalau bubur itu tidak enak. Mila melangkah pergi meninggalkan Tiara dan ibu mertuanya.
Mila duduk di atas tempat tidurnya dan mencoba untuk mengingat semua yang terjadi padanya selama tinggal di rumah ini. Dia tidak bisa hidup seperti ini selamanya dengan bayang-bayang ibu mertuanya.
***
Suatu hari, Mila mendengar pembicaraan Hisam dan ibunya. Awalnya, ibu mertuanya hanya sekedar bertanya tentang Tiara. Lama kelamaan, ibunya meminta Hisam menikahi Tiara.
"Hisam, kamu lihat sendiri, Tiara itu gadis yang baik dan ramah. Jika kamu menikah dengan dia, hidup kamu akan lebih bahagia. Tidak seperti sekarang ini. Dia tidak suka ibu tinggal bersama kamu di rumah ini. Dia selalu mencari kesalahan ibu dan ingin membuat ibu tidak betah tinggal di rumah ini. Untung kamu anak yang baik, tidak terpengaruh ucapannya," kata Bu Siti pada Hisam.
"Ibu, Hisam bahagia menikah dengan Mila. Hisam juga yakin kalau Mila hanya butuh waktu untuk menerima kehadiran ibu di rumah ini. Mila tidak bermaksud membuat ibu tidak betah tinggal di rumah ini. Mila sebenarnya juga gadis yang sangat baik dan lembut. Tolonglah ibu mengerti dia sedikit. Dia hidup tanpa bimbingan orangtua sejak remaja. Ibu, bimbinglah Mila agar bisa sesuai dengan yang ibu harapkan," kata Hisam penuh harap.
"Tapi, ibu pinginnya kamu menikah dengan Tiara. Yang jelas-jelas tidak perlu ibu ajari sudah bisa menjadi menantu yang baik," jawab sang ibu.
"Ibu, Hisam ini sudah menikah. Bagaimana mungkin, Hisam bisa menikahi Tiara. Tiara berhak mendapatkan yang lebih baik dari Hisam," jawab Hisam mencoba membuat ibunya agar tidak tersinggung.
"Ceraikan saja, toh sampai sekarang dia belum juga bisa memberikanmu keturunan," jawab ibunya.
"Tidak, Bu. Hisam sangat mencintai Mila. Hisam tidak bisa menceraikannya," jawab Hisam sambil menghela napas berat.
"Ibu tidak mengerti dengan sikapmu. Jelas-jelas istrimu sudah menyakiti ibu hingga seperti ini. Tapi kamu masih saja mempertahankan istri seperti itu," ucap ibunya kesal.
"Ibu, sudahlah. Hisam sudah memarahi Mila dan Hisam sudah memberi peringatan pada Mila. Dia tidak akan melakukan hal yang bisa menyakiti ibu lagi," ucap Hisam sambil memegang tangan ibunya.
Ibunya tampak kesal mendengar ucapan Hisam. Bukan itu yang ibunya inginkan. Bukan hanya sekedar ungkapan kemarahan atau peringatan. Tetapi sebuah kata talak yang ingin ibunya dengar dari mulut Hisam untuk Mila.
Mila tersenyum. Ada sedikit harapan yang masih tersisa untuknya bertahan di rumah ini. Awalnya Mila mengira, jika Hisam akan setuju dengan keinginan ibunya, tetapi ternyata Hisam menolak karena dia hanya mencintai Mila.
Mila yang semula bersikeras hendak meminta Hisam memilih antara dia atau ibunya, menjadi sedikit melunak. Hatinya yang lembut membuatnya menerima apa yang telah terjadi. Mila akan mempertahankan Hisam meskipun ibunya masih belum bisa menerima dirinya.
Mila mulai menjalankan semua pekerjaan dengan baik. Pagi itu, setelah suaminya pergi bekerja, dia mengepel lantai. Dia memperingatkan ibu mertuanya untuk tidak mendekat karena saat ini lantai licin dan ibu mertuanya juga baru saja sembuh.
Mila baru selesai berucap dan tiba-tiba, ibu mertuanya berteriak dan Mila melihat ibu mertuanya jatuh di lantai.
"Tolong-tolong ibu!" teriak Bu Siti.
Mila kaget dan bergegas hendak menolongnya, tetapi tiba-tiba Tiara datang dan mendorong tubuh Mila hingga hampir jatuh.
"Tante-tante," ucap Tiara yang bergegas membantu Bu Siti berdiri. "Mari ke rumah sakit."
"Tiara, biar aku saja yang membawa ibu ke rumah sakit. Aku ini menantunya bukan kamu!" teriak Mila kesal.
"Diam kamu, Mila! Ibu tidak mau kamu yang mengantar Ibu ke Rumah sakit. Ibu hanya ingin Tiara. Ayo pergi Tiara, pinggul Tante sakit," ucap Bu Siti yang membuat Tiara terdiam.
"Kamu dengar sendiri bukan? Kami pergi dulu," ledek Tiara.
Mila hanya bisa menarik napas dalam-dalam. Hatinya sakit. Mila benar-benar tidak dianggap di rumah ini sebagai menantunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments