Tatapan mata Dinda mengarah pada pak Roy yang terlihat gelisah dan tidak nyaman,p tatapannya pun mengarah pada meja makan yang terlihat, di sana Rehan sedang menyantap makanan dengan begitu nikmat.
"Pak, kenapa Bapak tiba-tiba ngajak Ibu pulang?" tanya Dinda menyentuh pergelangan tangan pak Roy.
Pak Roy pun menoleh menatap Dinda, ia tahu bahwa ajakannya itu tentu saja membuat Dinda syok, karena saat dirinya datang bersama istri hanya Dinda yang menyambutnya dengan hangat, meksipun Rehan juga melengkapi namun ia sadar bahwa ada yang ditutupi oleh Rehan.
"Dinda, bi Iyas kan udah mau jalan ke sini, dan pastinya kamu udah nggak kesepian lagi, jadi Bapak ngajak Ibu pulang," ucap pan Roy mengulas senyum, memberikan pengertian pada Dinda yang masih merasa berat.
"Tapi kan bi Iyas masih belum sampai Pak, lagian kenapa buru-buru banget si, baru juga nginep satu malam," sahut Dinda keberatan.
"Hehe, sayang, kamu ini masih tetap manja sama seperti kamu sebelum nikah. Ya udah gini aja, biar Ibu yang di sini ya, Bapak pulang, bengkel Bapak pasti sepi pelanggan kalau Bapak nggak ada di sana." jelas pak Roy beralasan.
Dinda merengut tidak puas dengan alasan yang diberikan oleh pak Roy, namun meskipun begitu Dinda juga tidak bisa melarang dan menahan pak Roy untuk tetap di sana karena saat ini ia sudah memiliki keluarga sendiri.
Bu Andin mengulas senyum, ia tahu bahwa Dinda masih belum rela ditinggalkan, tetapi senyumnya yang begtu terlihat manis membuat rasa tidak ikhlas nya tertutupi.
"Oh ya Pak, kok Bapak nggak makan si bareng sama mantu?" tanya bu Andin menyadari.
"Emm, iya. Bapak mau mandi dulu aja, Bu." jawab pak Roy bangkit dan berlalu pergi.
Sementara Rehan yang sudah mengisi perutnya dengan makanan masakan ibu mertuanya, memutuskan untuk kembali pada Dinda dan bu Andin. Ia duduk bersama mereka dan mengobrol ringan, meksipun sebenarnya ia merasa sangat tidak nyaman.
"Dinda, biar aku yang gendong Arka," pinta Rehan menyodorkan tangannya.
"Mau kamu ajak ke mana, Mas?" tanya Dinda menatap wajah Rehan terlebih dahulu.
"Ke kamar. Udah, sini!"
Rehan terlihat cetus setelah beberapa saat duduk bersama dua wanita cantik di sebelah nya, karena tidak mau ribut Dinda pun akhirnya menyerahkan Arka bersama ayahnya.
Setelah mendapatkan Arka, Rehan pun memutuskan untuk masuk ke kamar dan meninggalkan Dinda bersama bu Andin, saat Sekar marah padanya suasana hati Rehan menjadi tidak karuan, ia melampiaskan kekesalannya pada lingkungan keluarga yang ada di rumah.
"Dinda, apa sebenarnya rumah tangga kamu ini sedang tidak baik-baik saja?" tanya bu Andin yang memberanikan diri untuk mencari tahu.
Mendengar pertanyaan itu tentu saja membuat duduk Dinda tidak tenang, ia terlihat salah tingkah dan melempar senyum tipis pada ibunya.
"Bu, kok Ibu bertanya kayak gitu," ucap Dinda menatap tajam bu Andin.
"Karena Ibu dari kemarin merhatiin Rehan, kayanya kamu juga lagi menyembunyikan sesuatu dari Ibu dan bapak," sahut bu Andin tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.
"Bu, kenapa Ibu berpikir seperti itu, aku dan mas Rehan sama sekali nggak ada masalah kok, ini mungkin karena aku aja yang baru lahiran dan mas Rehan belum bisa menyentuh aku, jadi dia sedikit sensitif." jelas Dinda berusaha menutupi masalahnya.
Bu Andin terdiam, alasan yang diberikan Dinda cukup masuk akal, meskipun Arka sudah berusia tiga bulan. Mungkin Dinda pun masih enggan untuk disentuh oleh suaminya hingga membuat Rehan sedikit berbeda dari biasanya.
Bu Andin pun mengulas senyum, berusaha menyingkirkan rasa curiga nya dengan rumah tangga Dinda.
"Ya udah kalau gitu, saat kamu udah siap nanti kamu harus bisa melayani suami kamu sebagaimana yang dia mau, agar rumah tangga kalian tetap harmonis dan bahagia, karena salah satu penyebab retaknya rumah tangga adalah pasangan yang tidak bisa memberikan hak untuk ke duanya," ucap bu Andin menyentuh pundak Dinda.
"Siap Bu, terima kasih banyak pesannya Bu, ini salah Dinda karena Dinda sejak ada Arka selalu merasa lebih lelah dari sebelum punya Arka," sahut Dinda mengeluh.
"Tentu saja berbeda sayang, dan itu akan kamu rasakan sebelum Arka tumbuh besar, makanya kamu dan suami harus bekerja sama." jelas bu Andin kembali memberikan pesan.
Dinda mengangguk pelan, ia tahu sekali bahwa hal itu tidak akan terjadi, namun ia tetap berbesar hati dan berharap bahwa ibunya tidak menaruh curiga pada alasan yang diberikannya.
"Ya udah kalau gitu Ibu masuk dulu ya," ucap bu Andin mengakhiri pembicaraannya.
"Iya Bu, Dinda juga mau menyusul Arka dulu." jawab Dinda sama-sama bangkit dan berjalan menuju anak tangga.
Bu Andin masuk ke kamar untuk menemui seng suami, ia merasa sudah lega karena telah mendapatkan jawaban dari segala kecemasan yang menghantui hatinya.
"Pak, Bapak udah mandi?" tanya bu Andin yang melihat pak Roy sedang menjemur handuk.
"Udah," sahutnya singkat.
"Kalau gitu, kita pulang aja yuk Pak," ajak bu Andin dengan yakin.
"Pulang? Ibu yakin mau pulang, apa nggak Bapak aja yang pulang, Ibu di sini dulu sampai bi Iyas datang," usul pak Roy duduk di samping bu Andin.
"Dinda dan Rehan itu baik-baik aja Pak, tadi Dinda cerita kalau Rehan sedikit berubah karena dia belum bisa memberikan kebutuhan batin, Ibu juga udah ngasih nasehat tadi buat Dinda agar Dinda mau memberikan itu segera, jadi daripada kita di sini ganggu mereka lebih baik kita pulang aja." jelas bu Andin yang sudah merasa lebih tenang itu.
Pak Roy berpikir sejenak sebelum akhirnya ia menyetujui ajakan sang istri, dan pak Roy pun akhirnya memutuskan untuk pulang setelah menikmati sarapan pagi.
Ceklek
Dinda membuka pintu kamar dan melihat Rehan masih menimang Arka dengan pelan, Arka yang nampak nyaman itu tertidur pulas dengan balutan bedong yang sengaja dipakaikan oleh bu Andin karena suasana yang dingin.
"Mas, tarok aja Arka di tempat tidur, dia udah tidur dari tadi, kan?" tanya Dinda yang berdiri di samping Rehan.
"Udah si, tapi aku takut dia bangun," sahut Rehan ragu.
"Ya udah sini, biar aku yang narok Arka ke ranjangnya." pinta Dinda menyodorkan tangan.
Dengan ikhlas Rehan memberikan Arka pada Dinda, walaupun sebenarnya ia takut kalau demam yang diderita Dinda akan menular pada Arka.
"Udah udah, kamu jangan deket-deket dulu sama Arka, nanti Arka ketularan sakit lagi!" usir Rehan sedikit kasar.
"Ya ampun Mas, aku kan cuma liatin dia aja yang masih tidur, aku kangen sama Arka meksipun berpisah beberapa menit aja," sahut Dinda masih memperhatikan Arka.
"Nggak perlu kamu liatin dia terus, kamu itu harus fokus sama kesembuhan kamu dulu, baru bisa deket-deket sama Arka. O ya, nanti kalau Arka minta Asi, kamu harus perah Asi kamu, jangan kamu Asi-in Arka dengan menempel kan tubuhmu sama Arka!" titah Rehan cetus.
Dinda menatap Rehan dengan kesal, lantaran cara bicaranya yang begitu keterlaluan. Rehan seperti tidak menganggap Dinda adalah sesuatu yang akan membahayakan Arka.
"Mas, aku ini cuma demam loh, bukan sakit yang bisa membuat orang alergi!" protes Dinda tidak terima.
"Ya aku nggak mau tahu, kamu mau sakit apa sekarang. Karena yang aku inginkan, kamu nggak sentuh Arka selagi kamu masih sakit, ngerti." jelas Rehan berlalu pergi.
Bam
Rehan menutup pintu kamar dengan sedikit kasar, hingga membuat Dinda dan Arka sedikit terkejut, meksipun begitu Arka tidak membuka matanya dan tetap melanjutkan tidurnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
Jumiah
ayo tho jangan lma2 dinda sakit hati
perlihat kan kebejatan ,suami nya ,
lanjut thor ,,
2023-06-22
0
Hanipah Fitri
Dinda nya oon gak mau cerita kelakuan bejat si Regan
2023-05-05
0