Pintu rumah itu terbuka sendiri, dukun itu sudah tau kalau akan ada tamu. Penghuni rumah juga sudah mempersiapkan diri untuk menyambut tamu yang datang, dengan berbagai cara.
Setelah mereka masuk ke dalam rumah, pintu tertutup dengan sendirinya.Vanessa sangat ketakutan, ruangan yang gelap dan banyak sarang laba-laba.
"Kalian ada apa mencari ku," ucap seorang perempuan tua yang belum menampakkan diri, hanya suaranya yang terdengar.
"Kita mau meminta tolong, Mbah! tentang teman kita," ucap Joy.
"Katakan apa permasalahan kalian, dan mana foto teman kalian," ucap perempuan tua itu.
Joy memberikan foto Lily dan menjelaskan apa yang terjadi dengan Lily. Perempuan tua itu bilang kalau ada arwah yang mengikuti Lily, dan tidak bisa dipisahkan dari Lily.
"Tidurlah kalian! arwah itu akan menghilang dengan sendirinya," ucap perempuan tua itu.
Joy dan Vanessa merasakan kantuk yang amat berat, mereka sudah tidak kuat menahannya lagi hingga mereka berdua terlelap.
Pagi hari saat mereka berdua bangun, ternyata mereka ada disebuah kuburan.
"Joy, kita kenapa bisa di kuburan? perasaan tadi malam kita di rumah...
"Udah! Ayo kita pergi dulu," kata Joy.
Mereka berdua berjalan keluar dari kuburan itu, kemudian menuju ke desa angker yang tadi malam mereka lalui. Setelah sampai di parkiran mobil mereka kembali ke kantor. Lily ternyata sudah duduk di meja kerjanya, sembari menulis novel yang dia kerjakan. Harva duduk disebelahnya, dia membantu Lily menulis.
Joy dan Vanessa menatap Lily, mereka ketakutan dan merasa bersalah. Bagaimanapun semua itu gara-gara mereka berdua, kalau saja Vanessa tidak memberikan ide tinggal di rumah Harva mungkin Harva tidak akan mengikutinya.
"Ly, kok udah datang? arwah itu masih ngikutin k
lu ya," ucap Vanessa.
"Gue lagi serius ini, Van! jangan ngomongin dia, udah pasti ada disebelah gue," ucap Lily.
Joy mengajak Vanessa ke ruangannya, mereka hendak membahas dukun yang tadi malam mereka kunjungi. Harva mengikuti mereka, dia penasaran dengan kedua orang itu. Karena baju mereka tampak lusuh, dan ada bekas tanah. Lily tetap fokus mengerjakan novel yang dia tulis, kalau ada Harva justru ia kurang konsentrasi.
"Lu ingat gak semalam dukun itu bilang kalau Lily diikuti arwah," ucap Joy.
"Ingatlah! berarti sekarang Lily bisa berkomunikasi dengan arwah ceo itu dong, kan dia sering ngomong sendiri," kata Vanessa.
"Itu justru lebih bagus, buat karya dia! kan langsung narasumber," ucap Joy.
Harva menjatuhkan buku yang ada di rak ruang kerja Joy. "Enak aja kalian! itu novel gak bakal ke publish kalau jasad gue gak ketemu," sahut Harva.
"Eh... lupa! mereka gak bisa dengar gue ngomong apa," ucap Harva lagi.
"Apalagi itu ceo masih muda, terkenal pula! Bisa untung banyak lu," kata Vanessa kegirangan.
Harva sangat kesal dengan mereka berdua, dia kemudian menuju ke tempat Lily berkerja.
"Lily, hentikan nulisnya!" teriak Harva.
"Lu, apaan sih! ganggu aja, bentar lagi kelar juga kelar," kata Lily.
Harva menghapus hasil tulisan Lily dengan cepat, Lily kesal dengan kelakuan Harva. "Kok dihapus! gue capek nulisnya," ucapnya menatap Harva kesal.
"Entar sampai di rumah gue jelasin! mending sekarang lu nulis yang lain aja," kata Harva.
Lily mengerucutkan bibirnya, kemudian melanjutkan pekerjaan yang lain.
🥀🥀
Disebuah laboratorium percobaan seorang perempuan sedang meracik sebuah cairan yang sangat berbahaya, dia sengaja meracik cairan itu karena mempunyai tujuan yang buruk untuk seseorang.
"Ramuan yang kamu buat bahkan sudah menghilangkan nyawa orang yang kamu sayang! hentikan jangan membuat masalah lagi," ucap seorang temannya.
"Aku tidak pernah menyukainya! makanya aku tega membunuhnya," kata perempuan itu lagi.
"Dasar wanita kejam! siapa lagi target yang akan menjadi korban mu?" tanya temannya.
Perempuan itu tidak menjawab, dia justru pergi meninggalkan laki-laki yang berstatus temannya itu.
🥀🥀
"Marcel ngajak gue ketemu, lu pulang dulu aja," ucap Lily.
"Lu, mau pacaran kan! gak gue ikut pokoknya," kata Harva.
"Boleh! asal kondisikan jahil lu," ucap Lily.
Marcel dan Lily bertemu disebuah tempat nongkrong di kota itu, tempatnya lumayan rame. Marcel sudah menunggu kedatangan Lily.
"Gue terlambat lagi, maaf ya," kata Lily kemudian duduk di sebelah Marcel.
"Dah lama kita gak jalan berdua, kamu sibuk terus sih," kata Marcel.
"Gue apa lu! bukannya lu sibuk sama Raya," ketus Lily.
Marcel mengiyakan ucapan Lily, dia juga mengakui kalau sering jalan dengan Raya. Tetapi Marcel mengatakan kalau itu semua Raya yang meminta, padahal Marcel berteman dengan Bagas.
"Modus itu laki lu, putusin aja," kata Harva tangannya bergerak meninju Marcel.
"Lily, kok ada yang mukul gue," ucap Marcel sembari menengok kanan dan kiri.
Harva bersorak gembira karena bisa meninju Marcel, dia juga mengatakan kalau akan memukul Joy.
"Gue tadi dah bilang, lu jangan jahil," kata Lily.
"Entar di rumah gue coba cium lu, Ly," kata Harva.
"Ha...
"Sayang, kamu bicara sama siapa?" tanya Marcel.
"Gak kok, ini tadi lupa," kata Lily gugup matanya melotot ke arah Harva.
Harva sangat menjengkelkan sekali, Lily kemudian berpamitan pulang pada Marcel. Dia tidak mau Harva bertambah jahil lagi.
Sampai di rumah Harva menghilang entah kemana, Lily kemudian pergi ke dapur untuk memasak. Tiba-tiba ada orang yang datang mengetuk pintu, Lily menghentikan aktivitasnya dan membuka pintu.
"Siapa kamu? kenapa di rumah Harva," ucap Alena.
"Gak penting siapa gue! ngapain lu kesini?" tanya Lily dengan ketus.
Alena tidak menjawab, dia langsung masuk ke dalam rumah dan melihat foto Harva.
"Sayang, aku merindukanmu! seandainya kecelakaan itu tidak terjadi, mungkin kita masih bersama," ucap Alena memeluk foto Harva sambil menangis.
"Nih tisu! buat lap air mata buaya lu," ketus Lily yang dari tadi mengikuti Alena.
Harva berada disamping Alena, dia ingin mencoba memeluk Alena. Kejadian itu membuat Lily tertawa, Alena pun menoleh ke arah Lily.
"Ngapain lu, ketawa lagi," ucap Harva.
"Iya lucu aja, lu peluk dia gak bisa gimana mau cium gue," ejek Lily.
"Hey, kamu gila ya? bicara sendiri," sahut Alena.
Harva menyuruh Lily agar tidak mengatakan kalau sedang berbicara dengannya, ia takut Alena akan berpaling. Karena setiap datang ke rumah Alena hanya memeluk foto Harva, dan menangis.
"Gue ngomong ma setan gila," kata Lily.
"Aku haus! ambilkan minum dong," kata Alena.
"Enak aja nyuruh gue! lu pikir gue pembantu," ketus Lily.
Akhirnya Alena mengambil minuman sendiri di kulkas, dia kemudian duduk sembari memainkan ponselnya. Suara ketukan pintu membuat Lily harus membuka pintu lagi.
"Siapa lagi yang datang! ganggu aja," ucapnya lalu menuju ke arah pintu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
OZIRA
tebakanku yang bunuh harva alena
2023-09-11
0
ᴍ֟፝ᴀʜ ᴇ •
lah ini malah nyasar ke kuburan. jangan2 dukun itu demit😳
2023-06-01
0
𝐙⃝🦜しÏA ιиɑ͜͡✦ᵉ𝆯⃟🚀ʰⁱᵃᵗᵘˢ
Si hantu Harva sepertinya menyukai Lily dch...hmm
2023-05-24
1