Misteri Terbunuhnya Ceo Muda

Misteri Terbunuhnya Ceo Muda

MTCM 1

Gadis cantik bernama Emily Renita yang kerap disapa Lily oleh teman-temannya, dia berkerja disebuah percetakan buku dan seorang penulis novel.

"Lily, ada tugas dari Joy buat lu! ini baca aja," kata Vanessa sembari memberikan sebuah kertas pada Lily.

Lily mulai membaca kertas itu. "Apa! gue di suruh nulis cerita horor? apa-apaan ini Joy," ucapnya. Kemudian bangkit dari meja kerjanya.

"Joy!" teriak Lily.

"Apa sih berisik jadi orang," kata Joy.

"Maksud lu apaan? nyuruh gue nulis cerita horor," kata Lily dengan kesal.

"Ly, ini project kita! kalau kamu berhasil kita bisa dapat keuntungan gede," jelas Joy.

"Enak ya lu! gue disuruh jadi temen setan, lu yang ketawa-tiwi nikmati hasil! ogah gue," sewot Lily mengerucutkan bibirnya.

"Lu, mau berkembang gak? berhasil gak? sukses gak? mikir!" ketus Joy.

"Hehehe... iya sih! gue ingin menjadi penulis novel yang terkenal. Emily Renita cantik kan nama gue," ucap Lily dengan bangga.

"Pergi sana! cari inspirasi," usir Joy.

Lily keluar dari ruangan Joy sembari bernyanyi, tiba-tiba ada buku yang terjatuh dari atas meja. Tubuh Lily berasa merinding, ia kemudian memberanikan diri mengambil buku itu.

"Catatan Harian Seorang Pengusaha, buku siapa ini? sepertinya menarik," ucapnya lalu menaruh buku itu kembali ke meja tadi.

"Gimana, lu terima tidak tawaran Joy?" tanya Vanessa masih fokus pada kerjaannya.

"Terpaksa! gue terima, gue juga ingin dapat cuan," ucap Lily.

"Nanti pulang kerja lu ikut gue," kata Vanessa.

"Terserah lu aja! gue ngikut asal bukan hantu yang ngikutin gue," kata Lily.

"Lu ngomong jangan sembarangan deh! diikuti beneran tau rasa," kata Vanessa.

Lily mencebikkan bibirnya, kemudian dia kembali ke meja kerjanya. Waktu terus berputar, tepat jam empat sore mereka meninggalkan kantor.

Lily saat ini harus meninggalkan mobilnya di kantor, karena dia harus ikut Vanessa menuju ke sebuah rumah. Vanessa mengatakan kalau Lily bisa mencari inspirasi di rumah tersebut.

"Ngapain lu bawa gue ke rumah pengusaha yang udah mati! gila lu, Van," ucap Lily.

Rumah yang begitu mewah dan besar, terlihat sangat terawat karena sangat bersih bahkan tanaman hias yang ada ditepi rumah tumbuh subur.

"Lu bisa nyari inspirasi di rumah itu, udah coba aja dulu! siapa tau ada hawa mistis nya," kata Vanessa.

"Ogah! gue ngarang cerita aja bisa, ngapain pakai uji nyali segala," protes Lily.

Vanessa mengatakan pada Lily, kalau kali ini novelnya harus menjiwai dan seperti halnya kisah nyata. Lily memikirkan ide Vanessa ada benarnya juga, biasanya orang jarang menulis genre horor dengan kisah nyata. Lily sudah mulai tertarik, kemudian dia meminta izin kepada penjaga rumah.

"Pak, rumah ini sudah lama kosong belum ya?" tanya Lily pada Pak Darto penjaga rumah itu.

Kebetulan Pak Darto sedang berada di pos penjaga depan rumah Harva, dia memang ditugaskan menjaga dan membersihkan rumah Harva.

"Sudah sekitar lima bulan, Neng. Sejak meninggalnya den Harva," jawab Pak Darto.

"Penghuni lain ada gak, Pak? terus rumahnya ada yang bersihin gak," kata Vanessa penasaran juga.

"Kalau dalam rumah saya yang selalu membersihkan, Tuan dan Nyonya tiap minggu juga datang kesini. Neng Alena juga sering ke sini," jelas Pak Darto.

"Berati gak serem dong, Van," sahut Lily.

"Heh! lu belum coba, buktikan aja dulu," kata Vanessa.

"Ada satu kamar yang tidak bisa dibuka pintunya, Neng. Kamar den Harva selalu terkunci, sudah saya coba buka gak bisa," kata Pak Darto.

"Mungkin itu Harva nunggu lu, Lily," kata Vanessa asal ngomong.

Lily dan Vanessa meminta izin untuk tinggal beberapa hari di rumah Harva, Pak Darto kemudian menelpon orang tua Harva untuk bertanya diperbolehkan atau tidak. Ternyata orang tua Harva memperbolehkan Lily tinggal disana, tetapi dilarang merusak atau merubah apapun.

"Besok aja gue kesini lagi, sekarang gak bawa peralatan apapun," ucap Lily.

"Waktu lu ngerjain novel gak banyak, Ly," kata Vanessa. Mereka berdua kemudian berpamitan untuk pulang ke rumah, karena sudah hampir petang juga.

Sampai di rumah Lily meminta izin pada tantenya, karena saat ini dia tinggal bersama tantenya yang bernama Viona dan ponakannya yang bernama Bagas.

"Tante, besok Lily ada pekerjaan jadi gak pulang. Untuk beberapa hari aja sih," ucap Lily saat berada di ruang makan, kebetulan saat ini mereka sedang makan malam.

"Udah berani nginep aja lu," sahut Bagas.

"Diam lu," kata Lily kebetulan Bagas dan Lily seumuran jadi maklum kalau mereka sering meledek atau bertengkar, tetapi banyak akurnya kok.

"Sama Marcel? nikah dulu! Tante gak kasih izin," kata Viona dengan tegas.

"Bukan, Tante! Lily mau menyelesaikan novel horor, jadi harus cari inspirasi gitu. Biar lebih greget pembacanya, honornya juga lumayan," jelas Lily. Bisa buat beli rumah," Lanjutnya.

Tidak cukup disitu saja, Viona masih memberikan pertimbangan dan pertanyaan. Dia tidak mau sampai Lily salah jalan, karena pergaulan anak remaja zaman sekarang sangat bebas. Dia tidak mau kalau sampai ponakan tercintanya terjerumus ke hal yang merugikan, dan merusak masa depannya.

"Oke! Tante kasih izin, tapi jangan disalahgunakan," kata Viona.

"Makasih, tante sayang," ucap Lily sembari memeluk Viona.

"Mah, Bagas besok juga mau camping dipinggir pantai sama Raya boleh kan," kata Bagas.

"No... no... no... ! Bagas, di rumah temani Mamah," ucap Viona lalu pergi ke kamarnya karena dia sudah selesai makan.

Bagas menatap kesal Lily yang masih makan, dia iri dengan Lily karena diberikan izin. Secara dia laki-laki tetapi kenapa tidak diberikan izin, itulah yang menjadi pertanyaan.

"Apa lu, liatin gue," kata Lily saat Bagas menatapnya.

"Gue gak diberikan izin," ucap Bagas sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Salam buat Marcel ya, Gas! gue mau ke kamar," ucap Lily kemudian meninggalkan Bagas sendiri.

Marcel adalah kekasih Lily, mereka sudah satu bulan menjalin hubungan. Marcel juga teman kerja Bagas, jadi mudah bagi Lily untuk memantau Marcel.

Pagi hari Lily bagun lebih awal, dia langsung membersihkan diri lalu bersiap pergi ke kantor. Dengan mengendarai mobilnya, Lily melaju melalui jalanan yang masih sepi kendaraan. "Untung gak kena macet," ucapnya.

Lily sebelum masuk kerja mampir dulu disebuah cafe, dia memesan satu cangkir kopi cappucino dan satu potong roti tawar.

Dia menunggu pesanannya sembari membaca buku yang dia bawa, tentunya tak lepas dari sebuah novel author terkenal favoritnya.

Di belakang ia duduk ada sepasang kekasih yang sedang sarapan pagi juga di cafe itu, keduanya seperti bersembunyi dari Lily.

"Ada pacar lu tuh," ucap seorang perempuan yang sepertinya juga mengenal Lily.

"Sayang, jangan cemburu gitu dong! aku sayangnya sama kamu, bukan dia," ucap Marcel sembari memegang tangan perempuan itu untuk menenangkan.

Lily masih fokus dengan bukunya, ia tidak menyadari keberadaan orang yang dibelakangnya.

Terpopuler

Comments

🧸💞'𝙛𝙖𝙣𝙮𝙮🍏🌺

🧸💞'𝙛𝙖𝙣𝙮𝙮🍏🌺

mampir dlu deh di bab awal., berarti ini hantunya cogan pasti ya🤣🤭

2023-09-27

1

Aku kamu tak terpisahkan

Aku kamu tak terpisahkan

Lily di suruh menulis dengan cerita horor

2023-05-24

1

Cut Nur Lovely🧸

Cut Nur Lovely🧸

jangan ucapan dong harusnya drngan sikap dan prilaku harus di tunjukkan, cewek mau nya nyatanya bukan hanya omongan doang

2023-05-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!