Happy reading guys
***
"Hei... bangun pemalas! kau enak-enakan tidur di ranjang empuk, aku dan Papa sibuk berjibaku dengan rutinitas sehari-hari dengan file-file yang menumpuk."
"Urusan kantor seharusnya kau yang menghandle, aku sibuk dengan urusan pekerjaanku. Kau benar-benar adik yang tidak bertanggungjawab," ujar Michael seraya menepuk lengan sang adik yang terbaring lemah di atas ranjang.
Alexander Leonardo Subrata, adik Michael Andrew Subrata yang selisih umur dengannya sangat jauh. Michael saat ini berumur 30 tahun, sedangkan Alex baru 20 tahun. kehadiran Alex di keluarga Subrata tidak di rencanakan. Setelah Michael berumur 10 tahun, baru Melina mengandung kembali. Alexander Leonardo Subrata menjadi anak bungsu yang sangat disayangi oleh seluruh keluarga, tanpa kecuali.
"Lex, mas sudah bertemu dengan wanita yang gambarnya ada didalam dompetmu. Wanita itu akan menangis darah, Lex... ! mas tidak akan membiarkan dia hidup tenang. Melenyapkannya juga Mas mampu, untuk membalas sakit yang kau derita akibat penolakan cintanya," tutur Michael dengan suara yang datar dan dingin. Raut wajahnya menunjukkan Michael sedang dalam keadaan emosional.
Michael mengangkat kepalanya, saat mendengar suara pintu kamar sang adik terbuka. Terlihat perawat yang masuk dengan membawa obat-obatan yang harus dimasukkan kedalam tubuh sang adik, melalui infus dan juga melalui sonde yang di masukkan dari hidung. Sonde adalah selang khusus yang dimasukkan melalui hidung melewati tenggorokan lalu kerongkongan dan menuju ke dalam lambung.
"Permisi, Pak," ucap sang perawat dan sedikit membungkukkan kepalanya.
"Apa waktunya makan obat?" tanya Michael, karena melihat apa yang dibawa sang perawat.
"Iya, Pak," sahut Doni, perawat yang mengurus Alex.
"Apa ini tidak sakit?" Michael menunjuk selang yang berada di hidung sang adik.
"Sakit tidak, Pak. Tapi tidak nyaman, iya. Tapi karena kondisi pasien yang tidak sadar, tidak akan merasakan ketidaknyamanan akibat selang yang menempel di hidungnya.
"Bagaimana kondisinya hari ini?" tanya Michael.
"kondisi hari ini sangat bagus Pak, tekanan darahnya normal," jawab Doni.
"Apakah kondisinya seperti ini bisa bisa di bawa ke luar negeri?" tanya Michael.
"Mengenai bisanya pasien dibawa pergi ke luar negeri, saya tidak tahu. Bagusnya bapak bisa berkonsultasi dengan dokter yang menanganinya soal," jawab Doni.
"Permisi, Pak," ujar Doni, setelah selesai menyuntikkan obat ke infus dan juga melalui selang yang ada di hidung Alex.
***
Cinta sedang berada di toko kue milik keluarganya. Toko kue ini adalah peninggalan almarhum ayahnya, karena ayahnya dulu sangat ahli dalam membuat kue. Dan akhirnya, ayah dan bundanya mendirikan toko kue untuk menopang perekonomian keluarga.
"Mbak Cin, ada pesanan dari sekolah yang ada ujung jalan," ujar Santi, karyawan yang ditugaskan oleh Bundanya untuk mengurus toko kue jika sang Bunda tidak berada di toko.
"Berapa banyak, San?"
"Minta dikirim 200 ratus kotak, mbak. Dengan tiga jenis kue dalam satu kotak," kata Santi.
"Wow... lumayan tuh... satu kotak yang tujuh ribu kan?" tanya Cinta.
"Sepuluh ribu, Mbak. Karena ada air minum," ujar Santi.
"Air mineral?"
"Iya, Mbak," sahut Santi.
"Kapan minta di kirim, San?"
"Besok, mbak. Sore sudah berada di sekolah kuenya."
"Besok? hari ini sudah harus kita kerjakan. Apa kotak kita masih banyak?" tanya Cinta.
"Itu yang mau saya katakan, mbak Cin. Kotak kita hanya tinggal beberapa, sedangkan tempat kita membuat kotak tersebut belum mengirim pesanan kotak kita," kata Santi.
"Kenapa mereka begitu? kita sudah lama bekerja sama dengan mereka," kata Cinta dengan mimik wajah yang kesal.
"Saya juga tidak tahu, mbak. Selama percetakan itu dikelola oleh anak Pak Saleh, mereka selalu telat mengerjakan permintaan kita. Tapi pesanan kita yang ini telat sudah seminggu."
"Biar saya pergi ke sana, apa maksud mereka melakukan itu pada toko kue kita," kata Cinta.
Cinta menggeser kursi tempat dia duduk di meja kasir. "San, kau handle sini," kata Cinta.
Cinta melangkah keluar dari toko kuenya dan kemudian menaiki motornya dan motornya melaju dengan kecepatan sedang. Begitu tiba didepan percetakan tempat toko kuenya memesan kotak, Cinta baru sadar. Dia melupakan satu yang seharusnya tidak harus dilupakan, yaitu helm. Karena terburu-buru, Cinta melupakan keselamatan dirinya.
"Sial... ! lupa Makai helm lagi, untung tidak ada razia polisi. Waduh... surat-surat motor juga lupa," ujar Cinta, setelah sadar, bukan hanya Helmi yang lupa. Dia juga lupa membawa surat-surat kendaraan yang berada di dompetnya.
Dengan langkah panjang, kakinya masuk kedalam percetakan dan langsung menuju bagian resepsionis.
"Selamat pagi mbak," ujar Cinta menyapa gadis yang duduk di kursi resepsionis.
"Pagi mbak Cinta, tumben datang sendiri mbak?" tanya Ilma, gadis resepsionis yang sudah dikenal Cinta.
"Terpaksa turun tangan, bosmu tidak profesional. Kenapa pesanan kami tidak dikirim?" tanya Cinta langsung.
"Pesanan mbak belum dikirim?" tanya Ilma.
"Koq tanya balik? aku datang karena barang yang kami butuhkan tidak dikirim tepat waktu," kata Cinta.
"Jika datang tepat waktu, tidak mungkin aku datang. Buang-buang waktu saja," ujar Cinta yang kesal.
"Maaf, Mbak Cinta. Selama ganti bos, percetakan ini sering mendapatkan komplain dari langganan," ujar Ilma dengan suara yang sangat pelan.
"Kenapa diberikan pada orang yang tidak bisa bekerja," ujar Cinta kesal.
"Hus... Mbak!" Ilma meletakkan satu jari tangannya didepan bibirnya.
"Kenapa takut, jika aku berkata yang benar? lama-lama usaha percetakan ini akan gulung tikar, jika bosnya tidak bisa menjalankan bisnis dengan benar," kata Cinta.
"Kau jangan menyampah di sini!" suara ketus menerpa gendang telinga Cinta.
Cinta memutar badannya dan melihat seorang wanita yang selalu mencari gara-gara dengannya di mana saja.
"Kau!" telunjuk Cinta terarah pada wanita yang berdiri dengan gaya sombong dihadapannya.
"Kenapa? kaget? aku sekarang pemilik percetakan ini, dan kau! tidak diterima di sini!" ucap Maira dengan arogan.
"Oh... kau yang memegang percetakan ini sekarang?"
"Sudah tahu, nanya!" ejek Maira membalas pertanyaan Cinta.
"Sangat di sayangkan, percetakan yang besar akan tutup sebentar lagi," balas Cinta dengan mengejek Maira.
Maira, teman Cinta pada saat masih mengenai seragam putih abu-abu. Dan di universitas yang sama, tapi keduanya beda jurusan.
"Mulut sampah! pergi kau, membuat kotor sini saja. Kau kira toko kue milikmu itu sangat bagus? cih... dikasih gratis aku juga ogah kali makannya. Enggak levelku makan kue yang tidak berstandar internasional," ejek Maira.
"Sakit perut aku, jika makan kue-kue orang miskin!" Maira menambahkan lagi penghinaan terhadap toko kue Cinta.
"Kau kira aku mengharapkan mulutmu itu makan kue dari tokoku? bisa-bisa tokoku terkena sial dari mulut iblis mu itu!" balas Cinta tidak kalah pedas .
Cinta yang terkenal kalem, tidak terlihat saat berbalas kata dengan Maira.
Next..
Jangan lupa untuk selalu menekan tombol like, untuk membuat author recehan semangat untuk update 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
ciwat84
cinta kok bisa judes juga ya
2023-04-23
1
fina
cinta punya dua kepribadian
2023-04-14
1
Mae
sadar Lex
2023-04-09
1