"Mas Andrew kenapa? Tingkah Mas Andrew tidak seperti biasanya." Cinta bergumam dalam benaknya, dengan kening mengerut melirik kekasihnya. Andrew.
Begitu Andrew masuk kedalam mobil. Tanpa berkata apapun lagi. Andrew mencondongkan tubuhnya dan langsung menarik tengkuk Cinta dan bibir Andrew membungkam bibir Cinta dengan rakusnya. Tanpa sempat Cinta melakukan penolakan, bibir Andrew terus menjelajahi bibir Cinta. Bibir dan lidah Andrew terus merayap masuk dan membelai barisan gigi Cinta dengan lidahnya. Cinta akhirnya pasrah dengan apa yang dilakukan oleh sang kekasih, dia akhirnya terpengaruh dan membalas apa yang dilakukan oleh sang kekasih. Andrew.
Keduanya lupa sesaat, di mana mereka berada. Kaca mobil yang gelap, membuat apa yang mereka sedang lakukan di dalam mobil tidak terlihat oleh orang dari luar.
Setelah merasa Cinta hampir kehabisan napas, barulah Andrew melepaskan tautan bibirnya. Dia mengurai pelukannya dan menatap sang kekasih yang masih terengah-engah bernapas dalam keadaan mata yang terpejam.
Senyum smirk menghiasi bibir Andrew. Begitu melihat sang kekasih yang terengah-engah dalam bernapas, karena kecupan yang dilakukannya.
Andrew mengulurkan tangannya untuk membelai pipi Cinta.
"Buka matanya sayang," kata Andrew.
Mendengar apa yang dititahkan sang kekasih hati. Cinta membuka matanya.
Dan.
Jemari tangannya langsung seketika menepuk lengan Andrew berkali-kali seraya berkata kepada sang kekasih dengan ekspresi wajah kesal.
"Mas ini! Main serbu saja. Cinta hampir semaput kehabisan napas..!" Seru Cinta kesal dengan serbuan bibir sang kekasih, yang membuat napas dalam paru-parunya berkurang.
"Mas rindu sayang," kata Andrew dengan menunjukkan raut wajah yang merindukan sang kekasih.
"Rindu. Tapi tidak sampai segitunya Mas! Cinta belum ada persiapan, langsung dibungkam bibir Cinta," kata Cinta dengan bibir manyun.
"Jangan buat begitu bibirnya, mau dilahap lagi?" Andrew gemas melihat bibir merah alami Cinta yang manyun.
Cinta mengetatkan bibirnya dan memainkan bola matanya, kesal. Andrew tertawa kecil melihat Cinta kesal padanya.
"Mas dari mana saja? Dua hari ini tidak ada kabar?" tanya Cinta dengan memicingkan matanya menatap wajah sang kekasih.
"Sayang, Mas itu bekerja. Mas pergi keluar kota, tugas kantor."
"Betul? Mas tidak bohong?" ujar Cinta Yang meragukan alasan yang dilontarkan oleh Andrew.
"Betul! Tidak bohong, Mas itu makan gaji. Harus nurut dengan apa yang dikatakan oleh Boss, jika tidak nurut Mas bisa dipecat," kata Andrew.
"Percayalah, Mas tidak menduakan sayang."
"Iya, Cinta percaya."
"Sayang. Kita menikah ya." Apa yang dikatakan oleh Andrew membuat Cinta kaget. Karena dia belum memikirkan untuk menikah muda.
"Menikah? Kita menikah? Mas dan Cinta?" Cinta bingung dengan pernikahan yang ucapkan oleh Andrew.
"Iya... Kita menikah. Mas sudah mau kepala tiga. Mas sudah tua sayang," kata Andrew.
"Tapi Cinta belum ada pikiran untuk menikah Mas. Cinta baru 20 tahun. Kuliah juga belum selesai," kata Cinta.
"Mas tidak akan melarang Cinta untuk meneruskan kuliah," kata Andrew.
Cinta bimbang. Keputusan apa yang harus dilakukannya.
"Mau ya sayang. Kita menikah," kata Andrew.
"Beri Cinta waktu untuk berpikir ya, Mas," kata Cinta.
"Mas beri waktu seminggu ya. Mas tidak sabar menunggu kita tinggal bersama."
"Cinta akan bicara dengan Bunda dulu Mas. Jika Bunda tidak melarang Cinta untuk menikah. Cinta mau menikah dengan Mas," kata cinta dengan raut wajah yang malu-malu.
"Bunda pasti setuju sayang," kata Andrew.
"Kalau Bunda tidak setuju?"
"Kita lari saja, menikah diam-diam. Setelah kita sah, baru kita katakan pada Bunda. Dan kita bisa memberikan Bunda cucu secepatnya. Bunda pasti tidak akan marah," kata Andrew.
"Hah.... !" Cinta kaget dengan perkataan Andrew.
"Kenapa kaget? Apa Cinta tidak mau secepatnya kita menikah?" tanya Andrew.
"Mau Mas, tapi Cinta tidak ingin membuat Bunda sedih," kata Cinta.
"Menikah diam-diam pasti akan membuat Bunda sedih," kata Cinta.
"Niat kita baik, tidak mungkin Bunda tidak mengizinkan. Lagipula mas tidak akan melarang Cinta untuk tetap melanjutkan kuliah. Mas akan mendukung apa yang Cinta inginkan, jika Cinta tidak ingin meninggalkan Bunda saat kita menikah nanti. Kita bisa tinggal bersama dengan Bunda," tutur Andrew.
Apa yang dikatakan oleh Andrew membuat Cinta sedikit gembira, karena itu yang dikhawatirkannya, meninggalkan bundanya tinggal sendiri.
Andrew menyalakan mesin mobilnya dan mobil bergerak meninggalkan area parkir universitas.
"Kita mau kemana Mas?" tanya Cinta.
"Bagaimana jika kita nonton, mau?" tanya Andrew.
"Boleh, tapi jangan film serem ya! Cinta nggak mau... !" kata Cinta dengan menunjukkan raut wajah galak pada Andrew.
"Ha... ha.. ha.. ha!" Andrew ngakak.
"Senang itu! Lihat Cinta takut!"
"Maaf, sekarang kita lihat film romantis," ujar Andrew.
***
Di rumah yang sangat megah dan mewah, seorang wanita terlihat sangat sedih menatap seorang pria yang berada di atas ranjang dalam keadaan tidak bergerak. Sekujur tubuhnya dipasangi alat untuk menopang kehidupan.
Alexander Subrata, nama pria yang terbaring dalam keadaan tidak sadar.
Kamar Alex dirubah menyerupai kamar di rumah sakit. Sudah dua Minggu Alex dibawa pulang ke rumah. Sehingga Melina bisa setiap menit mendampingi sang putra yang koma.
"Alex, bangunlah," ujar Melina seraya mengelus lengan sang putra yang hampir tiga bulan dalam keadaan koma, setelah mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya.
"Apa Alex tidak ingin keluar dari dalam kamar ini? Ini sudah mau akhir tahun, apa Alex tidak ingin liburan keluar negeri? Alex kan berkeinginan untuk mengunjungi Michael."
"Sekarang Mas Michael sudah kembali sayang, kita sudah tinggal bersama. Bangunlah!" Melina terus mengajak sang putra bungsunya berbicara.
Tok... tok..
Pintu kamar terbuka, seorang perawat masuk dengan membawa nampan.
"Apa itu?" tanya Melina.
"Makan nyonya," sahut perawat yang khusus diambil untuk merawat Alex dirumah.
"Apa itu diperlukan? Apa infus itu tidak cukup?" tanya Melina.
"Ini sangat dibutuhkan oleh pasien nyonya, biar lambungnya terisi. Infus saja tidak cukup untuk tubuh pasien."
"Apa tidak sakit?" Melina tidak tega melihat selang masuk melalui hidung sang putra, untuk cara makanan masuk kedalam lambung sang putra.
"Tidak nyonya," sahut perawat.
"Saya keluar, tolong hati-hati." Melina tidak sampai hati melihat sang perawat menyuntikkan makanan yang sudah dihaluskan seperti cairan kedalam selang yang terpasang di hidung sang putra.
"Baik nyonya," sahut perawat yang bernama Doni.
Melina keluar dari dalam kamar anaknya Alex, dan dia berdiri didepan pintu kamar menatap pintu kamar yang menutup.
"Nyonya."
Suara yang menyapanya, membuat Melina memutar badannya.
"Ada apa Bik?" tanya Melina.
"Ini ada surat untuk Den Alex," ujar Bik Marni dan menyerah surat yang dipegangnya kepada Melina.
Melina mengambilnya dan melihat surat dari universitas tempat Alex tercatat sebagai seorang mahasiswa.
"Bik, tolong letakkan di ruang kerja Michael," ujar Melina dan menyerahkan surat tersebut kembali kepada Bik Marni.
..."Baik, Nyah," sahut Bik Marni dan memutar tumitnya dan meninggalkan Melina....
Melina melangkah menuju kamarnya. Di dalam kamar Melina duduk merenung seraya memegang ponsel Alex.
"Apa yang terjadi hari itu? kenapa Alex bisa mabuk-mabukan dan terjadi kecelakaan? padahal hari itu dia ingin mengungkapkan perasaannya pada gadis yang dicintainya. kenapa dia bisa berada di club' malam dan pulang dalam keadaan mabuk, sehingga terjadi kecelakaan?" pertanyaan yang berseliweran didalam kepala Melina.
Next.
Terima kasih pada reader yang telah menekan tombol like dan memberikan hadiah 😘🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Istrinya Ji hoon Oppa
jgn2 emg disengaja
2023-06-08
0
Istrinya Ji hoon Oppa
wkwkwk gitu2 kamu juga suka cin
2023-06-08
0
shery fiana
oh ternyata kecelakaannnn....
2023-06-06
0