Cerita hanya hasil semedi, tidak ada hubungan dengan orang di dunia nyata.
Happy reading guys..
*****
Lamunan Melina terganggu, dengan terbuka pintu kamar. Dia menoleh kearah pintu dan melihat sang suami masuk dengan diikuti sang sopir yang ditangannya tergenggam koper Aditya, suami Melina. Papa Michael dan Alex.
Melina menebarkan senyum di bibir, saat melihat kepulangan sang suami dari luar kota.
"Papa pulang koq tidak bilang-bilang?" tanya Melina sembari memegang tangan sang suami dan menciumnya. Kebiasaan yang dilakukan oleh Melina saat menyambut sang suami tiba di rumah.
"Siapa tidak bilang? Mama itu yang tidak buka pesan Papa," ujar Ardian.
"Papa kirim pesan? Kenapa Papa tidak telepon? Papa kan tahu, mama itu malas membaca pesan," kata Melina.
"Letak di situ saja Pak Noto," ujar Melina pada sopir sang suami yang membawa koper.
Setelah meletakkan koper ditempat yang dititahkan sang majikan. Noto sang sopir berlalu dari kamar sang majikan.
"Papa mau langsung mandi atau istirahat dulu? Mandi saja dulu, Pa. Papa kan dari perjalanan jauh, tubuh Papa nanti membawa virus."Melina bertanya dan sebelum sang suami menjawab pertanyaan sang istri, Melina sudah memutuskan sang suami harus membersihkan diri dahulu baru beristirahat.
Ardian menurut apa yang dikatakan oleh sang istri, Melina. Tidak membutuhkan waktu lama, Ardian keluar dari dalam kamar mandi sudah dalam keadaan segar .
"Minum, pa." Melina memberikan gelas yang berisi air hangat.
"Segar," ujar Ardian, setelah meneguk habis gelas yang diberikan oleh Melina.
Keduanya duduk di sofa. " Bagaimana keadaan Alex, Ma?" tanya Ardian.
"Masih belum ada perkembangan, pa," sahut Melina.
"Pa, bagaimana jika kita bawa keluar negeri?" usul Melina.
"Papa belum mendapatkan rekomendasi rumah sakit yang terbaik untuk pasien yang kondisinya seperti yang dialami Alex. Dan apa yang dikatakan oleh dokter mengenai kondisi Alex, patut kita pertimbangkan. Jangan sampai nanti kondisi Alex semakin menurun, begitu kita memaksa membawa Alex berobat keluar negeri," tutur sang suami Ardian.
"Pa, apa Papa tidak penasaran?" tanya Melina pada sang suami.
Kening Ardian mengerut seraya memandang wajah sang istri.
"Penasaran? Apa yang harus Papa penasaran kan?" tanya Ardian.
"Kecelakaan yang dialami oleh Alex, Pa? Selama ini kita tidak pernah melihat Alex minum-minuman keras, apalagi sampai mabuk mengemudi mobil. Kalau Michael Mama percaya, tetapi Alex Mama tidak percaya," tutur Melina. Dia menceritakan apa yang terjadi hari itu, sekitar empat bulan yang lalu.
"Apa Alex tidak mengatakan, siapa gadis yang disukai dan ingin dijadikannya kekasih?" tanya Ardian.
Melina menggelengkan kepalanya, dan berkata. "Salah Mama, pa. Mama tidak bertanya, karena Mama merasa, pasti Alex tidak akan mau mengatakan siapa sosok gadis yang disukainya," kata Melina.
"Apa Michael juga tidak tahu, Ma?" tanya Ardian.
"Michael pasti tidak tahu, pa. Michael kan baru kembali ke Indonesia. Dia tidak akan tahu kehidupan Alex di sini."
"Biar nanti Papa selidiki, siapa gadis itu? Dan lagi, selama Alex berada dalam kondisi koma, tidak ada teman-temannya yang datang. Kan aneh, ma. Apa Alex tidak punya teman laki-laki yang akrab ?" Ardian mengutarakan rasa penasaran pada kehidupan Alex di luar lingkungan rumah.
***
Ayana datang kerumah Cinta, karena keduanya tidak memiliki jadwal kuliah. Dan Cinta menceritakan apa yang membuat dirinya galau.
"Serius!" Mata Ayana membesar, setelah Cinta mengakhiri ceritanya.
"Serius! Apa kau kira ceritaku ini, cerita yang mengada-ada. Dan hanya haluku?" kata Cinta.
"Terus... Apa kau mau menikah muda? Apa Tante setuju?" Pertanyaan beruntun meluncur dari dalam mulut Ayana.
"Nah... Itu yang membuat aku bingung. Aku tidak berani mengatakannya pada Bunda. Ay, apa yang harus aku lakukan? Tolongin aku Ay," kata Cinta.
"Apa yang harus aku lakukan, Cin? Masalah pernikahan, kau yang harus mengatakan sendiri pada Tante."
"Apa yang harus aku lakukan? Apa kau ada solusinya?" tanya Cinta.
"Kau cerita pada Tante lah, Cinta. Kalau kau tidak cerita, bagaimana Tante tahu kau sudah ngebet menikah," kata Ayana.
"Hei... Siapa yang ngebet nikah!" seru Cinta dengan raut wajah jutek menatap wajah Ayana yang nyengir menatapnya.
"Kaulah! Masa aku? Kau kan yang sudah punya kekasih, aku sih masih jomblo happy," balas Ayana.
"Bushettt.... !" umpat Cinta.
"Aku tidak berani. Ah... Mas Andrew ! Kenapa membuat kepalaku pusing." Cinta mengacak-acak rambutnya.
"Makanya... Jangan pacaran dengan pria yang sudah dewasa!"
"Cari pacar, yang belum memikirkan untuk menikah," sambung Ayana.
"Ahh... Kau ini bukan membantu ku. Makin membuat aku pusing..!" Cinta meluapkan kekesalannya pada Ayana yang tidak banyak membantunya untuk mencarikan solusi dengan masalah yang dihadapinya.
"Apa yang kau pusingkan? Kau tinggal bilang pada Tante. Pakai acara ngambek, pasti kau akan mendapatkan restu. He... he.. he..," kata Ayana dan diakhiri dengan tawa kecil dari dalam mulutnya.
"Ay. Aku itu lebih berani bicara dengan ayah. Dengan bunda. Aku nyali ku ciut sebelum bicara," kata Cinta.
"Kalau begitu, kau bicara pada ayahmu. Dan suruh ayahmu datang ke dalam mimpi Bunda mu." Apa yang dikatakan Ayana, semakin membuat Cinta pusing tujuh keliling. Solusi yang Ayana katakan bukan membantunya.
"Kau makin melantur. Kau suruh aku bicara dengan makam? Biar orang bilang aku sudah gila!" Cinta mencebikkan bibirnya.
"Jalan satu-satunya, kau bicara dengan Tante! Atau kau hubungi saudara dari ayahmu, Cinta," kata Ayana.
"Itu yang tidak akan mungkin aku lakukan, kau kan tahu, keluarga ayahku itu tidak ingin melihat aku dan bunda. Mereka tidak suka dengan Bunda yang anak yatim-piatu dan mereka menuduh Bunda yang menyebabkan kematian ayah," tutur Cinta dengan sedih.
Setiap menceritakan keluarga sang ayah, Cinta selalu merasa sangat sedih. Karena keluarga ayahnya tidak pernah menganggap dirinya dan bundanya tidak pernah ada.
Ayana diam. Dia mencerna apa yang diceritakan oleh Cinta mengenai keluarga pihak ayahnya yang tidak pernah diketahuinya keberadaannya dan dia juga ingin mengetahui keberadaan keluarga dari sang ayah lagi. Setelah terakhir dia bertemu pada hari saat meninggalnya sang ayah, dan kakek dan neneknya membawa jasad sang ayah dan dia dan sang Bunda tidak boleh ikut dalam pemakaman sang ayah. Sejak saat itu, Cinta tidak ingin mengetahui keberadaan keluarga sang ayah lagi.
****
Michael duduk di sisi pembaringan sang adik, kedua bola matanya berkaca-kaca.
"Hei... Pemalas! Bangun, apa kau ingin selamanya berada di atas ranjang dengan bermalas-malasan? Pekerjaan di kantor sudah menumpuk, kau tahu aku seharusnya tidak berada di sini. Aku mengurus perusahaan di luar dan kau seharusnya mengurus perusahaan di sini. Sekarang, aku terpaksa pulang. Karena kau itu malas untuk turun dari ranjang," tutur Michael.
"kau curang!" lanjut Michael.
Next
Jangan lupa untuk menekan tombol like and like ya kakak reader.
Biar author semangat untuk update 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
shery fiana
kasian michael, smg alex cpt.smbh
2023-06-06
5
shery fiana
apa jangan2 kecelakaan itu disengaja??
2023-06-06
5
ciwat84
teka teki
2023-04-23
0