Samar-samar terdengar suara dari luar kamar dan Jihan mulai tersadar. Kemudian dibuka matanya perlahan dan melihat sekeliling ruang kamar.
Jihan langsung terkejut ketika menyadari kalau dirinya sedang berada di kamar yang tampak asing baginya.
Setelah terdiam dan berpikir beberapa saat Jihan langsung bangkit dari tidurnya. Tetapi dia sangat terkejut ketika menyadari bahwa dia tidak memakai selembar pakaianpun. Ternyata semua pakaiannya berserakan di lantai.
Jihan langsung turun dari tempat tidur dan ingin mengambil pakaian itu. Tetapi saat akan melangkahkan kakinya, bagian kewanitaannya terasa sakit.
Jantung Jihan semakin berdetak kencang dan dadanya terasa sesak saat dilihat tempat tidurnya terdapat bercak darah yang menempel di seprei membuat Jihan semakin takut.
Kemudian dia langsung menangis karena hatinya sangat hancur dan sedih menerima keadaan seperti ini.
Setelah dia memakai baju, dia langsung duduk di lantai sambil memikirkan kejadian yang baru saja dialaminya. Sedikit pun dia tidak mengingat kejadian yang baru saja dialaminya.
Setelah puas menangis Jihan langsung keluar dari kamar itu. Saat Jihan keluar dari kamar tidak ada satu orang pun yang terlihat di luar kamar.
Jihan yang masih dilanda perasaan bingung langsung berjalan ke setiap ruangan. Tetapi semua ruangan sudah sunyi hanya ada beberapa petugas cafe yang sedang membersihkan ruangan itu.
Kemudian Jihan mendekati salah seorang pegawai yang sedang membereskan meja di ruang kafe.
“Maaf Mbak, saya mau nanya. Teman-teman saya yang merayakan ulang tahun tadi pada ke mana semua ya?” tanya Jihan.
“Maksud Mbak, mbak Yuni dan teman-temannya?” jawab pegawai itu.
“Benar Mbak.”
“Maaf Mbak, Mbak datangnya terlambat karena pesta mbak Yuni baru saja selesai dan teman-temannya baru saja pulang semua,” jelas pegawai itu yang tidak tau kalau Jihan sebenarnya sudah datang sebelum acara pesta dimulai.
“Oh gitu, makasih ya Mbak,” ucap Jihan yang tampak bingung.
Dia sangat bingung dengan kejadian yang baru saja dialaminya karena dia tidak mengingat sedikit pun. Yang dia ingat hanya ketika duduk ngobrol dengan Leo dan Tino teman yang baru dikenalnya.
Dengan perasaan bingung Jihan langsung keluar dari ruangan itu untuk mencari Rani dan teman lainnya. Begitu Jihan sampai halaman cafe Lestari, tiba-tiba Rani memanggilnya.
“Jihan... kamu ke mana aja sih. Aku sejak tadi mencari kamu.” Terlihat Rani setengah berlari mendekatinya.
Begitu dekat, Jihan langsung memeluk Rani sambil menangis. Rani tentu merasa heran dengan Jihan yang seperti orang ketakutan.
“Kamu kenapa Jihan?” tanya Ranin heran.
Kemudian Jihan melepaskan pelukannya sambil berkata. “Rani, ayo kita pulang sekarang,” ucap Jihan dengan nada sedih bercampur takut.
Rani hanya memperhatikan raut wajah Jihan dengan perasaan heran.
“Kamu kenapa Jihan. Sepertinya kamu ketakutan gitu,” ucap Rani sambil memegang pundak temannya itu.
Jihan tidak menjawab dia hanya mengajak Rani untuk segera pulang.
“Ayo kita pulang sekarang,” ajak Jihan sambil menangis.
“Iya kita mau pulang sekarang. Tapi aku heran dengan sikap kamu. Memangnya apa yang telah terjadi sama kamu, Jihan?” tanya Rani lagi.
Jihan tidak dapat membendung air matanya lagi sehingga dia tumpahkan seluruh kesedihannya pada Rani. Tangisnya pun langsung pecah ketika memeluk Rani. Rani kemudian mengelus kepala temannya itu sambil berkata, “Ya udah kalau kamu belum mau cerita, nggak apa-apa.
Nanti kalau kamu sudah tenang, cerita sama aku ya?” ucap Rani penasaran.
Rani semakin bingung dengan sikap Jihan yang seperti menyembunyikan sesuatu. Tetapi Rani tidak bisa mendesaknya karena Jihan belum mau menceritakannya.
***
Sepanjang perjalanan pulang ke rumah Rani, Jihan diam saja. Bahkan pandangannya kosong membuat Rani semakin bingung. Rani yang merupakan teman dekatnya berusaha untuk menenangkan Jihan yang terlihat sedih dan gelisah dengan mengelus pundak Jihan.
Begitu sampai rumah Rani, Jihan langsung masuk ke kamar Rani. Kebetulan kedua orang tua Rani sedang pergi ke luar kota dan besok baru pulang sehingga Jihan tanpa merasa segan langsung masuk ke kamar Rani.
Begitu sampai di tempat tidur dia langsung meluapkan tangisnya. Rani yang belakangan masuk ke kamar langsung duduk di samping Jihan dan mengelus rambut Jihan dengan lembut.
Begitu mendapat perlakuan yang begitu lembut dari Rani, Jihan langsung bangkit dari tidurnya. Dia langsung memeluk Rani sambil menangis.
“Sebenarnya ada apa Jihan, ceritakanlah mudah-mudahan aku bisa bantu kamu.”
Disela isak tangisnya Jihan langsung berkata. “Rani, aku terlalu diperkosa,” ucap Jihan dengan nada berat.
Rani yang merasa terkejut langsung melepaskan pelukannya.
“Apa kata kamu, Jihan?” tanya Rani sambil memperhatikan raut wajah Jihan.
“Aku telah diperk*sa Rani...” jawab Jihan.
“Sama siapa Jihan?” tanya Rani seperti tidak percaya.
Jihan langsung menggelengkan kepalanya. Melihat reaksi Jihan yang seperti itu Rani langsung bertanya lagi.
“Siapa yang telah memperkosa kamu, Jihan?” tanya Rani lagi.
“Aku nggak tau Rani...”
“Nggak tau gimana maksud kamu?” tanya Rani sambil mengguncang pundak Jihan.
“Aku nggak tau tiba-tiba saat aku terbangun aku sedang berada di kamar tanpa memakai pakaian karena pakaianku sudah berserakan di lantai semuanya,” jelas Jihan.
“Kamu yakin kalau kamu memang dilecehkan?”
Jihan menganggukkan kepalanya sambil menangis.
“Apa buktinya?” tanya Rani lagi dan seperti tidak percaya dengan ucapan Jihan karena Rani tau kalau Jihan sangat lugu.
Bisa saja bajunya dibuka oleh seseorang tetapi bukan berarti dia dilecehkan.
“Tadi saat aku terbangun, bagian intiku sakit Ran. Bahkan Ssaat berjalan sangat pedih kurasakan.”
Mendengarkan penjelasan Jihan, Rani langsung lemas karena merasa sedih terhadap musibah yang diterima teman dekatnya itu.
Rani juga merasa bersalah karena telah mengajak Jihan pergi ke pesta Ayu.
‘Seandainya saja aku tidak memaksa Jihan untuk hadir ke pesta ulang tahun Yuni, pasti musibah ini tidak akan terjadi pada Jihan. Lalu apa yang harus aku lakukan,’ batin Rani sedih.
“Bukankah terakhir kali kita duduk bersama teman Bobby yang bernama Leo dan Tino?” tanya Rani.
“Memang iya Ran. Tapi setelah kamu pergi ke toilet aku duduk dengan Leo. Apakah Leo yang telah memperk*sa aku?” tanya Jihan bingung.
“Nggak mungkin Jihan karena aku lihat Leo sudah keluar cafe sejak tadi.”
Rani sempat melihat Leo keluar dari cafe saat Rani akan ke toilet. Jadi Rani yakin betul kalau Leo sudah pulang sejak tadi. Padahal saat Leo keluar dari ruang cafe itu dia kembali lagi sambil membawa obat perangsang. Hanya saja Rani tidak melihat kalau Leo kembali masuk ke cafe lagi.
“Jadi kalau bukan Leo, siapa ya?” tanya Jihan bingung.
“Coba kamu ingat-ingat lagi siapa teman terakhir kamu ngobrol,” ucap Rani.
Jihan hanya terdiam sambil berpikir keras memikirkan hal itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Heri Wibowo
periksa CCTV
2023-04-07
0
Irnaningsih
kurang ajar si leo
2023-04-04
0