Dia???

Rani langsung menghubungi Bobby dan menanyakan masalah ini.

[“Hallo Rani, ada apa...?”] tanya Bobby yang merasa heran karena sudah larut malam Rani menghubunginya.

Rani yang mendengar suara Bobby seperti sedang bersama teman-temannya langsung bertanya tentang Leo.

[“Bobby, kamu tau siapa yang terakhir bersama Jihan?”] tanya Rani.

[“Bersama Jihan.... aku nggak tau Ran. Memangnya ada apa Ran?”]

[“Bobby, kamu bersama siapa di situ apakah di situ ada Leo?”]

[“Memangnya ada apa Rani.”] tanya Bobby penasaran.

[“Aku hanya mau ngomong aja sama Leo. Tolong berikan sama Leo ponsel kamu ya biar aku ngomong langsung.”] pintah Rani.

Bobby yang masih bingung langsung memberikan ponselnya pada Leo.

[“Hallo...”] sapa Leo.

[“Hallo Leo, ini Rani.”]

[“Ada apa Rani.....?”] tanya Leo seperti ada perasaan takut.

Dia merasa takut kalau sampai Jihan menceritakan kejadian yang baru saja menimpahnya.

[“Aku mau nanya nih. Tadi siapa teman Jihan yang terakhir ngobrol?”]

[“Maksud kamu apa Ran, aku nggak ngerti.”] jawab Leo pura-pura bingung.

[“Aku mau nanya aja, tadi Jihan ngobrol dengan siapa?”] Leo terdiam sesaat sambil memikirkan jawaban yang akan diberikan pada Rani.

‘Berarti Rani tidak tau kalau aku telah memperkosa Jihan. Kalau memang seperti itu lebih baik aku pura-pura aja nggak tau dari pada nanti jadi masalah.’

[“Maaf Rani tadi aku nggak tau terakhir Jihan ngobrol dengan siapa karena saat kamu pergi yang katanya ke toilet aku pun langsung pulang.”] jelas Leo bohong.

[“Berarti kamu tidak sampai habis di acara pesta tadi?”

[“Enggak. Memangnya ada apa Rani?”] tanya Leo pura-pura tidak tau.

‘Kalau bukan Leo tapi siapa ya,’ batin Rani bingung.

[“Barusan kamu katakan kalau kamu sudah pulang sejak tadi. Tapi kenapa sekarang kamu sedang bersama Bobby?”] tanya Rani penuh selidik.

Leo merasa bingung dengan pertanyaan Rani. Tapi Leo yang terkenal badung pasti dengan mudah menghadapi masalah yang seperti ini.

[“Memang tadi aku sudah pulang karena tadi aku tiba-tiba sakit perut. Tapi barusan Bobby menelepon aku dan mengajak ketemuan. Syukurnya perut aku sudah mendingan makanya kami sekarang ketemuan di tempat biasa kami mangkal.”]

[“Oh, seperti itu. Oh ya, Bobby mana aku mau bicara dulu sama dia.”]

Leo buru-buru memberikan ponselnya pada Bobby.

[“Hallo Rani, ada apa?”]

[“Bobby, coba kamu ingat-ingat siapa teman ngobrol Jihan tadi.”]

Bobby yang merasa bingung dengan pertanyaan Rani langsung melihat ke arah Leo tapi buru-buru Leo mengangkat tangannya dan memberikan isyarat pada Bobby bahwa dia tidak mengetahuinya. Bobby yang melihat bahasa isyarat dari Leo supaya mengatakan tidak akhirnya mengikuti perintah Leo.

[“Maaf Rani, aku nggak ingat. Memangnya ada apa Rani?”]

[“Nggak ada apa-apa Bobby. Aku hanya mau tau aja karena kata Jihan dia tiba-tiba tadi tidak sadar dan dia juga lupa terakhir ngobrol dengan siapa.”]

Akhirnya Rani yang tidak mau kalau sampai Bobby bertanya lebih dalam lagi kemudian mengakhiri pembicaraannya. Rani semakin bingung dengan jawaban Leo maupun Bobby yang mengatakan tidak melihat teman ngobrol Jihan.

Dipandangnya wajah Jihan yang begitu polos dengan perasaan sedih. Kemudian Rani berusaha untuk menguatkan Jihan yang sedang terpukul dengan kejadian yang baru saja menimpahnya.

Dielusnya pundak temannya itu sambil berkata. “Kamu yang sabar ya Jihan, mudah-mudahan kita dapat menemukan siapa yang telah memperkosa kamu.”

“Tapi aku takut Rani,” ucap Jihan dengan nada sedih.

“Aku berjanji sama kamu akan selalu membantu kamu. Aku juga merasa bersalah telah mengajak kamu untuk pergi ke pestanya Yuni.

“Tapi aku takut Rani kalau nanti aku hamil...”

Rani langsung terdiam memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada diri Jihan seandainya nanti Jihan hamil tanpa seorang ayah.

“Apa yang harus aku lakukan Rani seandainya aku hamil nantinya?” ucap Jihan sambil menangis.

Melihat kesedihan yang melanda perasaan Jihan, Rani juga ikut menangis sambil memeluk temannya itu.

“Aku siap membantu kamu kalau hal itu terjadi. Yang penting kamu berdoa semoga ketakutan kamu tidak akan terjadi.”

***

Malam semakin larut tetapi tidak membuat Jihan dan Rani merasa ngantuk. Keduanya rebahan di tempat tidur sambil bermain dengan pikirannya masing-masing. Rani yang merasa bersalah tidak dapat memejamkan sedikit pub matanya karena sedang memikirkan masalah yang sedang dihadapi Jihan. Dia bingung harus menceritakan kepada siapa masalah ini.

Sejak tadi Rani memikirkan jalan keluarnya tetapi sampai detik ini dia belum menemukan solusinya.

Begitu juga dengan Jihan yang merasa sangat takut kalau nantinya dia akan hamil tanpa seorang ayah.

Begitu mengingat kedua orang tuanya perasaan Jihan sangat hancur dan kecewa. Dia merasa sangat bersalah kepada kedua orang tuanya karena telah mengecewakan kedua orang tuanya.

‘Apa yang harus aku lakukan kalau nantinya aku hamil. Pasti ayah akan marah besar sementara ayah sudah merencanakan untuk mengkuliahkan aku ke Jogjakarta. Aku tidak bisa membayangkan betapa kecewanya ayah dan ibu kalau nantinya aku hamil.’

Ayah dan ibu Jihan sudah merencanakan setelah Jihan tamat SMA ini maka Jihan akan kuliah di Jogjakarta. Di Jogjakarta Jihan akan tinggal dengan keluarga ayahnya. Kebetulan kampung halaman ayahnya Jihan di Jogjakarta sehingga ayahnya sudah merencanakan begitu tamat SMA yang tidak lama lagi Jihan akan dibawa ke Jogjakarta.

Awalnya Jihan sempat menolak untuk kuliah di Jogjakarta dengan alasan dia tidak mau jauh dari ibunya. Dia ingin kuliah di Medan aja biar setiap hari ketemu ibunya karena Jihan anak tunggal dan masih manja dengan ibunya. Tapi karena kemauan ayahnya yang begitu keras sehingga Jihan tidak bisa menolak.

Sebulan lagi ujian kelulusan kelas dua belas akan dilaksanakan dan setelah itu Jihan akan diantar ayah dan ibunya pergi ke Jogjakarta. Kalau nantinya dia tidak lulus di UGM maka ayahnya sudah merencanakan untuk kuliah di swasta yang penting di Jogjakarta supaya bisa menemani neneknya. Ibu ayahnya tinggal seorang diri di rumah yang begitu besar sedangkan adik ayahnya tinggal di Jakarta. Karena hal itulah makanya ayahnya Jihan menginginkan Jihan untuk tinggal di Jogjakarta menemani neneknya yang tinggal sendiri.

Jihan juga tau betul sifat ayahnya yang keras kepala selalu memaksakan kehendaknya. Walaupun Jihan anak tunggal tapi dia tidak berani bermanja-manja dengan ayahnya karena sifat ayahnya yang selalu keras kepala itu.

Sementara kalau dengan ibunya Jihan sangat manja bahkan walaupun sudah besar semua keperluannya selalu dipersiapkan ibunya saat akan pergi ke sekolah. Jihan terkenal sebagai gadis yang manja karena dia anak tunggal.

Setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah ibunya selalu mempersiapkan bekal nasi yang akan dibawanya ke sekolah. Bahkan ibunya juga yang selalu mengantarnya sampai ke sekolah. Kalau mengingat hal itu Jiha merasa sedih dan merasa bersalah pada kedua orang tuanya.

Terpopuler

Comments

Heri Wibowo

Heri Wibowo

lanjut

2023-04-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!