ISAAC dan Sariel berjalan menyusuri jalanan kota Novel Lux yang dihiasi oleh gedung-gedung futuristik dan lampu-lampu plasma yang berkilauan. Mereka melewati jalan-jalan sibuk dengan kendaraan-kendaraan terbang tanpa suara yang mengganggu.
Isaac melihat jalanan yang mereka pijaki. Sangat aneh melihat jalanan yang tidak terbuat dari aspal, beton, atau semen. Jalan di bawah mereka tampak sedikit berkilau dan padat.
"Apa ini kaca?"
Sariel melihat ke bawah - ke jalan yang mereka pijaki, "Bukan, ini Xalikar."
"Xalikar?"
"Susah kalau aku yang jelasin. Yang aku tahu Xalikar bahannya keras, cukup buat nahan abrasi atau gempa. Ini ngga bakal retak."
"Hum, berkilau, padat, keras, dan anti retak," sebagai ilmuwan, Isaac merasa familiar dengan bahan konstruksi yang punya sifat serupa di bumi, "Apa itu silikon karbida? Nitrida?"
"Kau bisa bertanya pada ayahku nanti, kalau kau penasaran. Dia insinyur."
Isaac pun setuju. Mereka lalu melanjutkan langkahnya.
Di mana-mana mereka melihat robot-robot humanoid yang bertugas sebagai petugas keamanan dan perawatan kota. Ada juga robot-robot kecil yang berlarian di jalan-jalan, membantu membersihkan sampah dan menunjukkan arah kepada para pengunjung. Itu pemandangan yang tak aneh untuk planet yang memiliki peradaban maju seperti ini.
"Apa kau memang bekerja sebagai pemandu untuk makhluk asing?"
"Ngga."
"Atau ini cara keluargamu menyambut tamu asing?"
"Aku membawamu berkeliling karena aku merasa kau berbeda dari makhluk lain. Terus fisikmu juga identik dengan penduduk asli Elyndor. Aku suka dengan hal yang familiar, kau tahu," jawab Sariel sembari memandang pria yang beberapa senti lebih tinggi darinya itu.
Isaac hanya mengagguk, "Terus, apa kerjaanmu?"
"Aku hanya staff toko buku sederhana di sudut kota."
Itu informasi yang cukup mencengangkan. Dia tidak tahu kalau makhluk asing juga menulis dan menjual buku seperti manusia. Itu di luar ekspektasinya. Isaac berpikir bahwa jika dia berada di planet alien, dia akan bertemu peradaban yang sama sekali baru, ternyata tidak; semua yang ditemukannya tak jauh berbeda dengan bumi, perbedaannya hanya budaya dan teknologi mereka yang jauh lebih canggih daripada bumi.
Pemandangan kota semakin memukau ketika Isaac dan Sariel memasuki pusat kota. Gedung-gedung pencakar langit menjulang tinggi di depan mereka, dengan fasad-fasad yang terbuat dari material yang aneh dan belum pernah dia lihat sebelumnya. Ada beberapa gedung yang terlihat seperti kristal yang berkilauan, sementara yang lain terlihat seperti batang logam raksasa yang bercahaya.
Isaac merasa takjub ketika mereka melewati pusat perbelanjaan terbesar di kota tersebut. Toko-toko yang berjejer di sepanjang lorong-lorongnya menjual barang-barang yang terbuat dari bahan yang aneh dan asing, seperti kristal dan metaloid yang aneh.
Mereka berdua lalu memasuki area pasar tradisional di sudut kota. Ada banyak penjual yang menjual makanan dan barang-barang yang terbuat dari bahan-bahan yang aneh dan belum pernah dilihatnya sebelumnya. Mereka melihat orang-orang yang berkulit hijau terang, merah tua, dan biru muda, yang berbicara dengan bahasa yang dia tidak mengerti.
"Apa mereka juga makhluk asing?"
"Ya, tapi sekarang ngga lagi. Karena mereka udah jadi penduduk Eryndor."
Isaac mengangguk mengerti. Apa ini dampak positif kriolix? Jika memikirkannya kembali, Isaac merasa seperti kembali di era-era penjajahan abad 17 dan 18. Dia khawatir jika kriolix ini berakhir sama seperti kolonialisme: pemberontakan pribumi. Itu bakal jadi situasi yang menegangkan, tapi sayang jika dilewatkan, pikirnya.
Pasar itu dihiasi oleh patung-patung besar yang indah, yang menceritakan kisah-kisah kuno planet Eryndor. Patung-patung tersebut terbuat dari material yang aneh dan berkilauan, memberikan warna yang indah dan memikat.
Mereka kemudian menuju restoran mewah di lantai atas gedung - melewati area taman hijau yang luas dan indah. Taman tersebut dilengkapi dengan air mancur yang tinggi, tempat duduk yang nyaman, dan berbagai jenis tanaman dan bunga-bunga yang aneh dan cantik.
Restoran tersebut cukup tinggi, sehingga siapapun yang berada di atasnya bisa melihat pemandangan indah Nova Lux.
Pelayan yang terlihat seperti robot lalu membawa menu yang terbuat dari material kertas yang berbeda dan mencantumkan gambar makanan yang sangat menarik perhatian. Isaac memilih menu yang terlihat familiar baginya, sementara Sariel memilih makanan yang sangat aneh dan tidak pernah dia lihat sebelumnya.
Setelah makan malam yang eksentrik itu, mereka pun keluar dari restoran dan melanjutkan jalan-jalan mereka di kota futuristik ini. Mereka melewati pusat seni dan budaya, di mana mereka melihat banyak karya seni yang indah dan unik, serta teater yang sangat megah.
Ini benar-benar mirip bumi, pikir Isaac.
Malam semakin larut ketika Isaac dan Sariel berjalan di sepanjang tepi sungai yang membelah kota. Lampu-lampu plasma yang berwarna-warni menghiasi sepanjang jalan. Di tepian sungai, ada taman-taman yang indah dengan pohon-pohon raksasa dan lampu-lampu yang terang benderang.
Isaac sangat terkesan dengan planet aneh ini. Dia tidak pernah membayangkan akan menemukan planet yang sangat maju dan indah. Di sisi lain, dia bersyukur telah bertemu Sariel, penduduk asli planet ini yang bersedia menemaninya untuk berkeliling.
Isaac dan Sariel melanjutkan perjalanan mereka hingga akhirnya mereka tiba di salah satu objek bangunan terpenting di Nova Lux: Menara Iridium.
Menara itu menjulang tinggi di atas permukaan planet dengan eksotis. Ia terbuat dari material yang futuristik dan misterius, seperti logam berkilau yang tak dikenal dan memancarkan cahaya hijau dan biru yang lembut dari setiap sudutnya. Isaac merasa kagum dengan keindahan menara tersebut. Dia merasa seperti berada di tempat suci.
Setelah seharian berjalan dan mengunjungi tempat-tempat indah di Nova Lux, mereka pun kembali ke rumah Sariel. Isaac sudah lelah setelah menghabiskan waktu berkeliling kota yang indah ini. Ia tak pernah berhenti terkesima dengan keindahan planet dan kota asing tersebut sampai membuatnya berpikir untuk tetap tinggal di sini.
"Terima kasih, Sariel," kata Isaac sambil tersenyum. "Aku nikmatin hari ini."
Sariel hanya tersenyum kecil sebagai balasan. Ia senang Isaac bisa menikmati kunjungan pertama di planetnya. Isaac, di sisi lain, merasa bahwa planet ini adalah sebuah tempat yang istimewa dengan masyarakat yang ramah dan tak jauh berbeda dengan penduduk Bumi.
Ketika mereka sampai di depan rumah Sariel, tiba-tiba pintu otomatis rumah tersebut terbuka. Seorang pria paruh baya tiba-tiba muncul dari balik pintu, dengan wajah yang sedikit berkerut dan dihiasi oleh janggut tipis berbentuk aneh.
"Nak, siapa dia!"
Dia adalah Thelonius Zygarthians, ayah dari Sariel dan Danika. Dia tampak gagah dengan pakaian kokoh itu yang terbuat dari berlian yang dihaluskan sehingga menciptakan efek kerlap-kerlip di sekitarnya.
"Papa udah pulang? Bukannya papa pulang tiga hari lagi?" Tanya Sariel berusaha mengalihkan. Dia sedikit khawatir dengan keberadaan ayahnya yang tidak begitu suka dengan kedatangan makhluk asing di luar Eryndor. Kalau papa tahu Isaac adalah makhluk asing tanpa identitas, mungkin papa bakal nendang dia keluar atau ngelaporin dia ke polisi, pikir Sariel.
"Nak, kau belum menjawab pertanyaan papa, dia siapa?" Tanya Thelonius dengan nada yang mengintimidasi.
"Um, anu, ini teman lamaku waktu SMP dulu, Pah."
Mata Isaac terbelalak dan melihat gadis itu dengan ekspresi keheranan.
Teman SMP? Hei, seharusnya kalau kau berbohong, berbohong lah dengan estetik! Dia sedikit keberatan, tapi dia mengerti. Sariel hanya berusaha menjaga identitas aslinya karena pandagan masyarakat Eryndor yang buruk terhadap Zythar atau makhluk asing.
"Teman SMP? Papa ngga pernah lihat dia?"
"Oh haha, waktu kelas tujuh dia pindah, Pah. Kami sekelas hanya beberapa hari."
"Begitu?" Mata Thelonius menyipit, seolah mengerayangi Isaac dengan kedua matanya yang penuh kecurigaan. "Baiklah," dia lalu berbalik mempersilakan mereka masuk, "Masuklah."
Isaac merasa sedikit khawatir dengan sambutan yang cukup menegangkan itu. Namun Sariel berbisik pelan padanya, "Tenang aja. Papaku baik kok."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 17 Episodes
Comments
ℑ𝔫𝔡𝔦𝔤𝔬 𝔖𝔱𝔞𝔯𝔰𝔢𝔢𝔡
ini mirip Kota di Andromeda sebenarnya.
2023-04-23
1