KETIKA mata pria itu terbuka, dia menemukan dirinya terbaring di sebuah tempat tidur yang empuk, dengan selimut bulu putih yang tebal menutupi tubuhnya.
Kamar itu sangat indah, dengan dinding yang dilapisi oleh perpaduan warna putih dan emas yang elegan. Di satu sisi ruangan, terdapat jendela besar yang memungkinkan cahaya masuk dan memancarkan kehangatan alami.
Namun, kenyamanan yang ditawarkan kamar itu tidak bisa membuatnya tenang. Ada sesuatu yang salah. Dia mencoba mengingat-ngingat bagaimana dia bisa berada di kamar itu, tetapi otaknya masih terasa kosong. Kemudian, dengan cepat, dia menyadari bahwa dia tidak sendirian. Ada seorang wanita cantik yang duduk di sisi tempat tidurnya, menatapnya dengan pandangan bingung seperti seorang anak yang baru mendapatkan mainan baru.
"Di mana aku?" Tanya pria yang kebingungan itu.
Meskipun caranya berbicara terdengar aneh, tetapi Sariel bisa memahaminya karena kemampuan alami penduduk planet ini: telepati. Kemampuan ini membuat mereka bisa memahami bahasa apapun tanpa dia sadari.
"Kau di distrik Euphoria, di rumahku."
"Euphoria?"
Sariel tampak kebingungan, sebab baru kali ini ada orang yang tidak tahu di mana Euphoria. Padahal distrik ini dikenal karena lokasinya yang dekat dengan maskot penting kota Nova Lux, Menara Iridium.
Jangan-jangan dia lupa ingatan?
"Kau sekarang ada di Nova Lux," ujar Sariel berharap pria aneh itu bisa langsung mengerti.
"Nova Lux? Di negara apa?"
Sariel justru ikut bingung dengan pertanyaan yang aneh itu. Apa maksudnya negara? Apa itu nama pulau, gunung, atau apa? Tanya Sariel dalam hati.
"Aku ngga mengerti maksudmu apa. Kita di kota Nova Lux. Ngga ada yang namanya negara di sini."
"Ha? Tapi kok kamu bisa bahasa Inggris?"
Sariel merasa kepalanya mulai pusing. Sejak tadi dia tidak mengerti apa yang pria aneh di hadapannya itu bicarakan. Dia mencoba untuk mengatur nafasnya. Dia menghela nafasnya perlahan.
"Mungkin bagusnya gini," Sariel memperbaiki posisi duduknya dan menggeser kursinya mendekat ke arah pria itu, "Siapa kau dan dari mana asalmu?"
"Aku Isaac Nugraha, dari Amerika. Tapi aku blasteran Indonesia-Amerika," jawab Isaac dengan nada percaya diri.
Dia lagi ngomong apa sih? Amerika, Indonesia, itu apa? Dan namanya juga aneh.
"Tunggu, Amerika itu di pulau mana? Aku ngga pernah dengar nama kota itu."
"Lho, mana ada orang yang ngga tahu Amerika!" Ujar Isaac ngotot.
"Justru aku yang harusnya ngomong gitu, mana ada orang yang ngga tahu Nova Lux!"
Keduanya pun mulai terjebak dalam keheranan yang sama tentang dengan siapa mereka berbicara saat ini. Sampai di momen di mana mereka tiba-tiba menyadari sesuatu.
"HEI, KAU DARI PLANET MANA!?" Mereka berdua entah bagaimana kompak melemparkan pertanyaan yang sama.
"Ini di planet Eryndor, kau?"
"A-aku da-dari bu-bumi," jawab Isaac dengan terbata-bata karena pikirannya yang kacau. Dia tidak percaya apa yang sedang terjadi padanya.
"Bumi?"
Isaac mencoba mengingat-ngingat kembali apa yang sebenarnya terjadi, terutama mengapa dia bisa berada di planet asing ini.
Apa ini lubang cacing? Tidak. Lubang hitam? Tidak! Fluktuasi ruang? Tidak! Apa terjadi singularitas? Banyak pertanyaan aneh mulai bermunculan di kepalanya.
"Apa tabung itu benar-benar bekerja!?" Gumam Isaac dengan wajah tercengang. Perasaan heran dan bahagia secara bersamaan pun muncul di dadanya. Bagaimana bisa?
Dia lalu melihat ke arah wanita alien itu, "Apa ini sungguhan? Kau terlihat seperti kami."
"Kami? Maksudmu makhluk di planetmu?"
Isaac mengangguk antusias. Dia tidak menyangka bahwa proyek yang dianggapnya gila itu benar-benar sukses. Bahkan ini terlalu nyata untuk disebut mimpi!
"Siapa namamu?" Tanya Isaac.
"Aku Sariel Zygarthians, panggil aja Sariel."
Isaac lalu memberikan tangannya untuk bersalaman dengan wanita asing di hadapannya itu. Namun begitu Sariel tampaknya tidak mengerti dengan apa yang dia lakukan.
"Kamu ngapain?" Tanya Sariel dengan wajah bingung melihat ke arah tangan pria bumi itu.
"Huh? Aku hanya bersalaman."
"Oh, begini cara makhluk di planetmu bersalaman? Baiklah," Sariel langsung memegang tangan Isaac dengan dua tangannya yang kaku. Sebab ini pertamakalinya dia melakukan salam yang aneh seperti itu.
Isaac terkekeh melihat wanita alien itu, "Terus gimana cara kalian bersalaman?"
"Kami hanya saling menganggukkan kepala dua kali, seperti ini," Sariel langsung memberikan contoh kepada Isaac. Isaac bisa langsung mengerti, karena itu hanya anggukan sederhana tanpa variasi apapun.
Setelah perkenalan yang kikuk tersebut, Sariel tiba-tiba menyarankan Isaac agar tidak membongkar identitasnya dengan orang lain selain dirinya di planet ini. Itu adalah cara terbaik jika dia ingin menetap di Eryndor lebih lama.
"Kenapa?" Tanya Isaac.
Sariel lalu menjelaskan situasi terkini di planetnya; kedatangan makhluk asing di luar Eryndor sudah jadi hal yang lumrah, karena belakangan kedatangan makhluk asing memang sering terjadi. Mereka menyebutnya sebagai Zorgaxial Convergence.
Namun itulah masalahnya, keterbukaan bangsa mereka terhadap makhluk luar Eryndor membuat mereka lemah di hadapan makhluk-makhluk asing tersebut, dan akhirnya tanpa mereka sadari dominasi dan hegemonisasi budaya asing yang mereka bawa atas budaya penduduk Eryndor pun terjadi. Mereka menyebutnya sebagai Kriolix.
Kriolix membawa banyak dampak buruk, salah duanya adalah eksploitasi sumber daya alam dan juga perpecahan sosial di Eryndor. Untuk masalah pertama - terjadi karena Eryndor dikenal sebagai planet yang memiliki sumber daya yang kaya akan logam langka dan batu mulianya. Ini membuat makhluk asing datang ke planet mereka - berambisi untuk menguasai semua sumber daya itu sendiri.
Sedangkan untuk masalah kedua - terjadi karena Kriolix meningkatkan sentimen buruk penduduk Eryndor kepada makhluk asing dan antar penduduk Eryndor sendiri. Salah satu contohnya adalah terciptanya 5 kelas sosial: Zaxor (kelas atas), Xandar (pemimpin politik/raja), Vrynn (kelas menengah), Nyrax (kelas marjinal), dan Zythar (makhluk asing yang bukan penduduk Eryndor). Padahal budaya asli masyarakat Eryndor sangat egaliter dan tidak mengenal kelas sosial semacam itu, sebab setiap orang bekerja bersama tanpa adanya dominasi kelas ekonomi dan profesi.
"Jadi, meskipun Eryndor tampak seperti planet termaju dan bahagia di galaksi, tetapi tidak dengan masyarakatnya," ujar Sariel dengan nada murung.
"Hum, Kriolix ini mirip seperti kolonialisme di planet kami. Aku rasa penjajahan memang ada di mana-mana," ujar Isaac sembari memegang dagunya.
"Ya, penjajahan! Itu kata yang tepat!"
"Jadi kau termasuk kelas apa?"
"Karena ayahku adalah seorang insinyur, kami kelas menengah."
Isaac mengangguk. Dia akan berusaha mengingat informasi penting ini untuk nanti ketika dia kembali ke bumi, "Siapa yang melakukan Kriolix ini dan menciptakan kelas sosial?"
"Mereka dikenal sebagai Thraaxons. Eryndor saat ini berada di bawah kekuasaan mereka. Tak ada yang tahu dari mana Thraaxons itu berasal, tapi kami tahu mereka jahat dan berbahaya."
Perbincangan serius mereka itu tiba-tiba terputus karena Danika yang tiba-tiba masuk ke kamar.
"Lho, udah sadar?" Tanya Danika sambil berjalan. Tampak tangannya sedang membawa makanan yang kelihatan lezat.
"Kita bisa melanjutkan obrolan kita nanti setelah aku membawamu berkeliling di sekitar tempat tinggalku," ujar Sariel berbisik pelan kepada Isaac. Isaac lalu mengangguk setuju.
...----------------...
CATATAN:
1. Zorgaxial Convergence, adalah istilah yang author buat sendiri. Istilah ini mencakup segala bentuk interaksi atau komunikasi yang 'mungkin' terjadi antara penduduk Eryndor dan makhluk asing di luar Eryndor, termasuk interaksi fisik, transmisi sinyal atau pesan, atau pengamatan langsung.
2. Kriolix, punya defenisi yang sama dengan kolonialisme. Jadi dugaan tokoh utama, Isaac, di atas itu benar. Author tidak menggunakan istilah kolonialisme hanya demi alasan plot.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 17 Episodes
Comments
Dewi
Jadi keinget sama pria misterius yang berasal dari negara Taured itu
2023-04-12
1
Nuhume
bukan muhrimm
2023-04-03
1
Nuhume
namanya kerenn🔥
2023-04-03
1