Episode 4

'Mas, kamu masih di Bandung? Bisa susul aku nggak? Hari ini aku ada janji ketemu dokter, kalau kamu nggak sibuk mungkin bisa temani aku.'

Nazwa mengirim pesan tersebut pada Ari, namun tidak langsung dibalas padahal statusnya sedang online. Lagi-lagi Nazwa harus menelan pil pahit atas perlakuan Ari padanya.

'Maaf aku nggak bisa, hari ini harus balik ke Jakarta'

Itulah balasan yang diterima Nazwa setelah satu jam berlalu. Nazwa menghembuskan nafas kasar membaca pesan itu.

"Sudah ku duga. Bahkan sepertinya kamu tidak suka jika aku bisa sembuh, " Nazwa bicara pada dirinya sendiri.

Saat ini Nazwa sudah berada di rumah sakit, ia sedang menunggu giliran untuk masuk ke dalam ruangan dokter.

"Nazwa... Ini benar-benar kamu? " tanya dokter yang akan membantu Nazwa.

"Kamu Iqbal ' Kan? " tanya Nazwa setelah melihat wajah dokter di hadapannya.

"Artinya kamu tidak lupa ya denganku, apa yang terjadi padamu? Kenapa bisa seperti ini? " tanya Iqbal.

"Aku kecelakaan 6 bulan lalu, dan dokter bilang aku tidak bisa berjalan jdi seperti ini sekarang. "

"Aku turut prihatin ya, Na.. tapi aku janji akan membantu kamu sampai bisa berjalan lagi. Sekarang aku periksa dulu ya, " kata Iqbal.

Nazwa mengangguk dan Dokter Iqbal melakukan tugasnya. Sepertinya masih ada harapan bagi Nazwa, Tekadnya sudah bulat dan mulai hari ini ia akan bekerja keras untuk segera sembuh.

...****************...

Dokter Iqbal memandang kepergian Nazwa, wanita yang sejak kuliah dulu ia kagumi bahkan sampai saat ini rasa kagum itu masih ada. Tetapi sayang saat mereka bertemu lagi sekarang Nazwa telah menjadi milik orang lain.

Melihat keadaan Nazwa sekarang membuat Iqbal sedih, bahkan Nazwa terlihat seperti sedang menanggung beban yang cukup berat.

Nazwa pulang bersama supir, di Bandung ia tinggal di apartemen milik ayah dan ibunya. Nazwa dibantu oleh asisten rumah tangga yang sengaja ibunya sewa. Sepanjang perjalanan Nazwa hanya melamun hingga tak terasa ia sudah sampai di apartemen.

.

.

"Bapak sudah pulang? " tanya Bi Minah saat sang majikan masuk ke dalam rumah.

"Iya, Nazwa sudah pergi ya? " tanya Ari.

"Sudah dari kemarin, Pak. Mbak Nana tidak bilang?" sahut Bi Minah.

"Iya dia sudah bilang. Oh iya nanti akan ada tamu, tolong siapkan makanan sebelum kamu pulang ya! " titah Ari.

Bi Minah mengangguk dan permisi ke dapur untuk melanjutkan pekerjaannya. Rencana Ari untuk membawa pulang Widya rupanya benar-benar jadi. Malam nanti Ari akan membawa Widya setelah Bi Minah pulang.

Saat Bi Minah sudah pamit pulang, tak lama kemudian sebuah mobil memasuki pekarangan rumah milik Ari dan Nazwa. Bi Minah yang masih berada di sekitar rumah tentu saja penasaran dan melihat ke arah rumah sang majikan dari jauh. Betapa mengejutkannya saat melihat seorang wanita turun dari mobil membawa sebuah koper dan di sambut oleh Ari.

"Hai, Sayang.. Lama banget kamu suruh aku ke sini, aku kangen. " Widya berhambur memeluk Ari dengan manja.

"Maaf, Sayang.. Pembantuku baru pulang, " kata Ari sambil mencium kening Widya.

Bi Minah terkejut melihat interaksi antara keduanya, begitu intim layaknya sepasang suami istri. Bahkan bersama Nazwa saja sangat jarang seperti itu. Bi Minah segera merogoh sakunya dan mengeluarkan ponsel miliknya. Bi Minah memotret keduanya lalu pulang.

"Kasihan, Mbak Nana. Di sana dia sedang berjuang untuk sembuh tapi di sini suaminya malah selingkuh, " gumam Bi Minah.

...----------------...

"Hai, Na! Sudah siap untuk memulai hari ini? " Sapa Dokter Iqbal yang sejak tadi sudah menunggu kedatangan pasien spesialnya.

"Hai, Pak Dokter! Aku siap untuk hari ini, sangat siap!" balas Nazwa.

Nazwa terlihat sangat antusias untuk menjalani terapi pertamanya, dengan dibantu oleh seorang suster perlahan-lahan Nazwa mulai berdiri mengikuti instruksi dari dokter Iqbal.

Sesekali Nazwa terlihat meringis menahan sakit menahannya, dokter Iqbal sudah menyuruhnya untuk berhenti sebentar tetapi Nazwa tetap bersikeras untuk lanjut. Perlahan tapi pasti Nazwa mulai sedikit bisa.

"Selamat untuk hari pertamanya! Kamu hebat sudah bisa melangkah sedikit demi sedikit tadi. Tapi lain kali kalau terasa sedikit sakit jangan terlalu dipaksa, tidak baik untuk kakimu."

"Siap, Pak Dokter! Jika aku tidak bekerja keras maka aku tidak akan bisa sembuh, " ujar Nazwa.

"Semoga secepatnya kamu bisa pulih ya, Na.. Datanglah dua hari lagi, ini aku berikan vitamin dan kamu harus meminumnya dengan teratur.. Semangat ya, Na! " kata dokter Iqbal.

"Terima kasih..." Nazwa tersenyum tulus kepada Iqbal. Senyum yang sejak dulu selalu menjadi favoritnya tiap kali melihat Nazwa.

'Senyum itu tidak pernah berubah selalu terlihat indah jika kamu tersenyum seperti itu, tapi sayang senyum itu telah menjadi milik orang lain " batin Iqbal.

Dokter Iqbal mengantar Nazwa sampai ke lobi rumah sakit, awalnya Nazwa menolak tetapi Iqbal memaksa tak ingin Nazwa sendirian. Sesampainya di depan mereka duduk di kursi sembari menunggu taksi yang Nazwa pesan.

"Na, suamimu mana? Sejak datang aku tidak melihatnya menemanimu? " tanya dokter Iqbal.

Nazwa terdiam sejenak mendengar pertanyaan dari Iqbal. Melihat kebungkaman Nazwa, Iqbal merasa sedikit tidak enak hati.

"Maaf aku lancang menanyakan hal itu, " kata Iqbal.

"Tidak apa-apa, suamiku sedang sibuk dengan pekerjaannya. Jadi aku pergi sendiri, " kata Nazwa disertai senyuman.

"Kamu tidak pernah berubah ya, Na.. tetap mandiri seperti zaman kuliah dulu, " kata dokter Iqbal.

"Kamu masih mengingat sifatku ternyata, kupikir setelah menjadi dokter kamu akan lupa, " Nazwa meledek Iqbal.

"Hei, apa maksudmu? Aku hanya menjadi dokter, bukan amnesia. Tentu saja aku ingat. "

"Hahaha... kamu tetap Iqbal yang sama, lucu.. "

"Ya tapi sayang kamu tidak suka padaku, " sahut Iqbal.

Nazwa hanya tertawa kecil mendengar ocehan Iqbal, mereka sedikit bernostalgia dengan masa perkuliahan dulu. Setidaknya hari ini Nazwa sedikit terhibur dengan adanya Iqbal. Tak lama kemudian taksi yang di pesan Nazwa sudah datang.

"Aku pulang dulu ya, lusa kita ketemu lagi.. " pamit Nazwa.

"Oh iya, Na.. Boleh aku mampir ke apartemen kamu? " tanya dokter Iqbal.

"Boleh dong, nanti aku share lokasinya ya.. Aku pulang dulu.. Bye! " Nazwa masuk ke dalam mobil di bantu oleh suster dan pulang.

Dokter Iqbal memandang kepergian Nazwa. "Cantik ya, Dok.. Mantan nya Pak Dokter ya? " suster yang tadi membantu Nazwa belum pergi.

"Bagaimana bisa disebut mantan jika belum sempat menjadi milik kita, " sahut Dokter Iqbal tanpa sadar.

"Oh jadi Dokter naksir ibu itu ya? Kenapa tidak bicara langsung, Dok? "

"Dia sudah bersuami. "

"Oh jadi ceritanya Pak Dokter jadi sad boy ya? Kasihan sekali, mending sama aku aja, Dok."

"Eh kamu ini, kamu meledek saya? Sana kembali kerja! " ujar dokter Iqbal.

Suster itu terkikik geli melihat ekspresi wajah dokter Iqbal yang sedikit kesal. Ia pun segera pergi sebelum sang dokter marah.

Terpopuler

Comments

Rodiah Rodiah

Rodiah Rodiah

lanjuuut👍👍👍🤩

2023-10-21

0

Gung tya

Gung tya

nahhh nazwa lepaskan si Ari penghianat itu,tu ada dokter Iqbal yg cintanya msh utuh utk kamu

2023-07-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!