Malam ini, langit tampak gelap. Tidak ada cahaya bulan dan cahaya bintang yang biasa menyinari. Malam ini, hanya ada kumpulan awan yang tampak menghitam di atas sana.
Suasana malam ini, sangat mencekam. Seperti kondisi hati Shakira saat ini. Setelah kejadian malam itu, Shakira wanita yang biasanya selalu ceria, mendadak menjadi sosok pendiam dan pemurung. Hubungannya dengan suaminya juga semakin tidak baik.
Saat ini, Shakira masih setia berdiri di sisi jendela kamarnya. Tatapannya kosong. Sejak tadi dia masih menatap ke luar jendela kamarnya.
"Sayang, kenapa sih dari kemarin kamu itu diam aja?" tanya Rama mendekat ke arah Shakira.
"Sayang, kamu sekarang berubah. Apa yang harus aku lakukan agar kamu mau maafin aku? Aku benar-benar nggak sengaja sayang menyentuh adik kamu. Aku khilaf." Ke dua tangan Rama sudah memegang ke dua bahu istrinya. Dengan sigap, Shakira langsung menyingkirkan tangan Rama dari bahunya.
Setetes air mata Shakira membasahi pipi mulusnya. Sebenarnya Shakira sudah muak melihat Rama ada di dalam rumahnya. Lelaki itu, setiap saat selalu meminta maaf. Namun hati Shakira rasanya sangat sulit untuk memaafkan perbuatannya.
"Wanita mana Mas, yang akan sanggup melihat suaminya tidur dengan adik kandungnya sendiri. Minta maaf itu memang mudah. Tapi memaafkan itu yang sulit," ucap Shakira.
Shakira memutar tubuhnya dan menghadap ke suaminya.
"Seandainya posisi kita di balik. Kamu yang memergoki aku tidur dengan lelaki lain. Apa hati kamu akan sanggup untuk menerimanya?" tanya Shakira menatap lekat wajah suaminya.
Rama hanya diam saat mendengar ucapan Shakira. Dia memang sudah salah. Namun malam itu, Rama juga sudah hilang kendali karena fikirannya sudah dikuasai oleh minuman keras. Dia tidak bisa mengontrol nafsunya.
Shakira memegang dadanya yang terasa sesak. Sebenarnya dia sudah tidak sanggup melihat wajah suaminya. Dia juga sudah tidak sanggup melihat wajah adiknya. Ingin rasanya Shakira pergi sejauh-jauhnya untuk melupakan semua masalah itu.
"Hancur banget hati aku mas. kamu sudah mengkhianati kepercayaan aku hiks...hiks... haruskah aku memaafkan mu?" ucap Shakira dengan berderaian air mata.
Rama meraih ke dua tangan istrinya dan menggenggamnya erat.
"Sayang, aku itu cinta sama kamu sayang. Aku nggak mau kita bercerai. Tolong maafin semua kesalahan dan kekhilafan aku, yang sudah menyentuh adik kamu di malam itu," ucap Rama yang masih mengemis maaf dari istrinya.
"Mudah banget sih, kamu minta maaf Mas. Seumur hidup aku, aku tidak akan bisa melupakan apa yang sudah kamu lakukan terhadap adik aku Mas. Berat Mas, untuk aku memaafkan kamu."
"Sayang, jangan bicara seperti itu. Aku jadi sedih sayang kalau kamu seperti ini."
"Sudahlah Mas, nggak usah bicara macam-macam di depan aku. Jangan membuat aku semakin muak Mas sama kamu. Mendingan sekarang kamu pergi saja dari kamar aku!"
Shakira menghempaskan tangan suaminya dan mengusir suaminya dari kamarnya. Tapi Rama masih tidak mau beranjak pergi dari kamar itu.
"Mas, kenapa kamu masih di sini. Pergi kamu dari sini Mas...!" ucap Shakira dengan nada tinggi.
Sudah sejak kemarin Rama membujuk Shakira aga dia mau memaafkannya. Namun tampaknya, Shakira tidak mau memaafkan kesalahan suaminya itu.
Rama yang sudah merasa lelah, kemudian pergi meninggalkan kamar istrinya.
Dia melangkah ke ruang tengah. Di ruang tengah, Pak Junedi dan Bu Astri masih tampak duduk bersama. Mereka saling menatap saat melihat wajah Rama yang tampak murung.
"Kenapa kamu Rama?" tanya Pak Junedi.
"Aku nggak apa-apa Pak," jawab Rama.
"Kamu di usir lagi oleh Shakira. Kamu di suruh tidur di luar lagi?" tanya Bu Astri dengan wajahnya yang menampakan kebencian.
Rama hanya mengangguk.
Dari kemarin memang Rama tidak diperbolehkan Shakira untuk tidur di kamarnya. Dan Rama memilih untuk tidur di sofa ruang tamu.
"Hah, istri mana yang bisa memaafkan suami seperti kamu Rama. Saya saja seandainya menjadi istri kamu, sudah saya usir kamu dari kemarin. Untunglah Shakira wanita penyabar. Bapak mukulin kamu saja, dia masih mau belain kamu. Coba kalau wanita lain, tidak ada yang seperti Shakira Rama," ucap Bu Astri.
Bu Astri masih jengkel saja sejak kemarin sama Rama. Karena dia sudah menghancurkan kebahagiaan ke dua putrinya.
"Maafkan aku, Bu, Pak," ucap Rama dengan wajah menunduk. Dia kemudian menghempaskan tubuhnya di atas sofa dan berbaur bersama mertuanya.
"Minta maaf itu memang gampang Rama. Tapi apa kamu tahu, kamu sudah menorehkan luka di hati putri-putriku. Luka yang tidak akan pernah bisa disembuhkan," ucap Pak Junedi.
Sebenarnya, Pak Junedi juga masih menahan geram di dada. Ingin rasanya dia menghabisi Rama. Namun Pak Junedi juga sadar. Emosi tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Justru emosi akan membuat masalah semakin rumit. Sejak kemarin Pak Junedi mencoba untuk menahan amarahnya.
*****
Satu minggu setelah kejadian itu, Safia mengurung dirinya di kamar. Sejak kejadian itu, dia merasa di asingkan oleh keluarganya sendiri. Tidak ada satupun yang mau bicara degannya termasuk Shakira.
Shakira seperti sangat membenci adiknya karena kejadian itu. Dia fikir, adiknya duluan yang mulai menggoda suaminya sampai suaminya khilaf. Tapi sebetulnya Safia memang sudah dipaksa melakukan hal itu oleh Rama.
Saat ini, Safia masih berdiam diri di kamarnya. Sudah sejak tadi pagi dia belum makan. Sejak kejadian itu, Safia tidak enak makan dan tidak enak minum. Untunglah ayah Safia masih mau berbaik hati pada Safia.
Dia sering membawakan Safia makanan ke kamarnya. Sementara ibu dan kakak Safia mereka tidak perduli lagi pada Safia.
Ya, memang dari dulu, Bu Astri lebih menyayangi Shakira dari pada Safia. Karena Shakira berprestasi dan selalu mendapatkan peringkat dan juara di sekolahnya. Sementara Safia, dia tidak pernah bisa menjadi anak kebanggaan orang tuanya karena dia selalu mendapatkan nilai pas-pasan.
Tok tok tok...
Suara ketukan pintu sudah terdengar dari luar kamar Safia.
"Safia, ini bapak Nak," ucap Pak Junedi dari luar kamar Safia.
Safia berjalan untuk membuka pintu kamarnya. Tampak ayahnya sudah berdiri di depan pintu kamarnya
"Safia, ini bapak bawakan kamu makanan," ucap Pak Junedi sembari membawa nampan yang berisi satu piring nasi dan satu gelas susu.
"Bapak, kenapa bapak bawa makanan ke sini. Aku kan sudah bilang, kalau aku lagi nggak nafsu makan," ucap Safia.
"Safia. Kamu harus makan Nak. Bagaimana nanti kalau kamu sakit? bapak nggak mau sampai kamu sakit Safia."
"Ya udah bawa masuk ke dalam aja Pak."
Pak Junedi kemudian membawa makanan itu ke dalam kamar Safia. Dia meletakan makanan itu di atas nakas.
"Ini, bapak taruh di sini ya Saf. Nanti kamu makan."
"Iya Pak. Makasih banyak udah mau nganterin makanan ke sini."
Safia menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidurnya. Dia duduk di sisi ranjang. Begitu juga dengan Pak Junedi yang mengikuti anaknya duduk.
Pak Junedi kemudian menatap Safia lekat.
"Safia. Kamu harus makan. Jangan fikirin macam-macam. Lelaki itu sudah pergi dari rumah ini. Dan dia tidak akan kembali lagi ke sini. Karena Mbak mu sudah mengusir dia dari rumah ini," ucap Pak Junedi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments