Kacau

Siapa yang tidak terkejut melihat dengan mata kepalanya sendiri Pria yang dicintai bercinta dengan wanita lain.

Luna yang merasa terkejut tak kuat menahan rasa sakitnya. Ia berjalan mundur dan tidak sengaja menyenggol hiasan di atas lemari kabinet. Hiasan itu jatuh ke lantai dan menciptakan suara yang begitu nyaring.

"Siapa itu?"

Luna terkejut mendengar suara Raihan dari balik kamar. Ia ingin berlari, tetapi kakinya rasanya terpaku ditempat itu. Luna menoleh melihat pintu kamar terbuka memunculkan Raihan dari balik pintu.

Luna membeku ketika melihat Raihan keluar hanya dengan bertelanjang dada.

Rasa terkejut bukan hanya dirasakan oleh Luna, tetapi juga oleh Raihan. Saat membuka pintu ia melihat serpihan hiasan yang terbuat dari kaca berserakan di lantai. Di dekat serpihan itu ada sepasang kaki. Raihan mengarahkan pandangannya dari bawah ke atas. Matanya langsung bertemu dengan mata Luna yang sudah basah oleh air mata.

"Luna?"

"Siapa, Sayang?"

Luna makin sakit saat mendengar suara Luna melihat penampilan Jeni yang berantakan dan hanya memakai kemeja milik Raihan. Bahkan dengan berani Jeni memeluk pinggang Raihan.

"Maafkan kami, Luna. Kami tidak bisa menahan ini tadi." Meskipun suaranya seperti ada penyesalan, tetapi ekspresi wajahnya Jeni sama sekali tidak menunjukkan penyesalan.

"Kamu jahat, Rai!" maki Luna.

Dengan sisa tenaganya Luna pergi tanpa menghiraukan panggilan dari Raihan.

"Luna, tunggu! Dengarkan penjelasan aku dulu!" Raihan berlari untuk mengejar Luna.

Luna tidak menggubris panggilan dari Raihan. Ia terus berlari dengan air mata yang mengalir deras dari matanya. Karena terburu-buru hak sepatunya patah membuatnya terjatuh.

"Aww!" pekik Luna.

"Luna, kau tidak apa-apa?" Reihan membantu Luna berdiri, tetapi langsung ditolak oleh Luna.

"Jangan sentuh aku!" Luna mendorong Raihan. Meksipun merasa sakit karena terjatuh, tetapi melihat pengkhianatan Raihan lebih menyakitinya.

"Luna, aku mohon dengarkan penjelasan aku dulu," bujuk Raihan.

"Apa yang mesti aku dengarkan? Aku melihat semuanya!" Luna kembali berlari setelah membuang sepatunya.

"Luna, tunggu!" Reihan melihat Luna pergi dan berniat untuk mengejarnya. Akan tetapi saat ia keluar ia sadar keadaannya. Tidak mungkin baginya mengejar Luna dalam keadaan setengah telanjang.

Reihan kembali ke kamar ia membuka lemari untuk mengambil kaos. Ia lalu menyambar kunci mobil di atas meja nakas. Saat akan pergi Jeni menghalanginya.

"Kau mau ke mana?" tanya Jeni.

"Bukan urusanmu!"

Reihan berlari keluar kamar tanpa memperdulikan Jeni yang terus mencoba untuk menghalangi. Meskipun terlambat mengejar Luna, itu lebih baik dari pada tidak sama sekali.

Reihan menekan tombol lift dengan tidak sabaran. Rasa tidak sabar itu membuat Raihan ingin menjebol pintu lift.

"****, kenapa lama sekali!"

Raihan pergi ke tangga darurat untuk turun dari tempat itu. Sampai di lantai 12 Reihan keluar dari tanggal darurat bertepatan dengan pintu lift yang terbuka.

Setelah pintu lift terbuka Raihan langsung masuk tidak peduli dengan orang-orang di sekitarnya.

"Apa Anda tidak bisa pelan-pelan?" ucap salah satu pria yang tertabrak oleh Raihan.

"Maaf, aku terburu-buru." Tidak ingin membuang waktu mendengarkan makian pria itu, Raihan dengan cepat menutup pintu lift.

Akhinya Raihan sampai di baseman. Dengan cepat ia melangkah ke tempat mobilnya terparkir. Setelah itu Raihan mengendarai mobilnya dengan cepat.

Mobil yang Raihan kendarai masuk ke jalanan, bergabung dengan kendaraan lainnya. Susana jalanan saat itu cukup padat. Sambil berusaha mengendalikan laju mobilnya Raihan melihat sekeliling berharap bisa menemukan Luna.

Sampai saat kemacetan berakhir Raihan belum juga menemukan Luna, ia pun memutuskan untuk pergi ke rumah Luna dengan harapan bisa menemukan perempuan yang ia cintai di sana.

Raihan sampai di tempat tinggal Luna, sebuah rumah sederhana. Dengan tidak sabar Raihan mengetuk pintu, tetapi yang muncul bukan Luna, tetapi Tiara.

"Di mana Luna?" Raihan masuk begitu saja mencari keberadaan Luna, tetapi tidak menemukan keberadaannya.

"Raihan, ada apa?" Tiara bingung saat Raihan tiba-tiba datang dan menanyakan keberadaan Luna.

"Luna di mana?" tanya ulang Raihan.

"Bukankah dia pergi ke apartemen mu?" tanya balik Tiara.

"Jadi kau tahu? Kenapa kau tidak mengatakan jika Luna akan datang ke sana?" Raihan menaikan volume nada bicaranya.

"Karena dia ingin memberimu kejutan," jawab Tiara. "Ada apa? Apa ada yang terjadi di antara kalian?" tanya Tiara.

Raihan tidak menjawab, tetapi justru menggeraam dan menjambak rambutnya kasar.

"Raihan katakan ada apa? Apa yang kau lakukan pada Luna?" tanya Tiara, tetapi Raihan hanya diam. "Dengar Raihan, kau mungkin sepupuku, tapi aku akan melenyapkanmu jika kau sampai meyakiti Luna."

"Diamlah, Tiara!" Raihan memilih pergi saat mendapatkan somasi dari Tiara.

Raihan kembali mengendarai mobilnya. Sepanjang malam ia mencari Luna, tetapi tidak ada hasil. Tubuhnya sangat lelah hingga ia memutuskan untuk kembali ke apartemennya.

Sampai di apartemen, ternyata Jeni masih ada di tempat itu. Raihan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan pandangannya melihat ke langit-langit kamarnya. Ia merasa lelah dan frustrasi hingga dirinya tidak mempedulikan keberadaan Jeni.

"Di mana kau Luna," batin Raihan.

"Dari mana saja kau?" tanya Jeni.

"Mancari Luna. Aku harus menjelaskan semuanya," jawab Raihan.

"Kau menemukannya?" tanya Jeni.

"Tidak." Jawaban Raihan membuat Jeni tertawa puas.

"Untuk apa mencarinya? Lagipula dia sudah melihatnya untuk apa menjelaskan semuanya," ucap Jeni.

Mendengar ucapan Jeni, Raihan menjadi murka. Ia bangun dan mencengkram kedua sisi wajah sekertarisnya.

"Kau harus ingat statusmu, Jeni! Kau hanya wanita yang aku bayar. Aku mau bercinta denganmu karena napsuku saja. Jangan berpikir karena ini kau bisa mengusaiku dan ikut campur dengan semua urusanku!" Raihan menatap tajam Jeni.

Raihan melepaskan cengkramannya. Ia ingin pergi, tetapi Jeni menghalanginya. Wanita itu tanpa malu memeluk Raihan.

"Sayang, untuk apa memikirkan pacarmu yang tidak berguna itu? Lebih baik kita selesaikan apa yang belum selesai semalam." Jeni berusaha memancing kembali hasrat Raihan, tetapi sayangnya gagal dan justru membuat Raihan semakin marah.

"Jangan pernah berani kau bicara buruk tentang Luna dengan mulut kotormu itu!" Raihan mencoba melepaskan diri dari Jeni, tetapi wanita itu tidak mau melepaskannya.

"Sayang, biarkan pacarmu itu sendiri. Dia pasti syok melihat apa yang kita lakukan semalam. Ayolah lupakan dia sejenak. Aku janji akan memuaskanmu lebih dari biasanya," bujuk Jeni.

"Minggir kau wanita sialan!" Reihan yang sudah kehabisan kesabaran mendorong Jeni hingga terjatuh ke atas tempat tidur.

"Raihan, kau tidak bisa meninggalkan aku begitu saja. Kau harus bertanggung jawab atas apa yang sudah kau lakukan padaku!" Ucapan Jeni berhasil menghentikan langkah Raihan.

Pria itu berbalik dan menatap Jeni layaknya ingin membunuh mangsanya.

"Pertanggungjawaban apa maksudmu? Saat kita pertama kali melakukan hubungan itu kau juga sudah tidak perawan lagi." Raihan tersenyum miring seolah sedang mengejek Jeni. "Dan kau harus ingat, kau mendapatkan bayaran untuk ini, jadi apa bedanya kau dengan wanita-wanita malam di luaran sana."

Raihan menyeret Jeni keluar dari kamarnya lalu melemparkan ke sofa. "Bereskan barang-barangmu dan pergi dari sini. Dan satu lagi jangan datang lagi ke kantor. Mulai detik ini kau bukan lagi sekertarisku."

Jeni menatap Raihan dengan rasa tidak terima.

Ini belum berakhir Raihan, aku pastikan kau akan bertekuk lutut di hadapanku.

Jeni pun keluar dari apartemen Raihan

Terpopuler

Comments

Bundanya Robby

Bundanya Robby

keren

2023-04-12

0

Diana Susanti

Diana Susanti

lanjut kak mantab 👍👍👍👍

2023-04-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!