"Luna, tunggu dengarkan penjelasan aku dulu!"
Luna tidak menggubris panggilan dari Raihan. Ia terus berlari, karena terburu-buru salah satu high heels-nya patah dan langsung membuatnya terjatuh.
"Arghh!" pekik Luna.
"Luna, kau tidak apa-apa?" Reihan membantu Luna berdiri, tetapi ditepis oleh Luna.
"Jangan sentuh aku!" Luna mendorong Raihan dan kembali berlari setelah membuang sepatunya.
"Luna, tunggu dengarkan penjelasan aku dulu." Raihan menatap kepergian Luna, sebelum ia kembali ke kamarnya. Karena tidak mungkin baginya mengejar Luna setengah telanjang.
*****
Perempuan mana yang tak sakit hati melihat kekasihnya bercinta dengan wanita lain. Luna hancur berkeping-keping pada saat itu, gak gelas kaca yang hancur dan sudah tidak bisa di satukan lagi. Niatnya untuk memberikan kejutan justru berbalik padanya, ia mendapatkan kejutan begitu pahit dari sang kekasih.
Luna berlari ke lift, tetapi pintu lift lama sekali terbuka. Luna menoleh takut Raihan masih mengejarnya sebab dirinya belum siap untuk bertatap muka kembali dengan pria itu.
Luna memilih berlari ke arah tangga darurat. Berjalan dengan kacau, hampir saja ia terjatuh jika saja tangannya tidak cepat berpegangan pada birai tangga.
Lelah berlari menuruni anak tangga Luna berhenti. Ia bersandar pada dinding sambil terus menangis. Kakinya sudah tidak lagi menopang beban tubuhnya membuat tubuh Luna merosot. Luna terduduk di lantai sambil terus menangis.
Masih teringat jelas di benak Luna bagaimana kekasihnya mengkhianatinya. Dadanya terasa sesak mengingat adegan panas Raihan dan Jeni. Rasa tidak kuat menahan kesakitan itu membuat Luna memukuli dadanya beberapa kali.
"Kamu jahat, Rei!" Suara teriakan Luna menggema di lorong tangga darurat.
Pada saat itu juga Luna bari menyadari kebodohannya. Luna merasa bodoh dengan tindakannya malam itu, ia pikir kekasihnya akan bahagia melihat penampilannya. Lebih bodoh lagi Luna siap untuk memberikan tubuhnya jika Raihan memintanya. Luna benar-benar sudah siap menyerahkan mahkotanya kepada Raihan meskipun mereka belum resmi menikah. Akan tetapi kenyataan pahit harus ia terima. Sang kekasih sudah lebih dulu menikmati tubuh perempuan lain.
Luna menekuk kedua kakinya, memeluknya lalu menyembunyikan wajahnya di antara lututnya. Luna terus menagis sampai sesegukan. Hingga rasa lelah datang membuat Luna tertidur di tempat itu begitu saja di tempat itu.
Keesokan harinya Luna terbangun karena mendengar ponselnya berdering. Kepalanya terasa sakit, dan matanya terasa perih. Semua itu membuat Luna enggan membuka matanya.
Ponselnya kembali berdering membuat kesadarannya pulih. Berapa kali Luna mengerjapkan matanya agar bisa beradaptasi dengan cahaya yang ada di tempat itu.
Ponselnya kembali berdering, Luna meraih tas-nya lalu mengambil benda pipih dari dalamnya. Pada layar ponselnya menunjukkan ada puluhan panggilan tidak terjawab dari Tiara dan juga Raihan.
Luna tidak memperdulikan itu. Ia fokus pada layar ponselnya lalu tersenyum getir saat melihat foto dirinya bersama Raihan yang ia jadikan wallpaper ponselnya.
Awalnya ia mengira yang ia lihat semalam hanya mimpi. Namun saat melihat tempat dan keadaan dirinya, barulah ia yakin jika pengkhianatan Raihan adalah nyata
"Kenapa kau tega sekali padaku, Rai?" Cairan bening kembali keluar dari matanya.
Tak ingin larut dalam kesedihan, Luna segera menghapus cairan bening di pipinya. Ia harus segera bangkit dari keterpurukan itu.
"Aku harus bisa melupakan Raihan. Aku pasti bisa hidup tanpanya." Luna memberikan dorongan semangat pada dirinya sendiri.
Luna mencoba berdiri. Sangat sulit karena kakinya terasa kaku. Luna mencobanya kembali, ia berpegangan pada dinding dan akhinya Luna berhasil berdiri. Saat akan melangkah tiba-tiba saja Luna merasakan perih di lututnya.
"Kenapa sakit sekali?" Luna sedikit membungkukkan badannya, melihat ada luka di lututnya.
Awalnya Luna bingung dari mana asal luka di lututnya itu. Setelah mengingat-ingat Luna baru sadar lututnya terluka pasti karenadirinya sempat terjatuh saat mencoba keluar dari apartemen Raihan.
"Ck, aku tidak mungkin turun ke lantai dasar lewat tangga darurat," gumam Luna.
Luna keluar dari tangga darurat karena tidak mungkin baginya untuk turun melewati anak tangga dalam kondisi lututnya yang terluka apalagi dirinya masih berada di lantai sepuluh.
Luna berjalan dengan tertatih dan juga berjalan sambil berpegangan pada dinding. Setelah berusaha keras akhirnya Luna sampai di depan lift. Luna menekan tombol turun yang ada di dinding. Beberapa saat kemudian pintu lift terbuka. Luna melangkah masuk, tetapi langkahnya terhenti saat pandangannya menangkap sosok Raihan di dalam lift. Keduannya langsung bertatap muka.
"Raihan." Luna berucap tanpa mengeluarkan suara.
"Luna." Raihan merasa lega bisa bertemu dengan Luna.
Luna mengurungkan niatnya untuk masuk ke lift. Ia berbalik, berlari untuk menghindar dari Raihan tetapi kondisinya tidak memungkinkan untuk berlari cepat sehingga dengan mudah Raihan menyusulnya.
"Luna, tunggu!" Raihan menghentikan langkah Luna.
"Jangan menyentuhku, Rai." Luna menarik tangannya dari Raihan.
"Oke, baiklah aku tudak akan menyentuhmu. Sekarang jawablah, kau ke mana saja? Aku mencarimu semalam, aku juga menghubungimu tapi kamu tidak menjawabnya," tanya Raihan.
"Bukan urusanmu. Pergilah Raihan, aku tidak ingin bertemu denganmu lagi," ucap Luna.
"Luna, tolong dengarkan penjelasanku dulu." Raihan mencegah Luna untuk pergi.
"Apa yang ingin kau jelaskan, Rai?
Apa yang aku lihat semalam itu sudah cukup," tolak Luna. "Jangan halangi aku untuk pergi."
Luna berjalan mundur, tetapi luka di lututnya membuat Luna kehilangan keseimbangan. Beruntung Raihan menangkap tubuh Luna membuat gadis itu tidak terjatuh ke lantai.
"Jangan menyentuhku! Arrgh!" Luna mencoba menjauhkan Raihan dari dirinya, tetapi justru membuat dirinya hampir terjatuh. "Lututku."
Raihan membelalakan matanya melihat ada luka di lutut Luna. Tanpa berpikir panjang Raihan mengangkat tubuh Luna.
"Turunkan aku!" ucap Luna.
Raihan tidak menghiraukan ucapan Luna.
"Turunkan aku, Raihan! Aku tidak sudi kau menyentuhku!" ucap Luna.
"Diamlah! Lututmu terluka. Ini harus segera diobati atau bisa infeksi nanti," ucap Raihan.
Dengan susah payah Raihan berhasil membawa Luna ke dalam apartemennya meksipun perempuan itu selalu memberontak. Raihan mendudukkan Luna di tepi tempat tidur lalu meninggalkannya untuk mengambil kotak p3k di laci meja nakas. Raihan kembali ke tempat Luna. Ia duduk di lantai di hadapan Luna menuang cairan antiseptik di atas kapas.
"Aku aku bisa mengobati lukaku sendiri." Luna menolak saat Raihan ingin mengobati luka di lututnya.
"Diamlah, Luna!" ucap Raihan.
"Aku tidak sudi disentuh olehmu!" ucap Luna.
Raihan tidak peduli, ia memegang betis Luna agar mempermudah dirinya mengobati luka di lutut wanita yang dicintainya.
"Aww!" Luna memekik saat cairan antiseptik itu menempel di lututnya yang terluka.
Raihan meniup luka di lutut Luna agar sang kekasih tidak merasakan sakit.
"Apa sangat sakit?" tanya Raihan dengan suaranya yang lembut.
Tidak ada respon apapun. Luna memilih melihat ke arah lain. Luna meneteskan air mata melihat perlakuan manis Raihan. Hal itu yang selalu membuat Luna meleleh.
"Luna, jangan lemah. Raihan sudah mengkhianatimu. Jangan terpengaruh oleh perlakuan manisnya," pikir Luna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Delfianti
Luna cengeng. sakit sedikit aja di lutut tak sanggup untuk menahan. mau juga di gendong dg pacar. luna lebay.jadi malas baca novel peren utama perempuannya cengeng dan bodoh.
2024-12-16
1
Bundanya Robby
sakitttt
2023-04-12
1
Diana Susanti
namanya juga cinta pasti sakit ya Luna,,,,
2023-04-04
1