Eps 3

Cindhi adalah seorang playgirl cap akut di negaranya. Sampai saat ini pun ia masih memiliki beberapa kekasih sekaligus.

Hazel, adalah nama kekasih Cindhi yang baru saja menelponnya. Hazel begitu tergila-gila dengan Cindhi, walaupun Cindhi sudah ketahuan berkali-kali selingkuh, namun Hazel tetap tidak ingin memutuskan hubungannya dengan Cindhi.

Bahkan Hazel baru saja mengirim uang sejumlah 100 juta untuk keperluan Cindhi selama berada di Indonesia. Entah rasa yang Hazel miliki ini adalah rasa cinta atau justru kebodohan yang di manfaatkan oleh Cindhi.

''Sayang, aku kan sudah bilang, tidak usah mengirimi ku uang. Aku bisa mencari uang sendiri,'' ujar Cindhi kepada kekasihnya, Hazel.

''Aku nggak mau kamu kekurangan apapun Beib. Sudahlah, uang segitu tidak ada artinya buat aku. Kamu jaga diri baik-baik, aku akan selalu merindukan dirimu,'' ucap Hazel dengan suara yang terdengar mencium Cindhi.

''Baiklah-baiklah. Bukan aku ya yang meminta, tapi dirimu lah yang memberi,'' ujar Cindhi.

''Iya, ya sudah. Aku akan kembali bekerja. Maaf jika akhir-akhir ini aku jarang memberi kabar. Aku terlalu sibuk Beib,'' ujar Hazel.

''Baiklah, tidak masalah sayang. Selamat bekerja!'' ucap Cindhi lalu menekan tombol merah yang berada di ponselnya.

Cindhi pun menghembuskan nafas panjangnya. Netra matanya melihat ke arah jauh dengan ekspresi yang sulit di baca.

''Apa aku harus mengakhiri semua yang sudah aku mulai? Apa aku harus mengakhiri hubunganku dengan Hazel, Kenan bahkan dengan Nail? Akhhhh,, tapi sulit jika harus memilih salah satu di antara mereka. Mereka semua baik, baik sekali malah. Tampan? Sudah tentu. Jika aku mengakhiri hubunganku tiba-tiba dengan mereka, apa yang menjadi alasanku untuk mengakhirinya? Tidak, tidak. Aku nggak mau mengakhirinya. Biarkan mereka yang mengakhiri lebih dulu. Toh aku sudah jauh dari mereka,'' gumam Cindhi berbicara sendiri.

Di lantai dua, ada sepasang mata yang memperhatikan Cindhi yang tengah duduk di kursi taman. Ia bahkan terpesona dengan gadis blasteran yang bernama Cindhi itu.

''Sejak kapan dia ada di sini?'' tanyanya kepada Ghazi.

''Kemarin,'' ucap Ghazi yang sibuk memandang laptopnya.

''Apa kalian saudara dekat?'' tanyanya lagi.

Ghazi hanya mengedikkan bahunya pertanda tidak mengerti dan tidak penting menurut Ghazi.

''Apa kamu tidak tertarik dengan gadis itu? Dia bahkan cantik sekali Zi,'' ujarnya.

''Aku tidak tertarik dengan siapapun!'' ucap Ghazi datar.

''Astaga Zi, bahkan umurmu sudah 29 tahun. Dan kamu masih bilang nggak tertarik dengan siapapun, kamu sehat?'' tanya Dandi sahabat Ghazi.

''Apa kamu tidak mempunyai kaca? Aku dan kamu lebih tua kamu. Dan sampai sekarang pun kamu juga belum dapat jodoh kan. Jadi sesama singel nggak usah saling mengejek,'' ucap Ghazi.

''Sebentar lagi aku akan melepas masa lajangku Zi. Aku akan deketi saudaramu itu, dan segera aku nikahi dia,'' ujar Dandi.

''Terserah lah! Kalau bisa nikahi sekarang, biar dia nggak numpang lama-lama di sini. Lihat mukanya lama-lama jadi eneg,'' ujar Ghazi.

''Ghazi memang benar-benar nggak waras. Gadis secantik itu buat eneg katanya, astaga,'' batin Dandi menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Malam hari pun telah tiba, malam ini Dandi juga ikut makan malam di rumah Ghazi. Di meja makan sudah ada Ghazi dan Dandi yang menunggu Mama Mayang. Namun Mama Mayang masih belum keluar kamar juga.

Ceklek.

Pintu kamar yang tak jauh dari meja makan pun terbuka. Di sana ada sosok gadis cantik nan se*y yang keluar dari kamar. Ya, dia adalah Cindhi. Malam ini Cindhi lebih memilih memakai hotpans dan juga baju yang terlihat besar namun sangat se*y di pakai oleh Cindhi. 3 kancing atas pun ia lepas begitu saja, membuat jiwa-jiwa lelaki yang berada di meja itu melongo melihatnya.

''Nggak usah lihat, katanya kamu nggak tertarik dengan dia,'' ujar Dandi menutup mata Ghazi.

''Apaan sih, aku hanya tak menyangka aja pakaiannya udah seperti gadis malam seperti itu. Paha yang di ekspos dan apalagi dadanya yang sengaja ia perlihatkan. Menurutnya dia cantik? Se*y gitu? Aku malah jijik melihatnya,'' ujar Ghazi memalingkan wajahnya.

''Aku harus bicara sama Tante Mayang biar kamu di rukiah. Cewek se bening ini katanya menjijikkan, O M G,'' ucap Dandi pelan.

''Malam Kak,'' sapa Cindhi yang menarik kursi di depan Ghazi dan duduk di kursi itu.

''Malam,'' jawab Dandi dengan senyum di wajahnya.

''Kenalin, aku Dandi. Sahabat Ghazi,'' ujar Dandi mengulurkan tangannya ke arah Cindhi.

''Cindhi Kak,'' ucap Cindhi membalas jabat tangan itu.

''Kamu saudara Ghazi?'' tanya Dandi basa basi.

''Iya Kak, katanya sih begitu,'' jawab Cindhi.

''Tapi kalian nggak ada mirip-miripnya. Kamu lebih mirip aku sih, karna kamu adalah tulang rusukku yang hilang,'' ujar Dandi menggombal.

''Pfttttt, kamu belajar ngegombal di mana Dan? Huahaha, aku pengen muntah mendengarnya,'' ujar Ghazi membuat Dandi dan Cindhi melihat ke arahnya.

''Kak Ghazi kalau ketawa ganteng banget ya. Sayang bermulut pedas!'' batin Cindhi menatap Ghazi yang tengah tertawa.

''Ck, aku lagi serius juga!'' ucap Dandi kesal.

''Malam semuanya,'' sapa Mama Mayang membuat mereka langsung kicep.

''Malam Tante,'' ucap Dandi dan Cindhi bersamaan.

''Bener kan ucapan aku. Kamu memang tulang rusukku yang hilang Cin, bahkan bicara seperti ini saja kita barengan,'' ujar Dandi tersenyum bahagia.

''Memang tulang rusukmu hilang dimana Dan?'' tanya Mama Mayang yang ikut nimbrung.

''Nggak tau hilangnya di mana Tante, tapi sekarang udah ketemu kok,'' ujar Dandi membuat Mama Mayang geleng-geleng kepala.

Mereka pun memulai makan malamnya. Saat Ghazi kesulitan untuk mengambil paha ayam yang berada di depan Cindhi, Cindhi pun langsung berdiri untuk mengambilkan paha ayam itu. Lalu ia menaruh paha ayam di atas piring Ghazi. Mata Ghazi tak sengaja melihat belahan dada Cindhi yang terpampang nyata di depannya. Ia pun menelan salivanya dengan susah payah.

''Ada apa denganku. Kenapa badanku panas dingin begini,'' batinnya.

Tanpa mengucap kata terima kasih, ia langsung melahap paha ayam itu dengan rakusnya. Hawa di tubuhnya berubah drastis setelah ia melihat 2 gundukan milik Cindhi.

''Dan, kamu nginep sini kan?'' tanya Mama Mayang kepada Dandi. Pasalnya Dandi sudah lama sekali tidak menginap di rumahnya. Saat dulu masih SMA, setiap weekend Dandi pasti tidur di rumah Ghazi. Namun berbeda dengan Ghazi, ia tidak mau jika di ajak menginap di rumah Dandi, dengan seribu alasan.

''Iya dong Tante. Sekalian mau jagain tulang rusukku,'' ucap Dandi membuat Mama Mayang tersenyum.

*

*

Jangan lupa tinggalkan jejak. Like, coment, vote, fav dan beri hadiah ya guys.

Bulan puasa nggak boleh pelit ya. Ye kann?😁😁😁😁

Terpopuler

Comments

mama Al

mama Al

by the way cindi kan pake hijab
masa di buat playgirl

2023-05-18

1

Kokoro No Tomo

Kokoro No Tomo

ngakak 😄

2023-05-15

1

aku pengen kasih Rite 5 kok gak kekirim terus ya kak,, sedang gangguan kah 🤔

2023-05-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!