Keesokan harinya usai mengikuti kegiatan belajar dan mengajar dalam situasi dan kondisi yang penuh dengan semangat yang menyala-nyala untuk segera dapat menyibukkan diri dengan berbagai hal, apalagi kalau dihadapi dengan rencana yang begitu banyak. Latihan untuk mengadapai lomba cerdas cermat, kegiatan pramuka, dan kegiatan kelompok yang telah di berikan sebelumnya.
Gue, Rosa, Nur dan intan telah merencanakan untuk mengadakan kegiatan kelompok mengenai tugas yang sudah di sepakati semua untuk di kerjakan secara bersama-sama. Tugas dari guru bidang study kesenian ini telah di sepakati untuk dalam mengerjakan tugasnya di rumah Rosa saat sepulang sekolah. Dan Alhamdulillah gue sudah mengantongi izin untuk mengikuti kegiatan kecil ini, agar orang tua di rumah tidak bertanya-tanya jika anaknya pulang terlambat dari sekolah.
Gue dan teman-teman sepakati kegiatan kerja kelompok tersebut pada pukul 13.00 Wib dan kami semua mempersiapkan diri untuk pergi ke rumah Rosa sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
Waktu menunjukkan pukul 13.10 Wib kami sudah di jemput papahnya Rosa di depan sekolahan, waktu itu hanya Rosa yang orang tuanya mendapat fasilitas mempunyai mobil Dinas Pemerintahan Daerah Lampung Utara karena kebetulan papahnya salah satu pejabat yang cukup tinggi di ruang lingkup pemerintahan tersebut.
Sesampainya di rumah Rosa, mamah Rosa mempersilahkan kami semua untuk masuk dan menyediakan ruangan tertutup di samping kiri dari ruangan keluarga, di sana tersedia meja lebar dengan kursi yang tersusun rapih serta di atas meja tersebut sudah disediakan minum dan makanan ringan yang tentunya membuat keinginan untuk menikmatinya naik ke atas kepala yang telah sedari melihatnya membayangi kelezatan.
"Ayo... Sebelum memulai kerja kelompoknya, di coba dulu ya masakan yang tante sengaja buat sendiri setelah kemarin Ocha bilang teman-temannya mau kerja kelompok di rumah!" Ucap mamahnya Rosa menjelaskan dan mempersilahkan untuk menyantap makanan yang tersedia di atas meja.
"Wah... Kelihatannya lezat sekali ini tante!" Jawab Intan bersemangat.
"Pastilah Tan, siapa dulu yang membuatnya, mamah gue kali!" Balas Rosa meyakinkan.
Kami semua pun menyantap makanan itu sesegera mungkin, sambil bercakap-cakap mengenai materi atau ide apa yang akan di diskusikan dalam membuat tugas ini.
Waktu semakin berjalan mundur dengan keangkuhannya tanpa ada satu tangan pun yang bisa memundurkan atau memajukannya, Kami sudah tidak sabar lagi untuk memulai mengerjakan tugas tersebut sebab waktunya sudah lewat sesuai target atas dasar keinginan yang sengaja di lakukan, namun harus tetap terpenuhi dan selesai di saat ini juga karena tidak mungkin besok-besok bisa berkumpul di sini kembali untuk mengerjakannya dengan kegiatan sekolah yang menumpuk banyaknya.
Mereka berempat pun mulai mengerjakan tugas setelah selesai dengan santapan begitu lezat dan dengan sudah mendapatkan ide untuk membuat tugas kelompok itu.
“Kalian sudah bawa alatnya kan?” Tanya Rosa.
"Ya, Nur, Intan, alat-alat yang gue catetin kemarin semua sudah dapatkan tanpa terkecuali!?" Tanya Fakih.
“Pasti laahh” Jawab Nur dan Intan bersamaan.
“Gue yang coba akan mengambarnya, Cha elo yang mengukur kartonnya dengan ukuran gambar yang sudah kita sepakati ya! Nanti Nur yang menggunting, ingat jangan nggak rapih lo ntar bisa miring gambar di dalamnya dan Intan, persiapkan cat air dengan warna yang di perlukan dengan melihat gambar jadi bisa di sesuaikan!" Jelas Fakih membagi tugas masing-masing makhluk yang menjadi bagian dari kelompok kerja tersebut.
Semua setuju dan segera mereka mulai mengerjakan. Tapi disaat yang lain mengerjakan Intan malah diam, masih asyik makan snack, dan tidak ikut mulai mengerjakan tugasnya. “Sudah gue duga sebelumnya, intan akan bertindak seperti demikian, karena kebiasaan nih anak sambil mengerjakan apa pun pasti dengan mulut yang tidak bisa diam, ada saja yang di kunyahnya!" Batin Fakih santai.
"Aduhh, susah sekali ya mengukur dan membuatnya, tapi malah ada yang enak-enakan!” Sindir Rosa kepada Intan.
“Siapa maksud elo Cha?” Tanya Nur, penasaran.
“Sudahlah, biarkan saja apa pun yang menjadi kebiasaan Intan tidak masalah dengan kita, yang penting tugas yang di berikan kepadanya musti selesai, karena habis gue buat gambar langsung di warnai dengan cat airnya!” Ucap Fakih, tetap santai.
Saat yang lain mengerjakan malah, “Hoaammm, apa sudah selesai?” Tanya Intan sambil mengantuk. “Ya, ya yaa, kalau sudah selesai beritahu aku ya!” Ucap Intan tanpa merasa bersalah.
"Tugas lo udah apa Tan?!" Tanya Rosa.
"Kan tugas gue terakhir, kalau Fakih sudah selesai menggambarnya, kalian tenang aja deh kelar-kelar!" Balas Intan menjawab.
“Sial, sudahlah kita lanjut saja!” Seru Nur yang sedikit kesal dengan alasan Intan semaunya.
Fakih hanya tersenyum, melanjutkan dengan bagian tugasnya tanpa memikirkan seperti apa dan bagaimana Intan membuat kesal Rosa dan Nur, dengan gesit tangannya bergerak mecoret-coret karton putih dengan coretan yang tidak jelas kemana arah bentuknya, Rosa sangat fokus melihat apa yang di lakukan Fakih, goresan demi goresan pensil Fakih di ikuti tanpa lepas oleh mata indah Rosa. "Alangkah simpelnya gambar ini buat seorang Fakih, kalau gue yang di suruh membuatnya apa hasil akhirnya mungkin malah berantakan!" Gumam Rosa di dalam hatinya dengan rasa kagum.
Fakih terus melanjutkan pekerjaannya, “Huaaa, akhirnya selesai juga! Mana Tan cat air yang sudah elo siapkan!?” Tanya Fakih.
“Heh Tan, Fakih sudah selesai tuh!” Ucap Nur.
“Aihhh, ini cat airnya kih, ini airnya dan tempatnya, elo campur sendiri ya, ntar kalau gue yang campur salah lagi!" Jawab Intan semaunya.
"What? Intan!" Teriak Rosa kesal dengan jawaban Intan barusan.
Berbeda dengan Fakih, dia tidak mau menunda-nunda pekerjaannya karena waktu semakin berjalan dan akan habis begitu saja kalau hanya berdebat atau bercomentar saja tanpa ada yang di lakukkan. Fakih langsung mengambil cat air yang di perlukan, di campurnya dengan warna yang sesuai di wadahnya dan mulai menggoreskan kuasnya di atas kertas karton bergambar yang telah di buat sebelumnya.
Nur terdiam, Intan tersenyum dan Rosa hanya melepaskan perasaannya di dalam hati saja "Benar-benar nih anak, masa bodo dengan keadaan apapun yang penting kerjaan dia selesai! Wajar kalau Fakih menjadi lawan yang tangguh buat gue, dari kelas satu sampai saat ini hanya dia yang membayang-bayangi nilai gue!" Rosa membatin semakin terasa kekaguman dan kengerian dalam pikirannya melihat sikap Fakih seperti itu.
Setelah beberapa menit kemudian “Selesai!!” Kata Fakih, tersenyum puas dan gembira.
“Sudah selesai Kih?" Komentar Nur kaget.
"Hasil yang menakjubkan di buat oleh tangan sang Ahlinya ini mah!" Tiba-tiba papahnya Rosa muncul dari balik pintu melihat buah karya seorang anak yang bernama Fakih.
"Heee... Om, bisa aja nih gambar biasa aja kali om!" Balas Fakih terbersit rasa bangga.
"Biasa aja Kih, dengan seperti ini biasa aja? Kalau begitu besok-besok om mau lihat karya Fakih yang lebih luar biasa ya!" Balas papahnya Rosa tersenyum.
"Ini luar biasa Fakih, untuk karya yang bagus seperti ini layak di beri hadiah ya pah!" Balas mamahnya Rosa ikut masuk ke ruangan di mana kami berkumpul sambil membawa empat gelas susu plus goreng pisang hangat yang menggoda perut untuk minta di isi.
"Mamah dan Papah begitu memuji seorang Fakih, mereka sangat bangga dengan Fakih, dan gue sebenarnya sangat ingin berbuat seperti mereka bisa memuji dengan tulus dan ikhlas tapi kalau gue lakukan itu apa kata Nur dan Intan?!" Batin Rosa dalam hatinya buat Fakih.
Setelah selesai, semua sudah rapih dan mereka pun berpamitan untuk segera pulang ke rumah masing-masing, waktunya tugas buat papah mengantar kembali Fakih, Nur dan Intan di tempat yang telah di sepakatai bersama.
Setelah kepergian mereka, Rosa kembali ke ruangan di mana sebuah gambar di atas karton putih di letakkan. Rosa memandang lukisan tersebut...!!!
"Kagum dengan lukisan itu Cha?!" Tanya mamah tiba-tiba.
"Heeee... Nggak mah biasa saja!" Jawab Rosa.
"Anak cantik mamah sudah mulai berbohong ya?" Balas mamah lagi. Sambil duduk di samping Rosa dan menarik anaknya ke dalam pelukannya.
"Kagum dengan lukisannya atau dengan orang yang membuatnya Cha?! Atau mungkin kedua-duanya ya!" Ucap mamah lirih.
"Mamah bisa aja!" Balas Rosa terlihat ke dua belah pipinya yang putih memerah sudah. "Ya mah, dari dulu sebenarnya Ocha sangat mengagumi Fakih, satu cowo' dari empat cewe' yang bertahan tidak hanya dalam prestasi saja, dalam kegiatan lain pun dia selalu memberikan warna tersendiri mah, Dari prestasi saja sudah membuat Ocha kagum ama dia mah, di mana seorang cowo' yang sangat jarang memikirkan nilai di tengah kesibukan dia yang sangat banyak bisa mengimbangi keduanya mah!" Jelas Rosa. "Ocha saja dah hampir menyerah dengan semua kegiatan yang Ocha ikuti mah di tambah dengan lest perivate, kegiatan-kegiatan osis dan pelajaran di sekolah, tapi jika melihat Fakih dengan nyaris hampir sama kesibukannya selalu tersenyum manis menjalani semua itu, membuat Ocha bersemangat mah!" Jelasnya kembali.
"Iya mamah tahu, kemudian akhirnya nama Fakih ada di sebagian hati Ocha kan!" Mamah tersenyum. Rosa hanya menggangguk mengiyakan praduga yang benar dari mamahnya. "Dan tidak mungkin Ocha bicara terus terang dengan dia karena Ocha cewe' masa' iya cewe' yang bilang duluan kalau sayang ma cowo'!" Lanjut mamah di balas dengan anggukan ke dua dari Rosa. Pelukan mamah terasa semakin erat dan di ciumnya kening putrinya itu dengan penuh rasa kasih dan sayang.
Besoknya pukul 07.30 Wib Pelajaran Pertama yaitu Kesenian oleh Bu Ernawati di Sekolah Menengah Pertama (SMP)...!!!
"Anak-anak, kumpulkan tugas yang kemarin ibu berikan!” Ucap Bu Ernawati.
Semua tugas di kumpulkan ke depan kelas di meja bu Ernawati sebagai guru kesenian berada. Satu persatu karya mereka di lihat dengan seksama sampailah di sebuah lukisan kertas karton putih, bu Ernawati melihat dan menikmati lukisan itu dalam kurun waktu yang cukup lama.
"Kelompok Fakih, Rosa, Nur dan Intan... Lukisannya berjudul "Berdaun Rindu Berbunga Sunyi" boleh di jelaskan apa makna dan maksud dari judul dan lukisannya?" Tanya bu Ernawati. "Tapi sebelum ibu bertanya pada kelompok yang punya karya, ibu mau bertanya makna dan maksud dari judul dan lukisan ini kepada kelompok lain, ada yang ingin memberikan kesimpulannya?!" Jelas Bu Ernawati kembali.
"Saya bu, saya Sam dari kelompok dua mencoba memberikan pendapat!" Ucap Sam mengacungkan jarinya ke atas.
"Baik, silahkan Sam!" Bu Ernawati memberikan izin.
"Kalau menurut pendapat kami, antara judul dan lukisan tidak ada sangkut pautnya bu, itu hanya sebagai pemanis dan memperindah lukisan itu dengan judul yang membuat orang lain bertandatanya saja!" Jelas Sam.
"Okey kita simpan pendapat dari Sam, kelompok dua. Ada yang berpendapat lain lagi?!" Lanjut bu Ernawati.
"Saya bu, Nelly dari kelompok empat!" Nelly mengacungkan jarinya ke atas.
"Ya silahkan Nelly!" Lanjut bu Ernawati.
"Menurut pendapat saya, nama dan lukisan itu memang satu arah dan satu tujuan dalam artinya namun judul itu tidak terlalu mencerminkan makna dari lukisan, lebih bagus lagi jika di sesuaikan dengan lukisannya!" Jelas Nelly sopan.
"Baik...! Sekarang sudah dua komentar yang baik untuk hasil karya kelompok satu ini, silahkan untuk kelompok satu menjelaskan makna dan arti sebenarnya akan karyanya ini! Siapa yang bersedia menjelaskannya dari kelompok satu?" Lanjut bu Ernawati.
"Fakih dan Rosa bu!" Teriak Nur dan Intan nyaris bersamaan.
"Baik, silahkan maju ke depan kelas Fakih dan Rosa!" Lanjut bu Ernawati.
Fakih dan Rosa saling pandang, cahaya di kedua pancaran mata mereka memberikan sebuah isyarat nyata kalau mereka harus segera bangkit dari tempat duduknya, menuju depan kelas untuk menjelaskan semua pertanyaan mengenai karya kelompok mereka.
"Saya akan menjelaskan mengenai judul lukisan ini, "Berdaun Rindu Berbunga Sunyi" menjelaskan sebuah hati merindu yang sangat, sampai daun itu berbunga indah di dalamnya akan tetapi hati itu hanya bisa diam tidak mampu untuk mengutarakan sejujurnya sampai keadaan sunyi yang ada!" Jelas Rosa lancar, sudut matanya memandang sosok Fakih, dan sesekali tatapan mata mereka bertemu.
Sorak sorai tepukan tangan seisi kelas bergema "Waaaaw... Keren tuh, buat siapa ya Cha hati itu!" Ceplos Jhon seketika itu.
"Untuk abang yang di sana tuh!" Ucap Nazaruddin.
"Cie cie cie, Ocha Rindu terpendam nih!" Nelly tak mau kalah suara.
Rosa hanya terdiam dengan wajah cantiknya kembali merah merona dan hanya mampu melirik Fakih minta pertolingan dalam hatinya.
"Okey, bu Erna saya akan menjelaskan penggabungan dari makna judul serta lukisan, lukisan ini menggambarkan dua orang sahabat cewe' dan cowo' yang sangat dekat, seiring dengan waktu mereka berdua memendam rindu dan terus menerus sampai tidak mampu untuk ke duanya berbicara, hanya perbuatan yang menjelaskan hati mereka masing-masing! Dan di lukisan ini ada pelangi yang berwarna ceria, dengan menyimpan harapan pelangi berwarna itu akan menjelaskan hati mereka saling merindu dan di suatu saat nanti akan menjadi pelangi dengan keindahannya!" Jelas Fakih menutupi kegugupan Rosa.
Kembali terulang, Sorak sorai tepukan tangan seisi kelas bergema semakin menjadi-jadi... Sampai bu Ernawati akhirnya berkomentar.
"Judul dan lukisan serasi, seakan-akan terpaut satu dengan yang lainnya. Ini karya yang begitu bermakna dan sangat-sangat indah, oh ya tolong Bambang Wahyudi, setelah pelajaran ibu ini lukisan di pasang di tembok kelas agar semua tahu dan memahami makna yang baik untuk kita semua pelajari bersama hakikat hati antara cinta dan persahabatan ya!" Jelas bu Ernawati sambil melemparkan senyum termanis kepada Fakih dan Rosa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments