Tidak seperti biasanya, hari ini Fakih berangkat ke kelas lebih awal.
Dari kemarin sudah terbayangkan, duduk bersanding dengan pasangan nomor urut dua sebagai calon ketua dan wakil ketua OSIS SMPN 01 Kotabumi periode tahun 1992 - 1993.
Ada tiga Pasangan Calon (paslon) yang berlaga di arena Pemilihan Ketua Osis saat itu demikian istilah untuk kegiatan pemilihan ketua dan wakil ketua OSIS, yang terdiri dari tiga perempuan dan tiga laki-laki. Semua kandidat berasal dari paralel kelas yang sama yaitu kelas dua karena itu yang dipersyaratkan oleh panitia.
Dari kemarin mamah sudah menyiapkan baju seragam sekolah dengan rapih agar terlihat berwibawa. Pada hal di Pemilihan Ketua Osis tidak banyak aktifitas berjalan, bukankah Fakih yang di pajang di depan seperti barang dagangan berjejer dengan barang lain untuk di lihat-lihat kemudian dipilih oleh teman-teman.
Sesampai di pintu gerbang sekolah, gue lirik jam tangan, hemm… baru pukul 06.30 WIB masih cukup waktu untuk kembali mempersiapkan diri termasuk merapikan penampilan.
Gue nggak mau dong nampak kucel calon ketua OSIS lo...!
"Assalamualaikum mas Fakih, sehat hari ini?" demikian sapaan dari guru piket sekolah kami setiap pagi.
"Waalaikumsalam, iya Alhamdulillah sehat bu!" Jawab Fakih menjawab salam.
"Sudah siap hari ini ya? Pemilihan Ketua Osis, Semoga bisa terpilih oleh teman-teman menjadi Ketua OSIS ya mas Fakih!" Balas guru piket sekolah itu lagi.
"Ya bu semoga! Terima kasih do'anya!" Balas Fakih.
Gue melangkahkan kaki masuk ke kelas, beberapa teman yang jadwal piket sedang melaksanakan tugasnya, ada yang menyapu, membersihkan kaca, menulis jadwal di buku kemajuan kelas tetapi ada juga yang belum datang. Kelas memang dikenal sebagai kelas yang warganya rajin, karena cowo' atau cewe' melaksanakan tugas piket semua, ini juga berkat bimbingan Wali Kelas yang super disiplin yaitu Pak Sigit Suparman.
Berikutnya segera bergegas menuju gelanggang lokasi pengambilan suara Pemilihan Ketua Osis, bergabung dengan kawan-kawan panitia dan gue membantu mengatur letak kursi pemilih, tetapi oleh Adiguna Kesuma kakak kelas yang menjadi koordinator kegiatan tidak diijinkan.
Kemudian Adiguna memberikan pengumuman lewat pengeras suara, "Di informasikan, kepada semua kandidat ketua di minta untuk segera menempatkan diri di kursi yang ada di panggung bersama dengan wakilnya karena kegiatan Pemilihan Ketua dan Wakil ketua OSIS akan segera dimulai".
"Cha… Ocha cepetan dikit dong ke gelanggang sudah hampir mulai nih," seruku pada Rosa, dia sebagai calon wakil gue yang kelihatan masih mondar-mandir di teras kelas yang kebetulan letak kelas berdekatan jadi aktifitas di kelasnya terlihat jelas dari gelanggang pemilihan sekolah ini.
"Iya Kih, dikit lagi, nanggung lagi coba menghapal bahan sepertinya kok ada yang kurang pas!" sahut Rosa. Sebenarnya Rosa kurang PeDe saat mengikuti seleksi untuk kandidat Pemilihan Ketua Osis ini karena katanya dia belum ada persiapan yang maksimal, ntar malah malu-maluin gue… tetapi entah mendapat power dari mana Rosa akhirnya nekat.
Saat hasil seleksi diumumkan oleh panitia dilanjutkan dengan pengundian pasangan calon ternyata aku harus berpasangan dengan Rosa. Rosa kadang ceplas ceplos, gampang banget ngambek tapi juga cepet baikan lagi. Seperti kemarin saat menyusun visi misi, gue hingga detik ini sebenarnya masih sebel karena Rosa masih aja ngotot pendapatnya harus di pakai pada hal jelas panitia menyarankan agar visi misi isinya murni pendapat calon ketua dan wakil bukan salah satu saja.
"Huhh… belum-belum sudah begitu, besok kalau terpilih sungguhan bisa-bisa gue yang jadi ketua OSIS tapi Ocha yang ngomando… byehh…!" Batin Fakih. Namun setelah dipahami dan di pikir-pikir visi misi usulan dari Rosa okey juga, mungkin gue aja yang kurang terbuka wawasannya waktu itu.
"Hei… kok malah ngelamun Kih! Nih, gue dah sampai!" Suara Rosa membuyarkan segala prasangka.
"Ya, Ocha yang cantik" jawab Fakih tersenyum walau tanpa melihatnya.
Para pasangan calon sudah duduk di kursi panggung yang sudah di sediakan menghadap ke timur berderet dari selatan ada pasangan calon nomer satu Hendry berpasangan dengan Ories, kemudian nomer dua gue dengan Rosa dan paling utara pasangan nomer tiga Nina di dampingi Ikhsan. Kalau gue boleh jujur saat itu kandidat cewe' yang bewajah paling kece ya pasangan gue, Rosa.
Pemilihan segera dimulai, teman panitia menjelaskan alur teknis pemilihan pada gelombang pertama tiga kelas dari kelas dua. Siswa kelas dua banyak yang sudah mengenal masing-masing kandidat, mereka antusias dan sesekali melempar senyum ke panggung sambil mengucapkan harapan semoga jagoan yang dipilihnya dapat terpilih menjadi Ketua dan Wakil Ketua Osis.
Satu persatu pemilih di panggil sambil menyerahkan nomer antrian ke panitia di tukar dengan kartu suara yang kemudian dibawa ke bilik pengambilan suara. Ada tiga bilik yang digunakan, dengan meminjam meja perpustakaan yang bertutup kayu sisi kiri kanan.
Setelah memberikan suara dengan dicontreng di nomor urut atau gambar pasangan calon pilihan, mereka melipatnya dan keluar bilik untuk memasukkan surat suara di kotak suara yang terbuat dari kardus. Sebelum keluar sebagai tanda jika sudah memberikan suaranya, ujung jari dicelupkan ke tinta, baru setelah itu diijinkan masuk kembali ke kelas.
"Nomer satu oke…!"
"Hidup pilihanku nomor dua, pasangan serasi!"
"Nomer tiga dong yang pasti menang!" sahut siswa dan siswi lain sebelum meninggalkan gelanggang pemilihan.
Gelombang pemilih dari kelas dua sudah selesai berikutnya dilanjutkan pemilih kelas satu, ada pun kelas tiga memang sengaja di gelombang terakhir karena ada kegiatan yang harus dilakukan berkaitan dengan adanya tugas mata pelajaran yang harus di selesaikan terlebih dahulu. Teman-teman kelas satu semangat sekali dalam memberikan hak suaranya dengan idola yang menjadi harapan mereka dalam kesiswaan dan memajukan sekolah di masa depan.
Tiba-tiba punggung dan kaki gue dah mulai terasa pegal mungkin karena lelah, gue mencoba ngobrol dengan Rosa yang ada di sebelah, dengan Hendry dan Nina, untuk mengalihkan rasa itu.
Akhirnya tepat jam 11.30 WIB pemungutan suara sudah selesai, tinggal penghitungan tetapi dilaksanakan setelah sholat dzhuhur. Gue agak lega karena bisa istirahat dan membeli minuman dan sedikit jajan sebentar. Situasi seperti ini sudah tidak resmi sehingga pasangan calon bebas tidak harus duduk di kursi panggung.
"Yey… gue gembira kembali ke kelas, tapi dalam hatiku agak kuatir juga sebentar lagi penghitungan suara, menjadi ketua OSIS sudah lama aku inginkan. Visi misi kemarin yang gue sampaikan saat kampanye kurang memuaskan tetapi bisa disempurnakan Rosa meski pun seolah-olah itu kalimatnya dia semua. Tadi sewaktu duduk di kursi panggung gue lebih banyak diam karena memang masih agak sebel dan alasan lain, dalam hati berdoa terus agar terpilih di ajang ini.
Setelah sholat dzhuhur penghitungan surat suara sudah dimulai panitia dari pukul 12.30 WIB, gue gundah akan hasilnya sambil mencuri dengar teman-teman ramai membahas hasil penghitungan yang masih berlangsung.
Gue sendiri belum berani menyaksikan sendiri ke gelanggang.
"Fakih...! Hendry kayaknya unggul deh…!" celetuk Bambang Wahyudi.
"Gue sih yakin aja Bang, dengan pasangan calon dari kelas kita yang menang, kelihatan banget tuh perolehan suara kejar-kejaran terus paslon dua dengan satu!" Ruslan menimpali.
Gue dan Rosa mulai tersenyum mendengar hasil penghitungan yang belum selesai itu, dalam hati kemungkinan besar pasangan calon kami berdua dengan nomor dua yang lolos. Akhirnya semua pasangan calon di suruh ke gelanggang pemiluhan untuk menyaksikan berakhirnya penghitungan suara.
Dan berdasarkan rekap suara terakhir Pemilihan Ketua Osis memberikan hasil, terpilih adalah paslon satu Hendry sebagai Ketua dan Ories sebagai wakil ketua OSIS periode tahun 1992 - 1993. Gue seakan tidak percaya karena selisih suara hanya dua, paslon satu sebanyak dua ratus tiga puluh dua suara sedangkan paslon dua, gue dan Rosa dua ratus tiga puluh suara.
"Ma'af ya Kih, gue nggak bisa bantu lebih banyak untuk memenangkan Pemilihan Ketua Osis!" Ucap Rosa sedih.
"Nggak apa-apa lo Cha, Terima Kasih ya udah berusaha buat gue!" Balas Fakih pada Rosa.
Kami dan pasangan calon lainnya saling bersalaman dan mengucapkan selamat kepada pasangan calon terpilih, Hendry dan Ories.
Sebelum usai jam sekolah aku masih berlapang dada dan tertawa bersama panitia membantu beres-beres peralatan yang tadi untuk kegiatan.
***
Bel berakhirnya pembelajaran selesai, seluruh siswa pulang kecuali panitia Pemilihan Ketua Osis yang terlihat masih membersihkan gelanggang. Gue buru-buru pulang ingin segera menenangkan diri akan tetapi sepanjang perjalanan pulang gue tidak habis pikir dengan impian yang gagal menjadi Ketua Osis.
Sesampai di rumah gue langsung mengunci diri dan tertidur di kamar, hingga lupa makan. Hampir pukul setengah 4 sore gue tidur, terbangun oleh ketukan kamar dan suara lembut dari mamah.
"Fakih sudah sore nak, kok belum bangun?!" Suara mamah terdengar merdu.
"Iya mah, Fakih dah bangun kok!" Fakih sambil berjalan membukakan pintu dan mengucek mata, kemudian duduk di tempat tidur.
"Bagaimana tadi Pemilihan Ketua Osisnya, apakah Fakih terpilih?" Tanya mamah kemudian.
Gue hanya bisa menunduk, teringat usaha dan rencana yang sudah terbayang di depan mata jika menjadi Ketua Osis yang ternyata kandas, mata terasa panas sekali dan dada sakit, gue peluk mamah dan menumpahkan segala beban hati semuanya tanpa terkecuali pada mamah dan mamah mendengarkannya dengan tersenyum.
"Tidak usah sedih mungkin belum rejeki kih, untuk di percaya mengemban amanah menjadi Ketua OSIS. Dalam sebuah pertandingan mesti ada yang menang dan kalah, tidak mungkin menang semuanya dan tidak mungkin kalah semuanya. Menjadi ketua OSIS harus siap dengan banyak kegiatan, di samping kepentingan pribadi harus belajar, mengerjakan tugas, kegiatan ekstra dan lain sebagainya!" Jelas mamah lagi.
Sedikit demi sedikit aku terhibur dengan kata-kata mamah.
"Iya mah terima kasih, do'akan agar Fakih selalu di beri rasa sabar dan bisa sukses ya!" Ucap Fakih lirih.
"Tentu dong, do'a ibu selalu menyertai tiap langkah anak-anaknya. Eh.. sudah sore ayo cepet mandi, sholat, ngaji tapi makan dulu ya!" pesan mamah kemudian.
"Oke…!" Fakih menjawab lalu terus menuju ke kamar mandi.
***
Hari ini di kelas kebetulan gue dan Rosa datang lebih dahulu sebelum teman-teman lainnya datang.
"Gue sangat sedih karena cita-cita elo menjadi Ketua Osis gagal, gue harap elo mau memaafkan, ini juga salah gue, sekali lagi gue minta maaf ya Kih!." Ucap Rosa memecah sunyi.
"Kalau di bilang gue kecewa, ya pasti Cha kecewa sih sangat tapi ya...! Mau gimana lagi wong hasilnya begitu," balas Fakih kemudian. "Udah Cha nggak usah dibahas lagi ahh… bosen! Gue masih mikirin catatan dan tugas gue dah banyak yang ketinggalan," jawab Fakih lagi.
"Kalau elo ijinkan, gue siap membantu elo Kih untuk mengurangi rasa bersalah di hati gue," jawab Rosa.
"Bener ya, serius nih Cha?" Ucap Fakih.
"Iya serius buat elo Kih!" Balas Rosa.
Hari-hari berikutnya gue disibukkan dengan melengkapi catatan dan tugas yang ketinggalan dengan dibantu Rosa. Ketika hampir lupa atau malas mesti dinasehati macam-macam, kayak nenek-nenek menasehati cucunya. Dia terkenal jagoan dalam beberapa mata pelajaran tak heran jika sering mengikuti lomba atau olimpiade seperti IPA dan Bahasa Inggris. Tahu sendiri kan gue dengan IPA seperti apa alerginya, perut gue sakit dulu sebelum pelajaran mulai, jadi tidak heran jika perolehan nilainya hanya sedikit di atas ketuntasan, lumayanlah.
Di sekolah jika jam istirahat, Rosa sering menemani gue mengerjakan tugas-tugas yang keteteran belum sempat terselesaikan dan Rosa selalu berusaha untuk membantu.
Sedikit demi sedikit semangat belajar mulai kembali bangkit lagi seperti sedia kala, kalau kemarin Rosa yang selalu memotivasi agar materi dan tugas segera selesai justru sekarang guelah yang ingin buru-buru menyelesaikannya.
Karena serius belajar ternyata ada peningkatan pada nilai-nilai gue. Beberapa hari yang lalu, gue sempat kaget bercampur gembira seakan tidak percaya karena seumur-umur baru pertama kalinya nilai ulangan IPA dan Bahasa Ingris mendapat seratus koma nol.
"Makasih banyak ya Cha atas bantuan elo, berkat motivasi elo, gue sekarang tidak lagi alergi dengan IPA dan Bahasa Inggris, bahkan ulangan kemarin mendapat nilai sempurna," ucap Fakih.
"Iya sama-sama, alergi nggak harus ke apotik kan," sindir Rosa.
Dua minggu sudah berlalu dari masa Penilaian Akhir Semester, tapi aku masih membahas soal-soal kemarin dengan Rosa di sela-sela kegiatan Classmeeting.
Tibalah pada waktu penerimaan hasil belajar siswa di semester ganjil, rapot belajar gue diambil oleh mamah. Sesampai di rumah mamah menyalami gue dan tersenyum, "Ternyata anak mamah prestasinya hebat, makasih ya nak," sanjung mamah pada Fakih.
"Maksudnya mah?" Tanya Fakih.
Mamah menyodorkan rapor hasil belajar, gue amati satu persatu nilai yang tertera disana dan membuat gue tersenyum.
***
Libur semester ganjil telah berlalu, hari ini adalah hari pertama masuk di semester genap dan ada upacara bendera. Gue sengaja berangkat awal pengen sekali masuk sekolah karena seminggu libur rasanya nggak betah, nggak ketemu teman-teman dan tentu saja dengan Rosa.
Upacara bendera berlangsung khidmat tidak seperti biasanya sebelum liburan, mungkin anak-anak juga kangen dengan upacara jadi setiap urutan jalannya kegiatan dinikmati dan diresapi, untung tidak banyak anak yang pingsan.
Protokol upacara menyampaikan jika upacara selesai dilanjutkan dengan pengumuman peringkat hasil belajar semester ganjil dan pemberian hadiah dari sekolah. Anak-anak bertepuk tangan riuh ketika dibacakan nama-nama siswa yang menduduki peringkat tiga besar parallel. Ketika dibacakan peringkat hasil belajar kelas dua, gue pasang telinga serius.
"Peringkat ke tiga untuk kelas dua di raih oleh Marini dari kelas dua F, silahkan maju ke depan," suara protokol upacara melalui pengeras.
"Berikutnya untuk peringkat dua kali ini di raih oleh Fakih Alfarizi dari kelas dua A, silahkan untuk maju ke depan."
Gue tersentak sangat tidak percaya, Ya Allah…! beneran nih! Teman-teman sekelasku bersorak sorai dan mendorongku untuk maju ke tengah lapangan berjejer dengan peringkat tiga.
"Dan yang peringkat pertama hasil belajar kelas dua adalah Rosa Pratiwi dari kelas dua A dipersilahkan maju," pinta protokol upacara.
Dari awal upacara gue nggak melihat Rosa, sekarang baru muncul berlari kecil ke lapangan berdiri tepat di sebelah kiri gue sambil tersenyum manis sekali. Gue teringat betul pernah berdiri seperti ini bersanding pasangan saat pemilihan Ketua Osis yang menyakitkan. Sekarang gue berpasangan lagi dengan Rosa sebagai pemenangnya…! Ya pemenang peringkat paralel saru dan dua hasil belajar semester ganjil kelas dua tahun ini.
Gue tersenyum bahagia dan ternyata Allah SWT mempunyai rencana lain yang lebih baik.
"Ngapain senyum-senyum, selamat ya Kih atas peringkatnya," suara Rosa mengagetkan lamunan.
"Eh ya...! ya elo juga selamat ya Cha," Balas Fakih dengan senyuman yang penuh arti dengan Rosa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
YUSIKO
super!!!
2023-04-06
0