Dari Taman Kanak-kanak (TK) Nol besar, gue sudah biasa ikut dalam lomba-lomba menggambar gitu, dulu saat gue di Taman Kanak-kanak (TK) yang katanya tempat yang paling indah bisa bermain dan belajar dengan teman yang banyak, gue pernah ikut lomba menggambar "Gambar Pemandangan Alam" waktu itu, Alhamdulillah dapat juara satu.
Kemudian hal ini berlanjut saat di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tujuh Belas Tanjung Aman dan masih di Kotabumi, Lampung Utara dahulu di zaman gue namanya seperti itu kalau sekarang mungkin sudah berubah namanya, kemampuan menggambar teruji lagi dengan menjuarai lomba Dinas Pendidikan Kotabumi yang mengadakan, hasilnya mendapat juara dua dengan tema "Tukang Kayu" dan gue memiliki hobi menggambar sudah ini berasal dari papah yang selalu mengajarkan dan memberikan contoh setiap malam papah selalu menggambar apa saja agar anak-anaknya timbul minat untuk melihat, meniru dan mencoba ya... hal hasil gue bisa menggambar apa saja.
Sampai pernah saat Sekolah Dasar itu, gue menerima orderan gambar sesuai permintaan teman-teman dulu masih belum ada gambar untuk di warnai, jadi gue buat gambar sesuai keinginan teman-teman dan di kasih harga setiap gambar tersebut dengan nilai lima puluh perak, tahun 1985 nilai uang lima puluh perak itu sudah di bilang banyak untuk siswa Sekolah Dasar (SD) karena hobi dan kebiasaan itu yang membuat gue bisa mencari tambahan uang jajan sendiri.
"Kih, nanti mengerjakan gambarnya di rumah gue ya, pulang sekolah ntar di jemput papah semua anggota kelompok kita!" Ucap Rosa saat Fakih baru hendak duduk di bangku kelasnya.
"Waduh Cha, sorry kalau hari ini nggak bisa gue!" Jawab Fakih.
"Hari ini aja lah Kih, biar tugas kita cepet kelar. Inget lo masih ada lomba cerdas cermat yang harus kita kerjakan lo!" Rosa lalu menjelaskan.
"Bukan gue kaga mau Cha, kalau hari ini gue belum izin ma mamah!" Jawab Fakih.
"Dasar elo ini anak mamah ya!" Ejek Rosa.
"Bukan begitu Cha, bukan masalah anak mamah atau bukan ya... Soal izin ini lebih penting lo, kalau hari ini gue berangkat tanpa ngantongin sertifikat izin dari mamah bisa-bisa besok nggak akan di perbolehkan lagi belajar kelompok atau yang lainnya!" Jelas Fakih.
"Okey, gue ngerti maksud elo. Jadi kapan bisanya kita kumpul biar bisa gue bilang ma papah untuk jemput?" Jelas tanya Rosa.
"Gini aja deh, elo ma Intan dan Nur Fitri cari ide dan bahan aja dulu, setelah dapat besok InsyaAllah gue siap ke mana aja ngikut deh, asal jangan elo culik aja gue ya!" Jawab Fakih.
"Heee... Siapa sudi nyulik elo yang ada malah gue yang tekor! Ngasih makan gratis buat elo!" Balas Rosa.
"Haaaa... Siapa tahu aja! lihat anak cowo' ganteng kayak gue gini, elo niat nyulik gue buat jadiin menantu papah dan mamah elo!" Canda Fakih.
"Preeet, udah ah kaga kelar-kelar kalau ngobrol ama elo ma Kih, gue pamit mau pulang dulu ya!" Rosa berpamitan dengan Fakih.
Fakih ingin memanggil Rosa kembali karena di rasakan ada yang belum tersampaikan. Namun diurungkan niat hati tersebut setelahnya, tiba-tiba ada seorang kakak kelas cowo' yang mendekati Rosa.
"Hai Cha, udah mau pulang apa?" Tanya cowo' itu.
"Oh, ya kak Ivan...! Ocha pamit ya!" Jawab Rosa bergegas terlihat terburu-buru.
"Lah kok buru-buru gitu Cha? Nggak mau di antar apa?" Tanya Ivan.
"Nggak kak Terima Kasih!, Ocha dah di jemput papah kok!" Jawab Rosa sambil sudut matanya memandang keberadaan Fakih yang jelas-jelas melihat dan mendengar kejadian itu dari awal mula. Ada perasaan tidak enak di hati Rosa, entah apa itu bentuknya dia pun kurang memahami akan perasaannya namun yang Rosa tahu dia tidak mau membuat sahabatnya itu salah paham.
Sedangkan Fakih tetap memberikan senyum manisnya pada Rosa, yang dia tahu pasti Rosa pun melihat akan hal itu. Tidak ada komentar Fakih baik secara terang-terangan langsung atau dalam hati hanya ada tatapan mata dan hati yang kosong saja.
"Kenapa Kih? Cemburu ya?" Suara Nur Fitri mengagetkan Fakih.
"Aah cemburu apaan sih! nggak kok Nur! Biasa aja kok!" Balas Fakih pelan.
"Kalau cemburu bilang aja Kih, kita juga lihat kok elo seperti apa ma Ocha!" Ucap Intan menimpali perkataan Nur.
"Apaan sih Tan, Nur...! Eeeh... Berhubung Rosa udah pulang, gue juga mau balik duluan, elo ma Nur ya Tan yang beli peralatan kelengkapan melukisnya buat besok ya!" Jelas Fakih.
"Nggak masalah Kih, kan kita juga pulang lewat pasar ntar sekalian deh kita mampir beliin!" Balas Nur.
"Apa aja yang mau di beli Kih!" Tanya Intan.
"Lah... Gue dah kasih catetan sesuai yang mau di beli ma Ocha tadi lo!" Jawab Fakih.
"Apa elo mau bilang Ocha lupa kasih catetannya terus kita di suruh ke rumah Ocha untuk ambil tuh catetan gitu!" Balas Intan.
"Adeeeh, ya nggak gitu juga kale Tan, mana siniin kertas ma pena biar gue tulis ulang!" Balas Fakih.
Fakih menulis apa saja keperluan untuk tugas kelompok mereka yang kebetulan satu kelompok dengan Rosa, Intan dan Nur. Setelahnya catatan itu di berikannya ke Nur lalu Nur membacanya sejenak dengan seksama item demi item yang tertulis di sana.
"Udah ini aja yang di perluin Kih!" Tanya Nur menguatkan.
"InsyaAllah udah semuanya itu yang gue catet buat keperluan besok!" Jelas Fakih.
***
Pertama berjumpa dengan dia biasa saja tidak ada yang istimewa, gue dan dia pun tidak ada keakraban sebelumnya. Cara dan gaya juga biasa saja malah mungkin kalah dengan gaya elegan dari teman-teman cewe' lainnya. Rasa nyaman yang ada ini yang membuat gue terbuai menjadi sungguh luar biasa, sering bersama dalam canda, tawa, luka dan air mata menjadi hal yang benar-benar berperan penting dalam membentuk hati "Berdaun Rindu Berbunga Sunyi".
Rasa yang muncul tidak juga seketika itu terbentuk begitu saja namun melalui proses tahapan demi tahapan dengan hasil yang membuat hati terbuai dalam rindu. Rasa apa itu gue sendiri belum bisa bicara karena hal ini pun masih membuat timbul keraguan.
Dia memang terbukti nyata bukan cewe' biasa yang mungkin buat orang yang belum terlalu jauh mengenalnya tidak akan atau mempunyai pendapat yang berbeda, itu sah-sah saja karena hal yang luar biasa itu hadir dengan kebersamaan yang selalu terjalin mesra.
Dia telah dengan tanpa sengaja menaklukan gue walau dengan cara berbeda yang tidak semua cewe' punya kemampuan akan itu, dengan sikap cuek yang sangat menutupi sebuah perhatian yang terasa antara ada dan tiada. Hal ini membuat gue bimbang dan ragu dengan sikap seperti demikian. Dia sangat mengerti gue merupakan salah satu dari sebagai manusia yang berbeda dari sisi manapun juga menyangkut kepribadian yang tertutupi dengan kerasnya beban yang tidak mampu di pecahkan dengan logika biasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments