Chapter. 4

Happy reading ✓

"Thanks yah tang Lo mau mampir dulu nggak?" tawar bulan yang sudah beranjak turun dari motor sport sahabatnya.

"Nggak deh gue langsung aja, sini peluk dulu" ujar pemuda itu. Bulan hanya merotasikan bola matanya dan langsung berhambur memeluk tubuh bintang yang sedari tadi sudah merentangkan dua tangannya. Tak hanya itu bintang juga mengusap kepala bulan gemas

"Udah Sono masuk"

Setelah berpamitan bulan Segera masuk kedalam rumah. Namun dari kejauhan suasana didalam rumahnya nampak ramai seperti ada tamu yang datang. Dengan rasa penasaran bulan berjalan semakin mendekati pintu utama. Setelah pintu terbuka lebar benar saja diruang tamu sudah ada sesosok wanita, mungkin umurnya sepantaran dengan bunda Alda, dan juga ada sosok gadis perempuan sangat cantik bulan memastikan usianya pasti seumuran dengannya.

"Bulan sini nak" titah Dimas menyuruh Putrinya untuk ikut duduk.

"Sayang ini kenalin istri papa yang kemarin papa ceritain ke kamu, nama nya Yuni" kata Dimas memperkenalkan istri barunya kepada bulan. Wanita itu tersenyum lembut sedangkan bulan membalas nya dengan senyum simpul

"Dan ini anak mama Yuni nama nya Kanaya" Dimas memperkenalkan bulan dengan Kanaya. Gadis cantik itu menghampiri bulan dan menyodorkan tangan, dengan ragu bulan membalas jabatan tangan itu masih dengan tersenyum tipis dan samar.

"Jadi bulan mulai sekarang mama Yuni dan Kanaya akan tinggal bareng sama kita disini. Papa harap kita semua bisa hidup rukun saling melengkapi satu sama lain" ujar Dimas tersenyum bangga, seakan ia merasakan orang yang sedang berbahagia hari itu. Tanpa ia tahu dibalik itu semua ada bulan yang seakan hati dan perasaan nya terasa hancur. Rasanya ia belum bisa menerima semua ini.

"Bulan jangan sungkan yah sama mama. Saya janji akan memberikan kamu yang terbaik. Oh iya ini Kanaya dia seumuran loh sama kamu kalian bisa main bareng pasti seru deh iya kan Nay" ucap Yuni masih melebarkan senyuman nya.

"Iya bulan kamu bisa minta tolong ke aku kalau kamu butuh sesuatu" ucap gadis bernama Kanaya itu. Sungguh bulan terpana dengan gaya bicara gadis itu, terkesan begitu lembut dan juga sopan, dari raut wajahnya pun Kanaya sepertinya gadis baik-baik.

"Bulan cape aku keatas dulu permisi" tanpa menjawab apapun dari ucapan Yuni maupun Kanaya, bulan justru memilih pamit naik keatas menuju kamarnya.

"Maaf yah bulan memang begitu anaknya susah akrab. Tapi aku yakin ko lama-lama bulan pasti ngerti" kata dimas memberi penjelasan pada ibu dan anak itu.

''iya mas aku juga ngerti ko" jawab Yuni tersenyum. Sementara Kanaya hanya diam.

Didalam kamarnya bulan tak kuasa menahan air matanya lagi. Ia menangis sesenggukan sembari memandangi foto ibunda nya, sesekali ia akan mengusap kasar air mata yang menjalar dipipinya, entah kenapa setelah perkenalan dengan Yuni dan anaknya dada bulan terasa sesak. Tak berselang lama samar-samar bulan mendengar suara gaduh dari arah luar kamarnya, iapun penasaran maka dari itu ia memutuskan untuk keluar.

Ternyata ada papa dimas, Yuni serta Kanaya yang sedang menggeser-geser lemari perabotan dari sebuah ruangan. Bulan menautkan alisnya berjalan mendekati ruangan tersebut. Seketika matanya membulat kala papa nya mengeluarkan sebuah lemari dengan berisi foto serta figura mendiang ibunya.

"Loh pa ko lemari pajangan ini dikeluarin, kan ada foto mama sama barang-barang milik mama" protes bulan, mimik wajahnya tidak suka dengan aktivitas orang-orang yang dengan lancang menyentuh barang milik mendiang ibunya.

"Papa sengaja keluarin lan. Karena ruangan ini akan ditempati sama Kanaya biar. nggak sempit jadi papa keluarin aja lemari ini" tukasnya menjelaskan.

"Terus mau papa taro dimana kemari sama foto-foto mama!!"

"Nanti papa taro di gudang" jawab Dimas.

"Suruh dia aja tidur di gudang, kenapa harus barang-barang milik mama yang harus di taro di gudang" sergahnya, semua kaget dengan apa yang bulan katakan, bagaimana tidak gadis itu menyuruh kanaya agar dirinya saja yang tidur di gudang, dari pada harus mengorbankan barang peninggalan ibunya. Dimas maju dan sedikit melotot kearah putrinya.

"Bulan kenapa kamu ngomong kaya gitu nggak sopan. Apa salahnya Kanaya tidur disini" tegur Dimas dengan nada geram. Yuni Langsung merangkul tangan suaminya bermaksud agar laki-laki itu tak memarahi bulan.

"nggakpapa ko pa Naya nggak perlu tidur diruangan ini. Biar naya beresin gudangnya kalo udah bersih Naya akan pake buat kamar Naya" ucapnya tersenyum lembut.

"Enggak Naya nggak ada yang boleh suruh kamu tidur di gudang. Bulan minta maaf kamu" titah Dimas sengit. Alih-alih menuruti, bulan memilih untuk pergi dan membawa beberapa foto figura mendiang ibunya.

"Pa kamu jangan terlalu kasar dong sama bulan anak seusia itu jangan diberitahu dengan cara kasar pa tapi pelan-pelan" ujar Yuni setelah bulan sudah masuk kembali kedalam kamarnya, sementara Dimas langsung mengehela nafas dalam-dalam dan membuang nya kasar.

Keesokan paginya dimeja makan sudah ada Dimas yang akan bersiap pergi kerja. Dengan Yuni yang sibuk menyiapkan sarapan untuk Anggota keluarganya. Bulan nampak sudah siap dengan balutan seragam nya, jujur rasanya ia sangat malas melihat pemandangan saat ada perempuan lain yang mengurus papa nya. Seakan ia tidak terima jika ada yang menggeser posisi mendiang sang ibu.

"Bulan sini nak mama yuni udah siapin sarapan buat kamu''

"Nggak perlu aku gak laper, aku permisi dulu" tolaknya ketus.

Baik Yuni maupun Dimas seketika langsung bersitatap, mereka seakan tidak habis pikir dengan sikap bulan yang menurutnya kali ini kurang sopan. Namun Yuni Langsung tersenyum kearah suaminya seolah memberi tahu kalau semua ini akan baik-baik saja.

Bulan berjalan kedepan komplek perumahan niat hati ingin mencari tukang ojek. Karena pada hari ini bintang memberi tahu jika dirinya tidak bisa menjemput karena ada urusan penting mendadak. Jadilah gadis itu berjalan sendirian dengan hati yang masih terasa kesal, sesekali langkah kakinya menendang udara.

"Lan sekalian yuk" suara seseorang yang tiba-tiba datang dan berhenti tepat didepan nya. Seseorang itu membuka kaca helm nya ternyata itu Aldo jujur saat ini mood bulan sedang tidak baik-baik saja, ditambah ada Aldo yang tiba-tiba datang. Kalau boleh memilih bulan hanya menginkan bintang yang datang namun kenyataannya tidak sesuai.

"Enggak deh do Lo duluan aja" tolak bulan.

"Ojek belum ada Lo mau telat" bulan melirik sekilas, dan memutuskan untuk tetap berjalan. Aldo mengendarai motor perlahan membuntuti bulan yang berjalan terlebih dahulu.

Dan benar saja apa kata Aldo tidak ada ojek di pangkalan, gadis itu melihat jam yang melingkar pada pergelangan tangan nya.

"Udah buruan bentar lagi bel masuk" beritahu remaja laki-laki itu. Bulan menghembuskan nafas berat dan langsung naik keatas motor sport Aldo.

****

"Thanks yah do tumpangan nya, oh iya bingkisan yang kemarin udah gue terima thanks juga" Aldo hanya mengiyakan dengan cara mengangguk.

Visual Bulan ala author 👇

visual Bintang ala author 👇

Visual Kanaya ala author 👇

Visual Langit ala author, tokoh ini akan muncul di chapter 40 keatas 👇

Bersambung. .

Terpopuler

Comments

Jesslyn Eilin

Jesslyn Eilin

lanjut

2023-04-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!