Di Rumah Sakit

Ruby terbangun, entah sudah berapa lama ia tak sadarkan diri dan ternyata kini ia sudah berada di Rumah Sakit kembali. Ruby merasa kebingungan, sedikit lupa apa yang sebenarnya telah terjadi. Setelah teringat jika temannya Dewi telah tiada, Ruby kembali menangis terisak. Bu Mutia, Omanya Ruby langsung mendekat begitu melihat Ruby telah sadar kembali.

"Ruby sayang  ... kamu sadar, Nak ... Oma khawatir sama kamu," panggil Bu Mutia dengan haru sambil mengusap rambut di kepala Ruby.

"Dewi, Oma ... Dewi, hiks ... hiks!" tangis Ruby kembali pecah jika mengingat dan menyadari kenyataan jika sahabatnya itu tidak akan pernah kembali, tidak akan pernah dilihat olehnya lagi.

"Iya, sayang ... Oma mengerti perasaan kamu, tapi ini semua sudah takdir dari Yang Kuasa. Kamu harus bersyukur masih diberikan keselamatan. Jangan terus menangisi Dewi, kasihan dia nanti. Doakan Dewi semoga diberikan tempat terbaik di Sisi Allah Yang Maha Esa," nasehat Bu Mutia terus mencoba menguatkan cucu kesayangannya itu agar tidak terus berlarut dalam kesedihan.

"Abian ... kemana Abian, Oma?" tanyanya sambil melihat ke sekeliling kamar tempatnya dirawat, tak ada siapa-siapa lagi disana. Entah Romy kakaknya pun kini dimana karena tidak berada juga di ruangan itu.

"Romi tadi ikut mengantarkan kamu lagi kemari saat kamu pingsan tadi. Melihat wajahmu yang pucat pasi dan takut terjadi apa-apa dengan keadaanmu, kami pun segera membawa kamu ke Rumah Sakit lagi agar segera mendapatkan penanganan dari Dokter. Tapi sesampainya disini, kakakmu mengusir Abian untuk segera pulang," jelas Bu Mutia panjang lebar.

"Apa kak Romy menghajar Bian lagi, apa Bian dipukul lagi?" tanya Ruby jadi khawatir.

"Tadinya mereka sempat akan bertengkar kembali saat Bian memaksa untuk tetap menjagamu disini dan tak bersedia untuk pulang, tapi Oma berusaha membujuk Abian untuk pulang," jawab Bu Rahma.

"Terus kemana kak Romy?!"

"Oma tidak tahu, tapi saat Abian keluar dari ruangan ini, Romy mengikutinya tapi sampai saat ini Romy belum juga kembali."

"Jangan-jangan mereka berantem lagi di luar Oma!" ucap Ruby dengan wajah panik.

"Sebentar Oma cari dulu Kakakmu Romy keluar," ucap Bu Rahma bangkit dari duduknya kemudian berniat untuk keluar dari ruangan itu. Tapi belum sampai Bu Rahma membuka pintu, pintu terbuka dari luar dan munculah Romy dengan memasang wajah masam seperti sedang mencoba menahan emosi.

  "Romy dari mana kamu? Oma tunggu dari tadi tapi kamu tak juga kembali?!" tanya Bu Rahma penasaran.

  "Romy habis cari angin di luar, Oma … disini gerah," jawab Romy datar kemudian mendekat ke arah Ruby yang menatapnya penuh dengan tanda tanya.

   "Sudah siuman kamu? Aku sudah bilang kan, gak usah datang ke pemakaman Dewi! ujung-ujungnya pasti begini kan? Kamu lebih mendengarkan ucapan si Abian itu dari pada ucapan kakak kamu sendiri!" ketus Romy agak emosi.

   "Mana Abian? Jangan bilang kalau Kak Romy memukulnya lagi?! Ruby gak habis pikir, kenapa Kak Romy mendadak membenci Abian seperti itu, apa salahnya dia sama Kakak? Harusnya Kakak berterima kasih sama Abian karena dia selalu mau menjagaku. Sedangkan Kak Romy selalu sibuk dengan urusan Kakak sendiri?!" tanya Ruby menginterogasi.

  "Dia sudah kusuruh pergi! Dan aku memperingatinya agar jangan pernah datang menemuimu lagi!" jawab Romy.

   "Jika kamu sudah sembuh, aku harap kamu mau pindah Sekolah! Jangan berhubungan dengan orang yang bernama si Abian itu! Masih banyak Sekolah lain yang lebih baik, atau jika perlu kamu Sekolah di tempat Papah saja!" ucap Romy dengan tegas. 

   Tentu saja mendengar hal itu Ruby meradang, tubuhnya lemah dan tak berdaya ditambah rasa sakit hati dengan semua sikap Kakaknya yang mendadak berubah akhir-akhir ini terhadapnya.

   "Kak, Kakak bicara apa sih? Segitu bencinya Kak Romy sama Abian sampe nyuruh aku pindah sekolah agar aku tidak berhubungan lagi dengan Abian! Katakan sama Ruby, apa salah Abian sama Kakak?!" tanya Ruby kini emosi meski nada bicaranya melemah karena menahan rasa sakit akibat luka-luka di sekujur tubuhnya itu.

  "Sudah, sudah! Kenapa kalian malah bertengkar?! Romy, harusnya kamu prihatin melihat keadaan adikmu saat ini yang sedang sakit bukannya malah menekan Ruby untuk melaksanakan apa maumu! Oma heran dan tak habis pikir, kenapa juga kamu harus menyuruh Ruby untuk menjauh dari Abian? Apa kalian berdua ada masalah tanpa sepengetahuan kami?" tanya Bu Rahma menatap pada cucunya.

  "Romy justru melakukan ini karena Romy sayang sama Ruby. Romy hanya tidak mau jika Ruby nanti malah akan kecewa … sepertiku …," jawab Romy pelan menatap Bu Rahma dan Ruby secara bergantian. Tatapan Romy yang tidak bisa diartikan oleh Ruby dan juga Bu Rahma, tapi terdengar nada kesedihan dari kalimat yang diucapkan oleh Romy pada mereka.

   Romy kemudian memutar badannya, pergi ke luar dan meninggalkan adik dan Omanya yang sekarang saling menatap penuh dengan tanda tanya.

  "Oma, mana ponsel Ruby? Ruby ingin menghubungi Bian. Bagaimana keadaannya saat ini. Ruby khawatir jika Kak Romy tadi memperlakukan dia dengan buruk!" ucap Ruby dengan tak sabar. Bu Rahma pun dengan segera mengambil ponsel milik Ruby dari dalam tasnya, namun Bu Rahma terlihat kembali berpikir untuk memberikan ponselnya itu kepada Ruby.

   "Ini sudah larut malam. Lebih baik besok saja kamu telepon Abian. Ingat, kamu ini sedang sakit. Kamu harus banyak istirahat Ruby!" nasehat Bu Rahma.

  "Sebentar saja Oma, Ruby hanya ingin memastikan jika Bian baik-baik saja! Ruby juga ingin minta maaf pada Abian atas perlakuan Kak Romy tadi terhadapnya. Abian pasti sakit hati atas sikap Kak Romy!" pinta Ruby dengan memohon agar Bu Rahma memberikan ponselnya itu kepadanya.

  "Tapi janji, sebentar saja! Setelah itu kamu tidur lagi dan istirahat. Ya …?" ucap Omanya.

  Ruby mencoba melakukan panggilan terhadap Abian, panggilan memang tersambung tapi Abian tidak juga mengangkat telepon darinya itu. Ruby pun mencoba sekali lagi namun tetap juga tak diangkat.

  'Bian, angkat dong please … jangan buat gue khawatir!'  gumam Ruby dalam hatinya.

    Hingga akhirnya setelah kesekian kalinya, Abian pun mengangkat teleponnya juga.

   "Ya Ruby … lo baik-baik saja kan, By? Syukur kalo lo udah sadar," terdengar pelan suara Abian di seberang sana seperti orang yang baru saja bangun tidur.

   "Bian, lo baik-baik saja kan? Lo gak dipukul lagi kan sama Kak Romy?" tanya Ruby dengan khawatir.

    "Ngga By, Kakak Lo gak mukul gue lagi kok, dia hanya minta agar gue gak usah temuin lo lagi di Rumah Sakit," jawab Abian apa adanya.

   "Tapi lo akan tetap kemari, kan? Lo akan tetap jenguk gue, kan?"

    "Gak bisa By, Kakak Lo marah nanti sama gue. Percuma gue kesana!" jawab Abian lagi.

   "Tapi gue butuh lo, Bian. Kalo lo gak kesini ga ada yang menyemangati gue, apalagi gue masih syok karena kehilangan Dewi," rengek Ruby berharap Abian masih tetap mau menjenguknya.

   "Maaf By … gue kayaknya gak bisa," jawab Abian terdengar pasrah

   "Bian kok lo gitu sih? Lo gak usah dengerin omongan kak Romy!" gerutu Ruby tak suka mendengar ucapan Bian. 

   "Sementara gue gak bisa jenguk lo dulu, gue tetep doain semoga lo cepet sembuh dan dan lo bisa cepat sekolah lagi jadi nanti kita bisa ketemu lagi.

   Belum sempat Ruby menjawab lagi, panggilan itu telah ditutupnya dari sana oleh Abian membuat Ruby jadi kecewa. Ruby pasti rindu meski sehari saja ia tak bertemu dengan Abian, hal itulah yang membuat Ruby merasa sangat kecewa.

   "Hallo Abi, Abian!" panggil Ruby terisak, ia kecewa karena Abian malah menutup begitu saja telepon darinya itu.

   Ruby semakin bertanya-tanya sebenarnya ada apa antara Kakaknya Romy dengan Abian itu hingga semuanya jadi begini.

   "Sudah Ruby, kamu jangan menangis. Nanti coba Oma bicara sama kakak kamu Romy, kenapa harus melarang Abian dekat sama kamu. Sudah sudah! Sekarang kamu tidur juga istirahat, biar kondisi kamu cepat pulih. Ya …," bujuk Bu Rahma menenangkan hati Ruby yang sedang kecewa.

  "Ruby gak ngerti Oma kenapa kak Romy mendadak berubah seperti itu. Selain mendadak melarang Ruby dekat dengan Abi, kak Romy juga jadi sering marah-marah gak jelas. Kesalahan kecil pun dia selalu permasalahkan, sebenarnya ada apa dengan kak Romy?" ucap Ruby tak mengerti.

  "Iya … Oma pun merasakan perubahan itu pada diri kakakmu. Apa dia ada masalah dengan perempuan? Tapi setahu Oma, kakakmu sedang tidak dekat dengan perempuan manapun. Bukankah kamu tahu, Oma selalu menyuruh kakakmu itu untuk segera mencari calon pendamping hidup. Oma lebih tenang jika melihat kakakmu itu sudah menikah, lagi pula usianya sudah cukup untuk menikah tapi dia selalu beralasan belum ada perempuan yang cocok untuk dirinya. Padahal banyak perempuan yang datang mengejar-ngejarnya," jawab Bu Rahma panjang lebar.

  "Tapi seingat Ruby, perubahan sikap kak Romy mulai terlihat sejak dia mengantar Ruby menjenguk Abi ke rumahnya waktu Abi sedang sakit saat itu. Kak Romy tiba-tiba memaksa mengajak Ruby untuk segera pulang, padahal sebelumnya dia baik-baik saja," ucap Ruby mengingat lagi kejadian dua minggu ke belakang.

  "Ya Ruby baru sadar, sepertinya kak Romy berubah setelah bertemu dengan kak Mona, kakaknya Abian! Ruby yakin jika ini pasti ada kaitannya dengan perubahan sikap kak Romy jadi seperti itu!" ucap Ruby merasa baru teringatkan.

  

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!