Arumi hanya memutar-mutar sendok makan sambil mulut berkomat-kamit.
"Hey ... di makan, jangan cuma di putar saja. Itu harganya hampir satu setengah juta."
Dor.
Meletus balon hijau di jantung Arumi.
"Sa--tu-- juta setengah ?" gagap nada bicaranya.
Nathan mengangguk pelan sebelum ia tertawa renyah.
"Anda berbohong pada saya bos Nathan ?" tatapan Arumi menghunus sampai ke jantung Nathan.
Tatapan itu kenapa sama persis dengan wanita malam kelam itu, wanita yang telah mengambil per jakanya dan ia tinggalkan begitu saja tanpa ada apa-apa setelahnya.
"Sama sekali tidak ada kebohongan disini, coba kamu tanya saja pada waiters itu." Sambil menunjuk ke arah waiters yang hendak menghampiri mejanya.
"Tidak perlu, saya percaya," ketus dan ia memakan dengan lahap tanpa banyak berbicara.
'Kenapa ada wanita seperti ini, aneh sih ... tapi lucu juga di tambah lagi dia juga pintar. Tidak ku sangka jika wanita yang tidak memiliki latar belakang ini pintar, eeiittss ... apa yang sedang kamu pikirkan Nathan ... sadar dan ingat, bahwasanya kamu di larang kagum apalagi memuji-muji wanita selain mamanya. Sebab beliaulah yang berjasa dan peduli terhadapku saja, sedangkan untuk Claudia ku pikir dia wanita baik nyatanya aku salah.' Nathan melamun cukup lama dan Arumi melihat Nathan perlahan-lahan, apa yang sedang di pikirkan Nathan.
Arumi menepuk jidatnya, ia hampir lupa jika Nathan si bos galaknya sedang patah hati.
"Bos, makanan saya sudah habis. Saya boleh pulang?" tanyanya yang sudah mengenakan kembali tas selempang nya.
Nathan menatap tajam. "Tidak!" jawabnya ketus.
Memang ya orang patah hati itu selalu begini, kalau perempuan ia akan segera lupa lalu berdandan cantik untuk menjerat pria-pria selanjutnya sedangkan laki-laki di fase terpuruk susah move on bahkan untuk cari wanita lagi ia akan kesulitan bahkan yang lebih parahnya ia tidak akan memperbaiki diri justru lebih parah.
Tapi tidak semua demikian ya ... ada beberapa yang justru perbaikan diri terus menerus dari segi tampilan dan finansial juga begitu juga perempuan.
"Lah kenapa tidak, bukannya saya hanya anda suruh menemani anda makan dan minum saja. Inikan sudah saya laksanakan, kurang apa lagi bos Nathan ?" sudah malas berdebat lagi dengan Nathan.
"Kurang satu!" dingin dan sedikit mengintimidasi.
Cegluk.
Arumi merasakan paham dengan apa yang dimaksud oleh Nathan, apa jangan-jangan Nathan menginginkan diri ini? mana mungkin setampan dan sekaya Nathan suka dengan perempuan rendahan yang dengan suka rela menyerahkan mahkota nya secara cuma-cuma pada orang yang tidak dikenalnya kala itu.
"Aku mohon ... jangan... jangan ...." Tanpa Arumi sadari traumanya masih melekat kuat dalam ingatannya, namun sedetik kemudian kejadian itu mengingatkannya pada kenikmatan yang luar biasa.
Blus.
Wajahnya memerah di hadapan Nathan.
"Hey ... ada apa dengan mu, barusan teriak-teriak bikin malu tapi sedetik kemudian wajahmu memerah. Kamu gila ya?" tegasnya.
Semua orang memandang ke arah meja Arumi dan Nathan.
Arumi melebarkan kedua matanya dan langsung menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya, betapa memalukannya hari ini, sudah jatuh tertimpa tangga pula.
"Siapa yang gila, bos mungkin yang gila. Baru juga hari ini jadi bos tapi belagu banget, padahal awal saya daftar itu Bu Ningrat yang nanganin. Eh ... tau taunya saat kerja malah anaknya yang belagu yang datang!" menjawab dengan berani.
Bragh.
"Saya pecat kamu hari ini juga." Amarah nya memuncak sambil menunjuk-nunjuk Arumi.
Perlahan-lahan bentakan itu merasuk pikirannya, ia merasakan matanya mulai gelap dan ...
Brugh.
Arumi pingsan di restoran, orang-orang segera membantu Arumi begitu juga dengan Nathan. Ia tidak mau menggendong apalagi menyentuh area-area yang bukan haknya, kecuali malam sial itu, entah wanita seperti apa yang ia tiduri namun sekelebat bayangan seperti Arumi wajahnya namun bedanya wanita malam itu berdandan ala wanita bayaran sedangkan untuk Arumi sama sekali tidak ada polesan make up yang mencolok apalagi menggoda mata laki-laki.
"Segera masukkan ke mobil saya." Nathan membuka pintu mobilnya, sedikit ada rasa kasihan namun dirinya harus tau bahwa perbedaan dirinya dan Arumi jauh sekali.
Sesampainya di rumah sakit Nathan segera memanggil suster untuk menangani Arumi.
"Tolong cepat ya, dia tiba-tiba pingsan tadi di restoran." Ucapnya menatap brangkar tempat Arumi berbaring tak sadarkan diri.
Nathan melihat wajah pucat Arumi, apakah dia shock setelah di pecat jadi pikirannya kemana-mana untuk mengganti makanan yang ia habiskan tadi.
Dokter segera menangani Arumi yang masih dalam keadaan tidak sadar kan diri, semua di cek termasuk kondisinya. Setelah selesai mengecek di pastikan ada perkembangan janin dalam perut Arumi.
Suara handle pintu terbuka dan Dokter mendekati Nathan.
"Selamat tuan ... istri anda sedang mengandung saat ini."
Dor
Jantung Nathan berhenti berdetak, karyawan barunya hamil ... hamil ... apakah benar Arumi hamil ? pertanyaan itu terngiang-ngiang di pikiran Nathan.
"Ta ... pi," Nathan tidak melanjutkan perkataannya sebab Dokter tersebut menyuruh Nathan untuk segera menemui Arumi.
"Silahkan tuan masuk dan menemui istri tuan, nanti setelah cairan infus habis barulah boleh pulang." Diiring senyum dari balik masker medisnya.
Sudah tidak ada daya lagi, hari ini benar-benar hari tersial nya dalam sejarah hidupnya. Bagaimana tidak, mendengar langsung suara kekasihnya yang jauh disana ternyata sedang bersenang-senang dengan suara de sahan yang menggema di telinganya, lalu sekarang malah lebih heboh lagi pikiran dan hatinya.
'Kamu sebenarnya hamil dengan siapa Arumi ?' menatap wajah Arumi yang masih setia menutup matanya.
Namun perlahan-lahan ia mulai membuka matanya dan menatap ke arah langit-langit lalu ia menatap ke arah samping tempat Nathan menatapnya dengan tatapan tajam dan juga jijik.
"Kenapa anda menatap saya begitu?" hawatir dan takut membuat masalah, masalah uang 1 juta setengah saja belum tuntas di tambah lagi ia di pecat tadi terus sekarang di tatap begitu tajam oleh Nathan bosnya.
"Tidak usah berpura-pura sok suci dan tidak tau apa-apa, siapa ayah dari anakmu?" tanyanya to the poin.
Deg.
Arumi menatap Nathan tidak percaya, ia hamil saat ini.
"Em ... laki-laki itu ... sa--ya tidak tau!" jawabnya gugup.
"CK ... aku kira kamu beda dengan wanita itu, nyatanya sama saja. Murah meriah dan begitu gampang menyerahkan diri." Hinaan Nathan begitu kejam di telinga Arumi.
"Saya di jebak," membela diri.
"Tidak mungkin, lagian siapa yang mau menjebak kamu Arumi. Kamu saja tidak ada cantik-cantik nya di mata saya, apalagi di mata laki-laki lain." Berdecak pinggang.
"Memang saya di jebak bos Nathan, saya punya kekasih yang akan segera menjadi suami saya. Tapi ternyata saya terjebak di hotel yang entah siapa yang mengirim saya kesana, yang jelas saya benci tempat gelap itu apalagi dengan pria yang mengambil kesucian saya," memalingkan wajahnya.
Arumi sangat malu sekarang, ia hamil di luar pernikahan dan yang lebih parahnya ia tidak tau siapa laki-laki itu sebab saat itu semua gelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments