Nathan menatap tajam mamanya, sepertinya sang mama sedang merencanakan sesuatu untuknya.
Ia melambaikan tangannya di depan wajah sang mama." Ma ..., mama tidak sedang merencanakan sesuatu kan. Misalnya mencarikan Nathan calon istri seperti biasanya kan ma?"
Saking hafal nya dengan kebiasaan Mamanya yang mempertemukan dirinya dengan beberapa wanita untuk di seleksi jadi istrinya namun hasilnya nihil tidak ada satupun wanita yang mampu menggerakkan hatinya.
"Enggak ko'' sambil menggelengkan kepalanya , "mama cuma berencana untuk membuatmu sedikit ada pekerjaan lebih!" di iringi senyum di wajahmu yang mulai ada kerutan sebab usianya yang tak lagi muda, mengingat putranya kini berusia 30 tahun.
"Ma ... Nathan gak mau, mama tau sendiri kan jika Nathan itu orangnya mageran ma, gak bisa di ajak kerja yang ada usaha mama yang mama bangun dari nol ambruk di tangan Nathan." Berargumen sendiri sambil merengek pada mamanya.
Ningrat langsung menjewer telinga Nathan.
"Aduh ma ... sakit ma sakit," memegangi telinganya yang nyut-nyutan.
"Makanya jadi anak jangan bandel dan mageran." Melepas jeweran nya setelah puas melihat putranya kesakitan sambil memegang telinganya.
"Iya ma, gak akan bandel lagi. Nathan janji pada mama agar mama bahagia selalu menjalani hari-hari mama, dan soal perjodohan atau apapun yang menyangkut hal konyol dalam hidup Nathan mama jangan aneh-aneh, nanti kalau sudah ketemu dengan orang itu mama lihat dan cek sendiri mama suka atau tidak," tanpa sadar seolah-olah memberitahu sang mama jika dirinya ada calon pendamping.
Ningrat yang tadinya duduk langsung berdiri ketika mendengar Nathan berbicara demikian.
"Prok, benarkah nak ?" tersenyum bahagia sambil menari-nari. "AA ... baguslah nak, pada akhirnya putraku bisa suka dengan perempuan." Sedang berbangga diri.
"Tapi laki-laki," sahut Nathan.
Kretek.
Ningrat terperangah.
"Aa--pa?" setengah tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar.
Putra satu-satunya yang ia miliki ternyata menyukai sesama, yang artinya jeruk makan jeruk.
"Oh ... my God Nathan." Kepalanya di buat pusing oleh pernyataan singkat Nathan.
"Aa... ha ... ha ..., mama ini ada-ada saja. Mana mungkin Nathan ada perasaan dengan sesama Ma, jangan berpikir yang tidak-tidak," sambil merangkul kedua bahu Ningrat sang mama.
"Syukurlah jika tidak suka sesama jenis kamu, mama hampir pingsan gara-gara ulahmu. Siapa dia nak?" tanya Ningrat membuat Nathan gelagapan
Harus menjawab apa, kejadian malam itu begitu terasa cepat. Bahkan wajah gadis itu ia hampir lupa, selain itu ruangan hotelnya sangat gelap. Pasti sudah di rencanakan dahulu, atau jangan-jangan wanita itu sendiri yang merencanakannya.
"Awas saja, kamu " sambil menggertakkan giginya.
Plak.
"Kamu kurang ajar pada mama Nathan." Tegasnya menghunus relung hatinya.
"Eh, enggak ma. Sumpah Nathan gak bermaksud untuk kurang ajar pada mama, sampai membuat mama marah-marah," tanpa kesengajaan membuat Ningrat emosi sesaat.
.
Hari dimana 2 insan yang sudah lupa itu di pertemukan dalam satu lingkup pekerjaan tapi beda profesi, Nathan adalah pemilik sekaligus anak nyonya Ningrat orang terkenal dalam bidang kuliner masakan Nusantara dan beberapa makanan western juga ada di menu-menu restorannya, tapi tetap saja lidah asli Nusantara tetap menyukai masakan Nusantara yang kuat akan bumbu dan cita rasanya.
"Hey, kamu anak baru disini. Kemari." Tegasnya saat memerintah padahal jelas-jelas ia tak tau apa-apa tentang pengelolaan restoran tersebut, ia hanya berpura-pura berwibawa agar di segani pegawai yang berkerja di restoran mamanya.
Arumi menunjuk dirinya sendiri. "Sa--ya pak?" tanyanya dengan terbata-bata, takut salah dengar apalagi jika bukan dirinya yang ternyata di panggil.
"Iya ... kamu,siapa lagi di sini selain kamu anak baru!" jawabnya dengan ketus.
Arumi hanya menghela nafas pelan agar si bos baru di tempatnya hari ini berkerja tidak marah-marah, setau dirinya sang pemilik adalah seorang perempuan paruh baya namun sekarang yang ia temui ini siapa? putranya atau manager baru di restoran.
Arumi segera menyadarkan dirinya, sekarang tugasnya hanya satu yaitu patuh pada orang tersebut. Tidak mungkin karena kesalahpahaman menjadikan dirinya di ambang masalah yang lebih besar lagi kedepannya.
Hampir setengah hari ia di minta Nathan untuk mengerjakan pekerjaan yang jelas-jelas bukan pekerjaannya, untung ia memiliki otak yang encer kalau tidak pasti otaknya sekarang meledak menangani bos baru yang ternyata tidak bisa apa-apa.
"Kamu jangan membicarakan saya yang tidak-tidak dalam hatimu, jika saya tau saya pastikan besok kamu akan kesulitan bernafas bebas seperti sekarang." Masih ketus padahal pandangan matanya tak lepas dari pesona Arumi yang memang berwajah ayu nan cantik itu.
Kini ia malas harus bersikap lemah lembut terhadap orang yang ada di hadapannya sekarang, apa dengan merayu pria yang sepertinya bos bisa meluluhkan sikap arogannya tapi sebelum itu cek dahulu saja.
'Coba aja deh.' Sambil tersenyum-senyum ia menghayal akan sukses membuat orang yang sedang mengoceh di hadapannya diam.
"WOY" Nathan berteriak pada Arumi.
"Iya ... ada apa ?" sambil tersenyum tapi di paksakan.
Arumi bingung harus menghadapi satu manusia yang sedari tadi hanya bisa menyuruh-nyuruh dan membentak-bentaknya.
"Kenapa melamun, apa tidak ada pekerjaan ?" Nathan dengan arogan menyuruh Arumi, padahal Arumi sudah sangat lelah akibat Nathan yang menyuruhnya berkerja tanpa henti pagi ini.
"Sudah selesai, lihatlah!" menunjukkan pekerjaannya kepada Nathan.
Nathan menggaruk-garuk kepalanya.
"Ini apa?" menunjuk beberapa data-data pemasukan dan pengeluaran restoran ini selama beberapa bulan terakhir yang sudah selesai di kerjakan oleh Arumi.
'Gimana sih anaknya Bu Ningrat, masa gini doang gak paham atau pura-pura bodo* untuk mengecek aku doang?' menatap dengan lirikan penasaran dengan anak bosnya tersebut.
'Ekspresinya itu loh saat nunjuk data-data imut banget' masih cekikikan dalam hati di iringi dengan senyumnya.
Nathan memalingkan wajahnya saat ia tak sengaja menangkap mimik wajah Arumi yang bersemu kemerahan. Cantik sih namun ia sudah memiliki kekasih hati yang sedang mengejar impiannya menjadi chef terkenal dan handal dan ia ingin di akui dunia dan orang-orang tercintanya.
'Kapan ya Claudia kembali ke tanah air?' berangan-angan kembalinya sang pujaan hati.
Arumi yang merasa di asingkan kini beranjak pergi, pria setampan dan sekaya keluarga Aqlan mana mungkin tidak punya kekasih hati.
Setelah keluar dari ruangan tersebut Arumi seperti biasanya menyapa teman-teman kerja barunya, hari ini pertama ia berkerja dan sebisa mungkin ia harus berbaur dengan sesama karyawan di restoran milik Ibu Nigrat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments