"Kontrakan ini lumayan bagus, gak buruk banget. Apalagi banyak temannya juga." Aku tersenyum tat kala aku melihat begitu banyak tikus yang berkeliaran kesana kemari.
Suasana rumah ini jadi ramai saat aku mulai membersihkan satu persatu peralatan yang ada di tempat ini, tempat yang sebelumnya pernah di sewakan kepada orang lain yang tidak bertanggung jawab dan suka hidup kotor alias jorok, iuh .... pasti kalian membayangkan yang tidak-tidak bukan, sama aku juga mau muntah rasanya saat membersihkan tempat yang begitu kotor bin dekil.
Kepalaku sedikit merasakan pusing, mungkin sebab bau kontrakan yang harus segera di bersihkan. Bisa pingsan di tempat jika begini terus, apa penghuni yang lama perempuan ? atau anak remaja yang beranjak dewasa menyewa kontrakan ini, banyak sekali bekas makanan ringan.
"Ih ... jorok banget penyewa yang lama, bisa cacingan dan sakit kudis lama-lama tinggal di tempat ini, andai ... laki-laki bajingan itu." Arumi mengurungkan niatnya untuk mengata-ngatai Andy mantan kekasihnya beberapa hari yang lalu.
Walau bagaimanapun Andy sosok laki-laki idaman semua wanita yang mencintai nya, selain tampan ia juga baik terhadap wanita meski saat itu ia kecewa sebab malam kelam itu merubah keadaan kisah asmara yang telah bertahun-tahun di jalani bersama-sama baik suka maupun duka tentunya.
Tok tok tok.
Ketukan pintu mengejutkan Arumi yang tengah asik bersih-bersih sampai lupa waktu.
"Ya ampun, siapa lagi yang datang?" mengintip dari sebilah jendela.
Hanya waspada seseorang yang tidak di harapkan datang akan berkunjung kemari, di tambah lagi keadaan rumah masih acak-acakan.
Sedangkan orang yang berada di luar kontrakan menunggu sambil membawa tas yang berisikan buku dan gunanya untuk mencatat.
Ceklek.
Suara handle pintu terbuka dan Arumi melihat.
"Kenapa lama sekali dan hanya menatap saya begitu, kagum ya dengan kecantikan saya" ucapnya dengan menyombongkan dirinya.
Arumi menjadi kikuk, harus jawab jujur atau bohong. Tapi demi menyenangkan hati orang lain ia terpaksa berkata bohong.
"E ... he ... he ... iya buk, anda cantik sekali hari ini. Oh ya buk pemilik kontrakan, ada apa ya anda kemari? dan silahkan duduk buk" mempersilahkan duduk tapi tempat nya masih terlihat sangat kotor.
"Gitu dong dari tadi, pegel nih kaki berdiri di depan tadi!" ngomel-ngomel sambil mengelap kursi yang hendak ia duduki.
Banyak sekali data yang di tunjukkan oleh ibu pemilik kontrakan, bahkan ada yang masih punya hutang juga tercatat rapi.
" Apa kamu akan sama seperti penyewa sebelumnya?" Menatap tajam manik mata Arumi.
Arumi gugup saat di tatap oleh ibu pemilik kontrakan, tatapan sama seperti laki-laki waktu itu, meski tidak sepenuhnya ia dapat melihat wajah yang telah merenggut mahkotanya namun tatapan itu sama persis seperti yang ia lihat meski berbeda orang.
Arumi menepuk dahinya saat malam panas itu mulai merajalela di benaknya, berkali-kali pula ia memimpikan hal yang seharusnya tidak perlu di impi-impikan, tapi apa boleh buat semua telah terjadi dan berlalu dalam hidupnya meski sebagai masyarakat akan mencemoohnya saat mereka tau bahwa dirinya ini tidak sebaik apa yang mereka lihat.
Ibu pemilik kontrakan menatap tidak suka pada Arumi bahkan bibirnya saja sudah komat kamit.
"Hey ... Arumi, kamu masih menganggap saya ada tidak ?" tanyanya dengan ketus.
"Eh, iya buk. Ada apa, maaf buk saya tidak dengar!" menyengir kuda.
Ibu pemilik kontrakan mulai emosi.
"Sudahlah, kali ini saya maafkan tapi tidak untuk lain kali. Sana bersihkan dulu tempatnya, sayang buang-buang uang jika tempatnya masih kotor." Sambil mengibaskan kipas yang sedari tadi bertengger di tasnya.
Arumi bernafas lega.
Bisa-bisanya tadi ia berhayal yang tidak-tidak saat mengingat kejadian malam itu.
"Sial, apakah laki-laki itu masih mengingat percintaan semalam. Pastinya tidak mungkin, dari cara kelihaiannya saja sudah bisa di pastikan laki-laki itu sudah tidak perjaka lagi." Sambil memukul-mukul kepala nya agar sadar jika kejadian itu harus segera di lupakan, agar kedepannya menata hidupnya jadi lebih baik dari sebelumnya.
Sedangkan di tempat lain seorang laki-laki berperawakan tinggi tegap dan tampan sedang menyesapi wine yang berada di tangan kanannya sambil memikirkan kejadian panas 2 Minggu yang lalu.
"Siapa wanita itu, dan dimana wanita itu berada. Takutnya benihku di salah gunakan oleh wanita itu, jangan sampai wanita itu hamil anakku." Sorot matanya yang tajam mampu menembus gelapnya malam.
Saat tertimpa sinar rembulan, wajah gadis itu teramat cantik di tambah lagi suara de sahan nya yang masih terngiang-ngiang dalam ingatan.
Nathan menelpon seseorang untuk menyelidiki wanita itu, ia berharap wanita itu bisa di temukan secepatnya.
Puk.
Tepukan di pundak membuat Nathan terperanjat dari duduknya.
"Sial, bisa tidak jangan selalu mengejutkan ku?" nada dingin namun penuh dengan kasih sayang.
Seorang wanita paruh baya tersenyum saat melihat putranya marah namun masih sempat-sempatnya mencium dahi ibunya.
"Kamu begitu kasar dan arogan Nathan, bahkan dengan ibumu sendiri. Ya ... meski ibumu ini tidak melahirkan kamu secara langsung dari rahim ini." Bibirnya manyun.
Nathan merangkul kedua pundak ibunya, ibu yang telah membesarkannya dan menjadikannya laki-laki sempurna di mata semua orang yang mengenalinya bahkan juga yang tidak mengenalinya pasti tunduk.
"Ma ... jangan berbicara seperti itu, terkesan aku anak yang tidak berbakti dan tidak tau diri," masih bergelayut manja di belakang ibunya.
Beliau adalah Putri Ningrat Aqlan.
"Lah ..., bukankah dalam kenyataan kamu tidak berbakti pada ibumu. Kapan kamu akan berhenti bermain-main dengan wanita Nathan?" ia sampai di buat jengah oleh kelakuan Nathan yang sampai detik ini tidak berubah sama sekali.
"E ... he ... he ..., bukannya Nathan sengaja ma. Hanya belum ketemu yang cocok di jadikan ibu untuk anak-anakku ma, tidak mungkin kan ma jika Nathan mencari pendamping hidup asal-asalan. Apa jadinya coba kalau suka pada wanita yang tidak bisa di ajak berkerja sama dalam membina rumah tangga, bukankah begitu ma?" selalu saja memiliki alasan yang masuk akal.
Ningrat hanya mengangguk paham.
'Anak bandel ini, akan aku buat rempeyek jika berani bermain-main lagi. Lagi pula sudah waktunya ia memimpin usahaku, biarkan dia tidak suka tapi secara perlahan akan aku buat ia suka dengan usaha mamanya dalam bidang kuliner.' Ningrat berencana sambil menatap Nathan.
Banyak sekali anak cabang dari usaha kuliner miliknya, bahkan di pulau Jawa saja sudah menyebar dimana-mana ada sekitar 10 cabang dan semua omsetnya ratusan juta perbulan, kini Ningrat sudah tidak bisa selalu mengecek kondisi tempat usahanya satu persatu seperti dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments