Nathan menatap dirinya di pantulan kaca tempatnya berkerja sambil memperbaiki tatanan rambut dan pakaiannya, barusan Claudia memberitahu bahwa dirinya akan menelponnya sebentar lagi.
"Senang nya kekasih hati akan telepon." Terus memasang wajah gembira.
Namun yang di tunggu-tunggu tetap saja tidak kunjung menelponnya.
"Apa aku telpon dulu saja ?" ia segera meraih ponselnya.
Ia menekan ikon-ikon yang berada di ponselnya dengan penuh semangat dan kebahagiaan, namun.
Tut ... tut ....
"Hanya memanggil?" rasa kecewa di dadanya teramat perih, begini saja hatinya menjadi cengeng kembali.
Sedetik kemudian tulisan memanggil itu menjadi berdering, hatinya berbunga-bunga ketika melihatnya namun saat ia melihat justru hanya langit-langit kamar yang terlihat jelas di ponselnya.
"Clau ... kamu dimana sayang?" Nathan bertanya-tanya perihal kekasihnya berada dimana.
Hanya suara desah an yang Nathan dengan dari ponselnya, dan suara ini jelas-jelas suara Claudia tapi entah dengan siapa suara itu yang jelas Nathan di buat penasaran dengan tingkah laku kekasihnya yang jarak jauh dengannya saat ini lebih tepatnya sudah 3 tahun menjalani LDR.
Arumi sedang membersihkan meja untuk para tamu yang akan silih berganti, hari pertama berkerja harus penuh semangat meski hampir setengah hari punggung dan jari jemari cantiknya dibuat pegal-pegal oleh bos baru yang tidak bisa apa-apa.
'Uh ... mana pantas di panggil bos kalau kerjaan sederhana saja tidak bisa, apa mungkin anaknya Bu Ningrat itu gak sekolah? rasa-rasanya mustahil jika ia tak berpendidikan.' Saking penasaran ia bergegas dan mengendap-endap kembali menuju ke ruangan tempatnya Nathan bersembunyi dari keramaian pengunjung.
Cklek.
Deg.
Jantung Arumi berdetak kencang saat tanpa sengaja bertatapan langsung dengan Nathan, tampan dan sangat tampan ia pantas di juluki bos tampan kaya raya tanpa usaha. Tapi ... tatapannya sangat dingin bahkan lebih dingin dari sebelumnya.
Nathan bergegas menghampiri Arumi. "Temani saya minum sekarang." Tanpa basa basi Nathan menarik pergelangan tangan Arumi dan semua karyawan di tempat itu menyaksikan kejadian tersebut tanpa ada yang berkedip.
"Ta--pi, bos saya sedang berkerja sekarang," sambil memberontak.
Namun hasil memberontak nya sia-sia dan membuang-buang tenaga saja, cengkraman kuat Nathan menembus sampai ke tulang paling dalam.
Apa jangan-jangan bos baru datang ada kaitannya juga dengan anak baru, di benak mereka bertanya-tanya perihal tersebut.
"Eh, kamu sadar gak sih kalau anak baru itu sengaja deket-deket sama anaknya Bu Ningrat. Pasti pakai guna-guna tuh perempuan." Ucapnya menohok pada Arumi, tapi arumi yang berusaha menyelamatkan dirinya hanya mampu menelan kata-kata yang baru saja melintas di daun telinganya.
Tarikan itu semakin kencang tat kala masuk ke dalam sebuah mobil.
Bragh.
"Semua wanita sama saja, bahkan wanita yang pernah mengambil per jakaku." Ucapnya mulai merancau kemana-mana.
Arumi hanya mengedipkan matanya berkali-kali, bingung dengan arah pembicaraan Nathan.
"Eh ... stop ... stop ...," menghentikan Nathan. "Sepertinya anda salah sasaran tuan muda Nathan, kenapa ya jadi saya yang kena imbasnya ya. Padahal jelas-jelas anda sedang marah dengan seseorang, kenapa saya yang jadi kena sih?" tidak suka dengan sikap Nathan yang semena-mena, mentang-mentang orang kaya.
Nathan tersenyum devil.
"Kamu jangan pura-pura lupa tentang malam itu, oh ya temani saya minum sampai ma bok." Perintahnya tidak dapat di ganggu gugat.
Arumi terpaksa mengangguk dan perkataannya barusan itu ia anggap angin lalu, sebab saat ini menemani orang patah hati lebih penting dari pada nanti dirbun dan bikin masalah.
"Iya...," dengan malas ia mengiyakan.
Sesekali merasakan naik mobil mewah bermerek begini, ternyata sejuk juga pikir Arumi yang menikmati perjalanannya meski dengan perasaan cemas sebab Nathan melajukan mobilnya dengan kencang, hawatir membahayakan dirinya dan orang lain kalau Nathan yang celaka ya terserah sebab dirinya sendiri yang setor penyakit.
Wajah masam Nathan terus seja bertengger di mimik wajahnya, tidak ada senyum apalagi suara dan lain sebagainya.
'Nih orang kenapa sih, broken heart atau mengetahui sang kekasih di pelukan orang lain ?' hati Arumi bertanya-tanya sambil mencuri-curi pandang ke Nathan.
"Jangan lirik-lirik, kamu mau mata kamu yang gak seberapa besar dan banyak saya congkel?" di iringi dengan tatapan penuh ancaman.
Arumi menggeleng cepat, dunia ini masih banyak yang belum ia jelajahi termasuk pernikahan dan memiliki anak-anak yang lucu dan imut.
"E ... he ... he ..., bos jangan marah-marah. Nanti gantengnya ilang, tuh makanan sudah sampai serta minuman pesanan bos Nathan !" cengengesan dan berusaha mengalihkan pembicaraan.
Ternyata menemani orang broken heart itu sudah sekali, ia jadi teringat tentang almarhum kakeknya yang sama persis seperti Nathan yang saat itu broken heart juga dan emosinya meledak-ledak.
"Kamu tau tidak?" sambil menunjuk-nunjuk Arumi dan Arumi hanya menggeleng tidak paham. "Jawab dong." Seperti anak kecil.
"Jawab apa bos Nathan, saya tidak ada jawaban untuk perkataan bos Nathan barusan," Arumi memutar bola matanya dengan malas.
"Dasar wanita dimana saja tempatnya sama saja, egois dan tidak mengerti maksud laki-laki yang mengajak nya berbicara." Marah-marah tidak jelas.
Arumi hanya menghela nafas berkali-kali, baru juga berkerja hari ini tapi masalah terus menerus terjadi padahal dirinya tidak melakukan kesalahan apa-apa, apalagi punya bos baru yang super nyebelin.
"Huh ... salah lagi kan, sebenarnya si bos ini masih waras gak sih. Marah-marah gak jelas dan gak cerita apa-apa lagi?" bergumam namun masih terdengar jelas di telinga Nathan.
"Saya dengar ya perkataan kamu barusan, kamu pikir saya bu dek apa!" mengomel lagi.
Arumi ingin teriak sekarang.
"Aaaa ...., dasar bos menyebalkan. Sana makan dan minum sendiri, saya ogah nemenin bos lagi. Ca ... pek." Mengibaskan rambutnya yang tergerai kedepan.
"Hey ... mau pergi ke mana kamu Arumi, awas saja jika kamu berani melangkah satu langkah saja, siap-siap kamu akan kehilangan pekerjaan kamu Arumi," menunjuk-nunjuk Arumi.
Senjata saat ini hanya pekerjaan, di lihat-lihat dari riwayat hidup Arumi terlihat jelas jika gadis itu sedang butuh sekali pekerjaan mengingat di kota besar sangat mahal biaya hidup belum lagi untuk keperluan mendadak.
Deg.
Duit.
"Baiklah saya tidak jadi pergi, jadi pak bos bisa tidak mengurungkan perkataan pak bos barusan yang ingin memecat saya lantaran saya hendak meninggalkan pak bos padahal jelas-jelas pak bos yang menyuruh saya untuk menemani pak bos hari ini." Sedikit menunjukkan ekspresi kasihan dan tertindas namun terkesan imut dan menggemaskan.
Cegluk.
Nathan menelan salivanya saat menangkap sosok Arumi yang masih saja setia dengan senyum manisnya, tentang Claudia ia hampir lupa dengan apa yang ia dengar tadi siang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments