Julian memperhatikan Aghnia dengan seksama. Seulas senyuman di berikan Julian kepada Aghnia ketika secara sembunyi-sembunyi gadis berkacamata itu melirik nya dari bahu Meta.
Julian bahkan tak menghiraukan keributan yang dibuat oleh Rey dan Meta yang semakin menjadi.
Aghni yang merasa di perhatikan oleh Julian dengan seksama itu pun akhirnya semakin menarik ujung tas Meta seraya berbisik untuk menyudahi pertengkaran nya dengan Rey.
"Apaan sih Nia!. Nih manusia kalau nggak di labrak nggak bakal kapok!" Sentak Meta yang membuat Aghnia terjengkit terkejut karena terimbas amarah Meta.
"Ini peringatan terakhir buat Lo ya Kak Rey. Gue tau umur Lo lebih tua dari kita kita secara Lo tuh murid abadi di sekolah. Tapi Gue nggak takut karena Lo udah keterlaluan selalu menghina Aghnia padahal Dia nggak pernah ngusik hidup Lo!" Cecaran Meta membuat Julian mengalihkan pandangan nya kearah Rey yang memasang wajah pura-pura tak tahu kepada Julian.
"Ehm"
Dehaman Julian membuat Meta menghentikan omelan nya lalu menatap tajam kepada Julian yang dehaman nya mengganggu omelan nya kepada Rey.
Setelah melihat wajah Julian yang tampan membuat amarah Meta langsung menghilang.
Rey dan kawan kawan nya bahkan menatap tak percaya kepada Meta yang langsung merubah wajah galak nya menjadi wajah manis.
Dan hal itu membuat Julian melemparkan senyuman nya kepada Meta hingga membuat gadis itu salah tingkah.
"Eh maaf Om" Rey mencembik kesal mendengar suara Meta yang di buat selembut mungkin kepada Julian.
Aghnia dan teman-teman Meta yang tengah kerja kelompok itu pun menggelengkan kepala nya melihat tingkah Meta yang garang langsung berubah manis ketika melihat Julian.
"Saya mohon maaf sudah ketenangan Om menikmati makan siang di Cafe ini" Ucapan Meta membuat Rey memasang wajah ingin muntah kepada Meta yang langsung di balas Meta dengan tatapan tajam nya kepada Rey.
"Justru Saya yang harus minta maaf karena ulah adik Saya yang mengganggu teman Kamu" Ucap Julian lembut dengan suara bariton nya yang membuat Meta semakin salah tingkah.
Kedua bola mata Meta membulat ketika menyadari ucapan Julian yang mengatakan kalau Rey adalah adik nya yang berarti pria dewasa nan tampan dan bersuara khas pria dewasa itu adalah pemilik Cafe yang tengah mereka singgahi untuk belajar kelompok hari ini.
"Maaf Kak, Kami nggak tau kalau Kakak itu kakak nya Kak Rey" Ucap Meta selembut mungkin bahkan gadis itu langsung merubah panggilan Om menjadi Kakak kepada Julian, dan hal itu pun membuat Rey memasang kembali wajah penuh kemenangan karena Julian mengakui nya sebagai adik nya.
"Jadi Rey selalu menghina teman Kamu?" Wajah sumringah Rey langsung berubah muram ketika Julian melontarkan pertanyaan yang di angguki Meta dengan cepat dan penuh semangat.
"Iya Kak. Kak Rey itu selalu menghina Aghnia" Balas ucap Meta yang kembali menatap tajam Rey.
"Aghnia?" Meta mengangguk lalu menarik tubuh Aghnia yang masih setia berdiri di belakang Meta.
Aghnia menolak ketika Meta memaksa berdiri disamping nya dan berhadapan dengan Julian yang kini bisa melihat dengan jelas Aghnia.
"Ini Aghnia Kak, Kak Rey selalu saja mengganggu nya. Mengatai nya cupu juga jelek" Ujar Meta seraya menatap tajam Rey yang juga tengah menatapnya dengan tajam.
Julian kembali menyunggingkan senyuman kepada Aghnia ketika mereka bertemu pandang.
"Maafkan sikap juga tingkah laku Rey kepada Kamu selama ini." Aghnia menganggukan kepala nya pelan tak berani bertatapan dengan Julian yang masih terus menatap Aghnia.
Entah mengapa ketika pertama kali melihat Aghnia, Julian seperti terlempar kembali ke masa di saat Dia berusia 14 tahun saat berlibur ke kampung halaman sang Bunda.
Disana dia bertemu dengan seorang gadis kecil berusia 3 tahun yang tiba-tiba memberikannya pelukan ketika dia tengah duduk termenung meratapi nasib nya setelah melihat sang Bunda menangis menceritakan kehidupan nya bersama sang Ayah kepada Kedua orang tua nya.
Flash Back Julian
"Aa apa?" Pertanyaan itu justru membuatku menangis. Usapan dari tangan mungil nya di pipi ku semakin membuat tangisan ku menjadi.
"Aa nda oye angis" Kali ini usapan tangan mungil itu menghapus air mata ku.
"Anji ndak angin agi" Aku mengangguk menjawab pertanyaan gadis kecil yang sepertinya berusia tak jauh beda dengan adik ku Rey.
Cantik. Ya gadis kecil itu sangat cantik. Memiliki kulit putih bersih dengan kedua bola mata bulat berwarna coklat nan indah hingga membuat siapapun yang menatap nya merasakan keteduhan dan kenyamanan.
Rambut sedikit ikal dengan warna sedikit kecoklatan membuat kecantikan nya semakin terlihat.
"Astaghfirullahalazim" Aku bergumam ketika merasakan ada yang berbeda dengan perasaan ku ketika berhadapan dengan gadis kecil yang kini tengah duduk di pangkuan ku.
"Aa Ia au ecim" Aku tersentak ketika gadis kecil itu merengek sambil menunjuk kearah sebuah warung yang berada tak jauh dari tempat ku berteduh meratapi nasib.
"Siapa nama Kamu?" Tanya ku mengusap lembut surai gadis kecil yang kini sedang ku gendong setelah memberikan nya sebuah es krim corn coklat.
"Ia." Jawab nya sambil menikmati es krim yang ku belikan dalam perjalanan pulang menuju rumah gadis kecil itu.
"Nama kakak Julian" Aku memberitahukan namaku kepada gadis kecil itu namun seperti nya gadis yang belum pandai bicara itu hanya bisa memanggil nama belakang ku saja.
"Aa Ian au" Aku menggeleng ketika tangan kecil nya menyodorkan es krim yang tengah di nikmati nya.
"Buat Ia aja" Tolak ku.
"Neng" Tiba-tiba seorang pria ingin merebut gadis kecil dari gendongan ku dan ku tahan bahkan membuat kami saling tarik menarik tubuh kecil Ia.
"Ayah" Aku pun segera melepaskan gendongan ku kepada Ia dan menyerahkan gadis kecil itu kepada pria yang di panggil Ayah oleh Ia.
"Astaghfirullah Neng. Neng dari mana Ayah sama Ambu nyariin Neng" Ucap Ayah Ia khawatir.
"Aa Ian beyi ecim uat Ia Yah" Ayah Ia menciumi pipi gembul putri cantik nya itu dengan gemas lalu melihat kearah ku yang tengah malu karena tadi menahan nya untuk tak mengambil Ia.
"Maaf ya Aa. Neng pasti maksa Aa buat belikan Es krim" Ucap Ayah Ia lalu menyerahkan selembar uang pengganti es krim yang Aku belikan buat Ia.
"Oh tidak usah Pak. Saya ikhlas kok" Tolak Ku setika Ayah Ia menyodorkan uang kepada Ku.
"Alhamdulillah, terima kasih ya Aa. Neng udah bilang makasih ke Aa?" Ayah Ia menggantung ucapan nya.
"Ian Pak. Panggil saja Saya Ian" Ucap Ku.
"Udah bilang makasih sama Aa Ian?" Ia mengangguk masih terus menikmati es krim dalam gendongan Ayah nya.
"Saya baru lihat Kamu di sekitar sini" Tanya Ayah Ia dalam perjalanan.
"Saya dan Ibu juga adik sedang berlibur kerumah Nenek Pak" Jawab Ku yang di angguki oleh Ayah Ia yang bernama Andi.
"Oh Kamu anak nya Teh Laras?. Cucu nya Abah Dayat?" Aku mengangguki pertanyaan Pak Andi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Anita noer
oh ketemu pas kcil y....doain jodoh
2023-07-07
0