Jam sudah menunjukkan angka pukul 6 pagi, namun masih belum juga tampak barang hidung Rey adik semata wayang Ku.
Bunda sudah berkali-kali mengetuk pintu kamar Rey, namun remaja itu masih belum juga keluar dari kamar nya.
Bahkan sahutan panggilan Bunda pun tak dijawab nya.
"Kebiasaan udah kaya Kebo saja anak itu!" Aku menggerutu seraya berjalan menuju kamar nya.
Bruk
Bruk
Bruk
"Rey bangun!" Teriak Ku sambil terus menerus mengetuk pintu kamar nya, dan lagi-lagi tak terdengar balasan dari dalam kamar adikku.
Aku mendengus dengan kesal. Bukan ketukan lagi yang kuberikan di pintu nya namun gedoran pintu hingga pintu itu pun nyaris terdobrak kalau saja sang empu nya kamar tidak membuka pintu kamar nya.
"Sabar Bang, nggak usah dorong dorong pintu juga, kalau rusak pintu nya gimana Bang"
Wajah bantal lengkap dengan penampilan berantakan khas bangun tidur menghiasi penampilan adik ku ketika membuka pintu.
WaTaDos yang di tampilkan nya membuat telunjuk tangan kanan ku menoyor dengan kesal kening adik yang sial nya paling Aku dan Bunda sayang.
"Biar aja rusak kalau perlu Abang bongkar tuh pintu kamar biar di ganti sama hordeng aja, supaya kalau Bunda bangunin Kamu langsung di siram air nggak usah ketuk apalagi gedor pintu!" Ucapku kesal sambil berkecak pinggang membuat cengiran di wajah Rey berubah menjadi ketakutan.
"Jangan ngelunjak Kamu. Udah siang nih. Mana nggak sholat shubuh mau jadi apa Kamu hah?" Sentakku yang di balas cengiran khas Rey.
"Iya Bang Iya. Ini Rey juga mau mandi lalu sholat" Aku kembali menoyor kening si bungsu namun kembali hanya cengiran yang di balas nya.
"Udah siang. Mau sholat shubuh atau sholat dhuha hah?"
"Abang nggak mau tau, kalau besok Kamu masih kaya gini juga. Abang tarik motor Kamu dan Abang akan tarik semua fasilitas Kamu termasuk Abang pangkas 3/4 persen uang jajan Kamu!" Ancam Aku hingga membuat Rey menggelengkan kepala lengkap dengan tatapan memohon nya.
"Jangan Bang, Iya Rey janji besok nggak gini lagi. Mulai hari ini Rey bakal jadi anak rajin yang sholeh walaupun Rey bukan anak Pak Sholeh"
Pletak
Rey meringis kecil ketika ucapan nya selesai langsung ku sentil kening.
"Buruan mandi!" Titahku yang langsung membuat nya bergerak berlari menuju kamar mandi yang berada di dekat dapur.
"Astaghfirullah Rey. Ish jorok Kamu mah!" Terdengar teriakan Bunda ketika alarm si bungsu terdengar sepanjang pelarian nya menuju kamar mandi.
"Maaf Bunda, kebelet!" Aku kembali menggelengkan kepala melihat ulah Rey yang memancing teriakan Bunda yang tengah merapikan sarapan Kami.
"Biar Abang yang bawakan Bun"
Bergegas Aku pun membawakan dua buah piring berisikan nasi goreng yang sudah selesai Bunda buat, sementara Bunda membawa sebuah piring berisikan nasi goreng lain nya.
"Bang" Bunda memanggil pelan sambil mendudukkan tubuh nya di kursi makan.
"Iya Bunda" Aku membalas panggilan Bunda.
Terlihat keraguan di wajah Bunda, seperti hendak mengucapkan sesuatu namun takut membuatku tersinggung atau marah.
"Ada yang mau Bunda tanyakan?" Tanyaku melembutkan ucapan.
Bunda menghela nafas pelan lalu melihat ku dengan tatapan penuh kelembutan.
"Kapan Kita ke rumah Aisyah?"
Deg
Pertanyaan Bunda membuatku tersentak. Aisyah. Sebuah nama yang selama hampir dua tahun ini selalu Bunda sisipkan ketika Aku pulang menjenguk Bunda dan Adik ku.
Aku mendudukkan diri di lantai sebelah kanan Bunda. Dengan pelan Aku mengusap lembut tangannya yang mulai terlihat keriput di makan usia.
"Abang dan Aisyah nggak ada hubungan apa-apa Bunda. Jadi Kita nggak akan pernah pergi ke rumah Aisyah"
Terdengar helaan nafas Bunda pelan, dan meminta ku untuk bangun dan duduk di kursi yang berada di disamping nya.
Aku pun mendudukkan tubuh di kursi yang berada di samping kanan Bunda.
"Lho bukan nya Abang dekat dengan Aisyah?" Aku menggelengkan kepala menjawab pertanyaan Bunda.
"Kak Aisyah itu hampir dua atau tiga kali seminggu datang ke rumah Bang. Maka nya Kami pikir Abang mempunyai hubungan istimewa dengan Kak Aisyah"
Ucap Rey yang sudah rapi mengenakan seragam nya. Seperti nya anak ini hanya mandi cowboy yang hanya mencuci muka dan gigi nya saja karena ruangan yang tadi nya harum masakan Bunda kini berubah dengan bau parfum yang menyengat.
"Jorok banget Kamu Rey. Nggak mandi!" Kembali Aku menoyor kening Rey yang lagi-lagi hanya bisa nyenggir dan menikmati sarapan.
"Mandi Bang tapi express" Bunda terlihat menggelengkan kepala nya mendengar jawaban Rey.
"Bener Abang nggak ada hubungan sama Kak Aisyah?" Tanya Rey di sela menikmati sarapan nya.
" Nggak. Abang juga nggak pernah temuin Dia kalau Dia ke Cafe. Biar nanti Abang ngomong sama Aisyah supaya nggak kerumah lagi agar Kamu dan juga Bunda nggak salah paham dengan hubungan Abang dan Aisyah". Rey dan Bunda menganggukan kepala mereka pertanda menyetujui ucapan Ku.
"Oh iya Bang. Nanti Rey sama temen-temen mau mampir ke Cafe ya ada tugas kelompok" Aku hanya menganggukan kepala sambil mengenakan helm setelah pamit dengan Bunda untuk ke Cafe.
"Diskonan nya jangan lupa ya Bang" Aku berdecak kesal mendengar ucapan Rey yang terbawa angin ketika setelah pamit dan mencium punggung tanganku Dia melajukan motor sport nya meninggalkan halaman rumah.
Aku pun bergegas menaiki motor matic kesayangan ku menuju Cafe milik ku yang ada tidak jauh dari sekolah Rey.
Sesuai dengan apa yang Rey ucapkan saat akan berangkat sekolah. Tepat pukul satu siang Rey dan beberapa teman nya datang ke Cafe.
Terdengar suara Rey seperti sedang mengejek seseorang, membuat ku beranjak dari dapur untuk menghampiri Rey yang tengah berdiri tak jauh dari meja yang berisikan beberapa remaja perempuan yang terlihat merasa terganggu dengan sikap Rey kepada salah seorang rekan mereka.
"Ada apa ini?" Tanya ku saat melihat seorang remaja perempuan berdiri menantang di hadapan Rey.
Sontak Rey terkejut melihat ku yang sudah berada di hadapan nya. Beberapa teman Rey yang mengenalku menganggukan kepala nya menandakan memberi salam dan kuacuhkan hal itu, karena apa yang kulihat saat ini lebih menarik bagiku.
"Nggak ada apa-apa Bang. Cuma lagi ngobrol aja" Ujar Rey dengan nada ketakutan.
"Pala Lo ngobrol!" Rey mendelik ketika dengan tanpa permisi telunjuk kanan remaja putri yang berdiri di hadapan Rey menoyor kening Rey dengan cukup kencang.
"Eh yang sopan Lo sama Gue!" Bentak Rey tak terima.
"Eh Elo yang sopan sama temen Gue!" Bentak gadis itu tak mau kalah. Bahkan kini kedua nya sudah saling menantang dengan saling berkecak pinggang.
"Udah Meta, malu di liatin orang" Aku mengalihkan perhatian ku kearah suara yang sangat lembut melintas di telingaku.
Seorang gadis berkacamata tebal sedang berdiri di samping gadis yang tengah menantang Rey menarik narik ujung tas si gadis penantang Rey.
Aku menyunggingkan senyuman ketika gadis berkacamata itu melihat kearah ku sebelum akhir nya Dia menundukkan kepala nya ketika tatapan kami bertemu sesaat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments