Bab 5 Tanggung Jawab

Dua ruangan operasi tengah sibuk menyelamatkan kedua korban kecelakaan yaitu Rey dan Pak Andi Ayah Aghnia.

Meta yang sudah tiba di rumah sakit pun langsung menemani Aghnia menunggu operasi Pak Andi dengan khawatir.

Hal yang sama pun terjadi dengan keluarga Rey. Bunda Laras, Ibu Rey juga tengah menunggu dengan cemas operasi sang putra dengan di dampingi Julian.

Bu Laras melihat kearah Aghnia yang masih terlihat menangis dalam pelukan Meta, membuat perasaan Bu Laras sangat bersalah karena Putra bungsu telah membuat seorang gadis berada di dalam posisi tersebut.

"Bang" Julian menjawab panggilan Bu Laras dengan gumaman lembut.

"Apa gadis itu putri korban yang di tabrak Rey?" Julian mengangguk pelan seraya menatap Aghnia yang masih menangis.

"Kita kesana ya Bang" Pinta Bu Laras yang kembali diangguki Julian.

Julian dan Bu Laras pun berjalan menghampiri Aghnia. Dengan lembut Bu Laras mengusap pucuk kepala Aghnia hingga Aghnia pun mengangkat kepala nya melihat kearah Bu Laras yang tengah menatap nya dengan penuh rasa bersalah.

"Maafkan Rey sayang" Tangis Aghnia semakin pecah ketika mendengar ucapan Bu Laras.

Bu Laras pun mendudukan tubuh nya di samping Aghnia lalu memeluk tubuh gadis cantik itu menggantikan posisi Meta.

Meta menatap tak percaya kalau musuh bebuyutannya itu memiliki seorang ibu yang cantik dan lemah lembut, serta seorang kakak laki-laki yang tampan dan ramah, sungguh berbanding terbalik dengan sikap menyebalkan Rey selama ini.

Julian mendudukkan tubuh nya di samping Bu Laras merangkul bahu sang Bunda dengan tangan kanan nya yang panjang hingga mengenai punggung Aghnia yang tengah berada dalam pelukan sang Bunda dan mengusap punggung Aghnia dengan lembut seolah membantu menguatkan Aghnia agar bersabar dalam musibah yang tengah mereka hadapi saat ini.

Kedua ruangan operasi terbuka bersamaan, bersamaan dengan itu pula Aghnia, Bu Laras, Julian serta Meta pun berjalan menghampiri kedua dokter yang keluar dari ruangan operasi yang berbeda.

"Bagaimana keadaan keluarga Kami Dok?" Julian bertanya kepada kedua dokter mewakili Aghnia dan Bu Laras yang terlihat khawatir.

Sejak tadi Bu Laras tak pernah melepaskan lengan kiri Aghnia dari pegangan seolah enggan berpisah dengan Aghnia.

"Alhamdulillah operasi berjalan dengan lancar" Ucap Dokter yang menangani Rey.

"Kedua pasien masih harus Kami observasi, terutama Pak Andi yang mengalami pendarahan di otak nya" Tubuh Aghnia langsung lemas mendengar ucapan Dokter yang menangani Ayah nya, tangisan pelan kembali keluar dari nya hingga Bu Laras pun kembali memeluk tubuh Aghnia dengan di bantu oleh Meta.

"Saya mohon agar kira nya Dokter bisa membantu menyematkan Pak Andi dan juga Rey" Kedua dokter paruh baya itu mengangguk mendengar permintaan Julian.

Suasana hening kembali setelah kedua dokter undur diri untuk kembali bertugas. Meta pun sudah undur diri setelah kedua orang tua nya menjemput nya di rumah sakit dan juga turut mendoakan keselamatan Pak Andi dan Rey kepada Aghnia dan juga Bu Laras dan Julian.

"Lebih baik Bunda pulang dulu, biar Abang yang menunggu di rumah sakit" Ucap Julian kepada Bu Laras yang terlihat lelah.

"Kamu juga lebih baik pulang dulu. Biar Ayah Kamu Saya yang jaga" Aghnia menggeleng lemah mendengar permintaan Julian.

"Kamu harus istirahat atau mengganti baju Kamu dulu ya" Ucap Julian lembut.

"Untuk sementara ini, lebih baik Kamu tinggal dulu bersama Bunda di rumah Kami" Julian kembali berucap.

"Iya Bunda setuju. Lebih baik Aghnia tinggal bersama Bunda dulu ya". Pinta Bu Laras dengan nada memohon dan membuat Aghnia pun menganggukan pelan menyetujui permintaan Aghnia.

"Kalau begitu kita pulang dulu sekarang. Tapi kita ke rumah Aghnia dulu ya Bang untuk mengambil keperluan Aghnia". Julian menganggukan kepala nya.

Julian memarkir mobil yang tadi di antar kan oleh Wawan tetangga rumah nya ketika menjemput Bu Laras ke rumah sakit.

Dengan masih di gandeng Bu Laras, Aghnia memasuki kediaman Bu Laras dengan Julian yang berjalan terlebih dahulu untuk membukakan pintu rumah.

Setiba nya di dalam rumah Bu Laras pun meminta Aghnia untuk sementara ini tidur bersama dengan Bu Laras di kamar nya.

Namun Julian menolak keinginan Bu Laras, dan justru meminta Aghnia untuk tidur di kamar nya saja.

"Biar Aghnia tidur di kamar Abang aja dulu Bun"

Kening Bu Laras langsung mengernyit karena permintaan Julian ketika mereka baru saja tiba di rumah Julian setelah singgah di rumah Aghnia terlebih dahulu untuk mengambil barang juga keperluan Aghnia selama tinggal di rumah Bu Laras.

"Lebih baik Aghnia tidur bersama Bunda di kamar Bunda" Ujar Bunda.

"Kasur Bunda tidak cukup untuk tidur Bunda. Abang tidak mau Bunda atau pun Aghnia nanti malah kesempitan tidur nya" Ucap Julian memberikan alasan yang sayang nya alasan itu benar ada nya.

Rumah yang keluarga Julian tempati bukan lah rumah mewah namun rumah sederhana dengan luas 72 meter dengan tiga kamar tidur, dua kamar mandi, dapur teras serta carport yang cukup untuk sebuah mobil, sebuah motor sport dan sebuah motor matic.

"Aghnia tidur sekamar dengan Bunda saja Kak. Biar nanti Aghnia tidur di lantai saja" Ucap Aghnia menolak keinginan Julian.

"Dilantai dingin, Saya nggak mau Kamu sakit. Sekarang Kamu adalah tanggung jawab Saya" Kalimat itu meluncur dengan nada tegas dari Julian.

"Kalau Aghnia tidur di kamar Kakak, Kakak tidur di mana?" Ucap Aghnia pelan.

"Untuk sementara ini Saya akan berada di rumah sakit dulu menunggu Pak Andi dan juga Rey" Ucap Julian.

"Ya sudah kalau begitu Aghnia untuk sementara ini tidur di kamar Abang dulu ya"

Julian merapikan lemari pakaian nya dan membawa beberapa pakaian yang akan di bawa selama Dia menunggu Rey dan Pak Andi di rumah sakit.

Sementara itu Bu Laras dan Aghnia tengah sibuk di dapur membuat makan malam sebelum Julian kembali ke rumah sakit untuk memantau kondisi Pak Andi dan Rey yang masih berada di ruangan observasi.

Julian berangkat ke rumah sakit dengan menggunakan motor matic nya. Besok pagi Bu Laras akan menjaga dan memantau kondisi Eey juga Pak Andi dan akan di temani oleh Aghnia setelah gadis itu pulang sekolah.

"Bunda. Abang pamit ke rumah sakit dulu ya"

Bu Laras mengangguki ucapan Julian, ketika Julian pamit akan pergi ke rumah sakit.

"Hati-hati. Kabari Bunda kalau ada apa dengan Rey juga Pak Andi" Ucap Bunda ketika Julian mencium punggung tangan kanan nya.

"Iya Bunda. Abang pamit dulu sama Aghnia terus langsung berangkat. Bunda langsung istirahat ya" Bu Laras mengangguki ucapan Julian.

"Assalamu'alaikum" Salam Julian di dalam kamar sang Bunda yang memang tak akan pernah keluar kamar lagi selepas melaksanakan sholat Isya.

Tok

Tok

Tok

Julian mengetuk pintu kamar nya yang saat ini di tempati oleh Aghnia.

Ceklek

"Saya berangkat ke rumah sakit dulu. Kamu istirahat. Urusan Pak Andi akan menjadi tanggung jawab Saya jadi Kamu jangan khawatir" Ucap Julian ketika Aghnia membuka pintu kamar nya.

"Doakan Ayah agar Ayah lekas sadar" Julian mengusak lembut kepala Aghnia dengan gemas hingga membuat gadis cantik yang masih mengenakan kacamata tebal itu melihat kearah Julian dengan seksama dan mereka pun saling bertatapan dan kemudian tersenyum canggung sebelum akhir nya Julian pamit pergi ke rumah sakit kepada Aghnia.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!