Rencana

Jangan lupa like dan komen😊😘

.

.

.

***

"Max, ayo turun! Kau harus sarapan!"

"Pergilah! Jangan menggangguku!"

"Kau harus sarapan!"

Sejak tadi, Sara sudah berkali-kali mengajak Max untuk sarapan bersama tetapi pria itu sibuk dengan berkas-berkasnya di meja kerja.

"Tinggal sedikit lagi, kau pergilah lebih dulu."

"Oh ayolah, sedari tadi kau mengatakan itu tapi tak kunjung selesai. Max!"

"Astaga, kau membuat kepalaku pusing, Sara."

Sara mengerucutkan bibirnya. Ia memang tidak biasa makan sendiri di meja makan. Selalu ada yang menemaninya sekalipun mereka adalah pelayan. Tapi di mansion ini, semuanya menjauh setelah mendapat ancaman maut dari Max. Tidak ada yang berani menatap wajah Sara lagi.

"Aku tidak mau makan sendiri. Ayolah, kau yang mengancam mereka tadi."

Mengalah pada rengekan itu, Max membereskan berkas-berkasnya dan menghampiri Sara. Meski ia membentak Sara dan mengatakan hal yang seharusnya dibenci oleh perempuan itu tadi, alih-alih marah, Sara malah tertawa.

"Kalimat itu keluar juga dari mulutmu, Max," begitu katanya sambil tertawa kuat seolah kalimat gadis pelunas hutang bukanlah aib baginya.

"Max, ayo jalan!"

Sara langsung menarik tangannya membuat Max terkejut.

"Lepaskan!"

"Tidak, kau pasti akan kembali bekerja lagi."

Max menyeringai iblis. "Kau pasti menginginkan sentuhanku."

Saat itu juga, Sara melepaskan cekalan tangannya. "K-kau salah paham. Aku hanya ingin sarapan bersama."

Max tersenyum lebar memperlihatkan gigi putihnya. Sesaat Sara terpana melihatnya, tetapi mengingat status dan betapa menyebalkannya pria itu, ia mendengus kesal.

"Ayolah, jangan hanya tertawa. Kau membuatku menunggu."

"Astaga, istriku sangat tidak sabaran. Oke, oke, ayo jalan."

"Hei, jangan merangkulku!"

"Biarkan saja seperti ini. Aku melakukannya dengan istriku. Tidak ada hukum yang melarang suami merangkul istrinya."

Sara berdecak. Ia berusaha melepaskan rangkulan Max di lehernya tetapi tentu saja tenaga pria itu lebih kuat.

"Astaga, Max, lepaskan! Kau menyakitiku."

Seketika Max melepaskannya dan tersadar bahwa leher Sara terluka.

"Apa kau baik-baik saja?"

Sara mengangguk lalu keluar dari sana diikuti Max.

"Hei, jangan terlalu cepat! Kau meninggalkanku sendirian di sini. Hei, Sara!"

Sara berbalik dengan wajah kesalnya. Ia menunggu Max yang masih tertinggal jauh di belakangnya. Entah apa yang dilakukan pria itu sehingga ia tertinggal.

"Apa?! Kakimu panjang seperti leher jerapah tapi jalannya lambat seperti kura-kura. Apa kau menipuku?"

Max hanya tertawa seraya mendekati istrinya.

"Kau yang berjalan terlalu cepat, sayang. Apa kau sangat lapar?"

Saat Max hendak merangkulnya lagi, Sara menepis tangan itu.

"Jangan merangkulku, kau pasti akan membiarkanku memapahmu turun ke sana. Kau sepertinya sangat berat."

Max terkekeh karena tuduhan perempuan itu meskipun semuanya sangat benar.

"Ayolah, sayang. Aku lelah berjalan terus sementara kau terus mengoceh."

Sara berdecih kesal. Pria ini sungguh menyebalkan.

"Aku juga lelah. Tapi perutku sangat lapar. Jadi, suamiku yang sangat tampan seperti tarzan, aku tidak kuat memapahmu ke sana."

Sara mengucapkan kalimat itu dengan geraman tertahan apalagi menyebut kata 'suami' yang menggelikan baginya. Mendengar tawa pria itu yang pecah, Sara memalingkan wajahnya. Kekesalannya bertambah saat Max berjalan lebih dulu dan meninggalkannya.

"Max! Tunggu aku! Astaga, sekarang kau berjalan bahkan lebih cepat dari jet tempur."

"Kejar aku! Kau membuat moodku bertambah seribu persen, Sara."

Meski sangat kesal dengan sikap Max yang berubah-ubah, akhirnya Sara berlari mengejarnya.

"Aku pikir kau tidak akan bisa berjalan, Max. Kau bilang tadi lelah bahkan menuruni tanggapun kakimu tidak lelah. Kau benar-benar sesuatu."

"Aku hanya bilang lelah bukan tidak bisa berjalan, sayang. Dan mendengarmu mengatakan aku tampan, kakiku berjalan normal dan tidak bisa lelah. Mungkin aku masih bisa berlari ke puncak Himalaya sekarang jika tempatnya dekat di sini."

Max mengatakan itu dengan nada sombong yang sangat kental, seraya mengedipkan matanya ke arah Sara yang segera memalingkan wajahnya ke piring yang di atas meja.

"Kau sangat sombong dan percaya diri," cibir Sara.

"Aku memang percaya diri."

"Aku bilang sombong."

"Terima kasih, aku memang tampan."

Sara menganga dengan mata memutar malas. Ia tak bisa berkata-kata lagi.

***

Menghabiskan potongan sandwich di piringnya, Sara bangkit dan berniat mencuci piring kotor.

"Kau ke mana?"

"Dapur. Mencuci piring ini," tunjuknya pada piring yang di genggamannya.

"Temani aku makan!" perintah tegas Max.

"Rotimu sudah habis, Max."

"Hormati suamimu yang tampan ini, sayang."

Sara menghentakkan kakinya dan berbalik lagi duduk dengan malas di kursinya.

"Suapi aku!"

Max menggeser piring yang berisi beberapa potongan roti yang sengaja disisakannya tadi.

"Oh? Kau sangat manja! Apa kau tidak punya tangan?"

"Istri adalah pelayan suami dan suami adalah pelayan istri. Cepat lakukan!"

Dengan malas, Sara mengambil satu potongan roti itu dan menyuapkannya kepada Max.

"Buka mulutmu, Max!"

Meski suara Sara sangat keras, nyatanya Max tidak mendengarnya. Ia sibuk menatap wajah yang memasang raut kekesalan itu. Hingga sodoran roti itu menyentuh bibirnya.

"Apa kau sudah menjadi patung dalam sekejab?"

"Kau mengatakan aku patung?"

"Bisa dikatakan seperti itu. Mengingat barang-barang di rumah ini semuanya sangat aneh, aku berpikir kau bisa juga berubah menjadi patung."

"Astaga, kau sepertinya banyak menonton film fantasi. Berikan aku rotinya!"

Dengan berdecak sebal, Sara menyuapi roti itu sampai habis.

"Gracias."

"Dasar manja," cibir Sara.

Max terkekeh. "Kau ingin ke mana? Hari ini aku libur, mungkin ada tempat yang ingin kau tuju?"

Sara terdiam sejenak hingga bersuara yang membuat Max tertawa keras.

"Aku ingin mendaki ke puncak Himalaya, kalau kau mengizinkannya."

"Astaga, aku pikir kau ingin shopping seperti kebanyakan wanita."

"Cih, aku bukan tipe wanita yang suka itu. Apa kau mengizinkanku ke sana?"

Tanpa berpikir, Max menyahut. "Tidak!"

Sara menghembuskan napas pasrah. "Aku sudah menduganya," gumamnya.

"Jika tanpaku, kau tidak boleh keluar!"

"Ya, aku tahu. Kau sudah mengatakannya berjuta kali. Bagaimana dengan gereja?"

Max berpikir sejenak. Sara sudah menduga bahwa itu akan dilarang.

"Kau bisa pergi bersama Alex."

"Alex? Siapa? Bagaimana denganmu?"

"Orang kepercayaanku. Jadi, jika kau ingin kabur, berpikirlah lebih jauh karena aku di sampingmu. Dan aku?" Max tertawa. "Aku tidak boleh masuk ke sana."

"Kenapa? Apa kau bukan orang Kristen?"

"Aku mafia."

"Tidak butuh alasan itu untuk menyembah Tuhan, Max."

"Kau mengerti perkataanku, Sara."

"Tapi, aku ingin bersamamu ke sana. Tidak bagus jika seorang istri pergi sendirian tanpa suami."

***

Menghindari apapun yang akan menyakiti hati perempuan yang berstatus sebagai istrinya, Max berpura-pura memiliki pekerjaan di perusahaan.

"Apa rencananya melakukan itu, Alex? Apa ingin menghancurkanku dengan senjata itu?"

"Aku berpikir demikian, Señor. Sejak hari itu, dia menjadikanmu targetnya. Dia berpikir dengan menjadikanmu menantunya akan sangat mudah menghancurkanmu."

Max terkekeh. Mata birunya menatap tajam pada gambar pria paruh baya yang menjadi mertuanya itu.

"Itu alasan aku membawanya, Alex. Dia kurang memahami siapa diriku."

***

Menghabiskan waktu di kamar, Sara merasa sangat bosan. Baru sehari menyandang status sebagai istri sang mafia, ia sudah seperti hewan kehausan di padang gurun Sahara. Tidak ada lagi lari-larian, daki-mendaki dan selam-menyelam di dasar laut.

"Astaga, aku bisa mati karena kurang banyak bergerak. Bagaimana mungkin pria sialan itu meninggalkanku sendirian di sini sementara dia bersenang-senang dengan pekerjaannya di luar sana. Dia berbicara soal libur tapi dia sendiri yang membolos, dasar pria tidak menepati janji."

Karena tidak bisa menahan kekesalannya, akhirnya Sara keluar dan berkeliling mansion itu.

Ia penasaran dengan taman yang dikatakan Adrian. Meski tidak terlalu menyukainya, tetap saja melihat tumbuhan hijau menggetarkan hatinya.

"Woa, ternyata sangat luas. Aku pikir membuat taman labirin di sini sangat bagus. Bermain petak umpet saat memiliki waktu luang."

Sara menjelajahi seluruh taman itu. Ada berbagai macam tumbuhan berbunga yang sangat indah di sana. Matanya menangkap sebuah ladang lavender kecil di sana.

"Astaga, aku ingin sekali mengambil setangkai lavender itu. Apa yang membuatnya berpikiran membuat ladang lavender di antara bunga-bunga ini?"

Sara mendekat, tangannya hendak menyentuh bunga itu tetapi ia ingat peringatan dari Max.

"Jangan menyentuh apapun milikku tanpa izin!"

"Akh, sialan! Padahal aku ingin sekali bunga itu."

Membatasi niatnya ingin memotong tangkai lavender itu, Sara akhirnya berkeliling lagi.

Sejauh yang ia selidiki, seluruh penjuru tempat ini dijaga ketat oleh pengawal.

"Tidak mudah bisa lolos jika kabur dari sini," gumamnya pelan dengan mata melihat sekeliling.

"Eh, ada pintu di sana. Apa itu pintu keluar?"

Menghalau pikiran-pikiran liarnya untuk melarikan diri, ia mendesah pasrah.

"Bukan waktu yang tepat, Sara. Biarkan dia lengah dari penjagaannya baru kau menjalankan misi istimewa itu."

.

.

.

iklan**

.

Author : eh si sara mau kabur tuh, gimana dong

Netizen : mana gue tau, kan lu yang jadi pengendalinya di sini

Author : kasi saran dong

Netizen : yah, kalo gue dukung banget sara untuk kabur, biarin lu yang songongnya minta ampun itu mencari

Author : gue salah nyari saran dari lu, bikin kesel aja

Netizen : kan lu yang minta yaudah gue kasi aja gimana si

Author : kalo dia kabur apakabar bang tampan dong

Netizen : seterahh lu

.

.

.

.

.

***

Love,

Xie Lu♡

Terpopuler

Comments

Sulisayaheaisyah Sulis

Sulisayaheaisyah Sulis

visualnya thor

2022-12-12

0

Clara Safitri

Clara Safitri

yang jadi sarah tak cocok thor...nampak tua

2021-01-17

2

Triiyyaazz Ajuach

Triiyyaazz Ajuach

tatapan matamu bang bkin gmana gtu hhhh

2020-12-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!