Pagi-pagi sekali Dania sudah bangun. Berjalan ke dapur lalu membuka kulkas, kalau-kalau ada yang bisa ia masak untuk sarapan.
"tidak ada apa-apa." Gumam Dania kecewa saat melihat kulkas besar yang kosong.
Lalu Dania menarik kursi dan duduk. Ia berpikir apa yang mungkin bisa dia siapkan pagi ini.
Mata Dania menangkap sesuatu, mungkin dia bisa membuat kopi untuknya dan Airon.
"Selamat pagi tuan Airon." Ucap Dania pada Airon yang bangun pagi itu.
"Mmm..." Airon tampak tak tertarik menjawab sapaan Dania.
"Ini saya buat kopi untuk tuan." Dania meletakkan secangkir kopi yang ia seduh di depan Airon yang sudah duduk.
"Tadi saya mau bikin sarapan, tapi tidak ada yang bisa saya masak." Kata Dania memberitahu Airon.
Namun Airon sama sekali tak menghiraukan Dania, dan terus sibuk dengan hanphone di tangannya.
"Ambilkan saya map kuning di atas meja kerja saya." Suruh Airon.
Dania pun dengan tergesa-gesa menuju ruang kerja Airon yang berada di lantai dua, mencari map yang di maksud oleh Airon.
"Ini kali ya map-Nya." Ujar Dania pada diri sendiri. Lalu kembali turun untuk memberikan map itu pada Airon.
Namun bencana datang bak petir yang menyambar di pagi hari yang cerah.
Dania tak sengaja menyenggol cangkir kopi milik Airon ketika dia akan meletakkan map itu di atas meja. Yang membuat Airon murka.
"Kamu sengaja menumpahkan kopi panas itu ke saya?!" Airon terlihat begitu marah pada Dania.
"Tidak tuan. Saya engga sengaja." Ucap Dania gemetar ketakutan melihat Airon yang marah.
"Saya minta maaf, saya benar-benar tidak sengaja tuan." Ucap Dania lagi.
Airon memejamkan matanya, kembali mengatur emosinya.
"Bersihkan lantainya." Suruh Airon, nadanya menjadi pelan. Tepatnya dia sedang menahan emosinya. Airon tak ingin kejadian itu membuat moodnya hancur.
"Baik tuan." Sahut Dania cepat, lalu dengan cepat mengambil lap untuk membersihkan lantai.
Tanpa suara Airon melangkah pergi meninggalkan Dania untuk berangkat ke kantornya.
Dania yang masih membersihkan lantai berhenti dan menatap punggung Airon. Dania merasa sangat buruk karena telah menumpahkan kopi yang ia buat untuk Airon, dan karena kejadian itu Airon jadi marah padanya.
Dania mengusap air matanya yang lagi-lagi jatuh karena kemarahan Airon padanya.
seharusnya dia lebih berhati-hati ketika meletakkan map itu di atas meja. Dia benar-benar ceroboh.
****
Mobil Porsche Panamera milik Airon berhenti tepat di depan perusahaan miliknya.
"Selamat pagi tuan Airon." Ucap seorang pria yang usia tak berbeda jauh dari Airon.
"Pagi." Sahut Airon dengan ekspresi dinginnya.
"Sepertinya pagi ini terjadi sesuatu yang tak menyenangkan." Kata Pria yang ternyata adalah asisten pribadi Airon.
Airon tak menggubris ucapan asistennya lalu melangkah masuk kedalam perusahaannya.
"Tampaknya moodnya memang buruk hari ini." Gumam asisten Airon sambil berlari kecil mengikuti langkah Airon yang sudah jauh.
"Selamat pagi pak." Sapa para pegawainya namun hanya tanggapan dingin yang di berikan Airon membuat para pegawainya menunduk takut.
"Apa hari ini ada meeting?" Tanya Airon pada Ergan si asisten.
"Jam 10 anda harus bertemu dengan Pak Taufik untuk memperpanjang kontrak kerja sama kita."
"Ada lagi?" Tanya Airon ingin mengetahui jadwalnya hari ini.
"Jam 2 anda ada janji dengan Sintya." Mendengar nama Sintya membuat Airon menghentikan langkahnya.
"Batalkan." Ucapnya singkat.
"Saya rasa itu pilihan yang kurang baik tuan, wanita itu pasti akan marah lagi jika anda membatalkannya lagi kali ini." Ujar Ergan.
Jika pertemuan dengan Sintya hari ini di batalkan, maka akan menjadi pembatalan ketiga yang di lakukan oleh Airon.
"Jika dia bertanya maka berikan dia alasan yang masuk akal." Kata Airon kembali melangkah.
"Tuan saya rasa itu bukan sesuatu yang baik." Ucap Ergan.
"Jika itu bukan sesuatu yang baik, maka jadikan dia sesuatu yang baik." Airon tak mau tahu. Dia terlalu malas untuk bertemu dengan Sintya.
Bagi Airon Sintya bagaikan parasit yang harus dia jauhi.
Ergan menghela nafas berat mendengar ucapan bosnya itu. Tampaknya kali ini dia harus kembali berhadapan dengan wanita itu, karena lagi-lagi Airon membatalkan pertemuannya dengan Sintya.
"Mana Airon?" Tanya Sintya pada Ergan yang sudah berdiri di hadapannya.
"Tuan Airon ada urusan mendadak yang tak bisa di batalkan nona." Bohong Ergan.
"Urusan mendadak?! Apa urusan itu lebih penting daripada aku?" Lengking Sintya sambil meletakkan cangkir yang ia pegang dengan kasar sehingga teh yang sudah dingin itu keluar dari mulut cangkir.
"Ini sudah yang ketiga kalinya Airon melakukan ini padaku." Sambungnya lagi dengan marah.
Ergan pun sudah bersiap dengan apa yang akan dia hadapi.
"Arkkkk.......!!!!!" Sintya berteriak dengan nyaring tak peduli pada orang-orang yang berada di dalam Kafe itu memperhatikannya dengan aneh.
Sementara Ergan hanya memasang wajah datar, seakan telah terbiasa dengan apa yang di lakukan oleh Sintya.
"Tuan seharusnya menemui Sintya." Ujar Ergan saat sudah memasuki mobil yang ternyata ada Airon di dalam tengah duduk sambil menatap ponselnya.
"Menemui perempuan gila itu? Aku tidak segila itu." Ucap Airon tanpa mengalihkan pandangan pada ponselnya.
Ergan menoleh untuk melihat Airon yang duduk di kursi belakang, ia heran dengan keseriusan wajah bosnya itu yang menatap ponselnya.
Karena tidak biasanya bosnya itu terus menatap ponselnya bahkan dengan wajah yang sangat serius sekali. Entah apa yang sedang ia lihat di ponselnya.
"Apa kita akan ke kantor lagi tuan?" Tanya Ergan.
"Tidak, aku akan langsung pulang." Sahut Airon.
"Baik tuan." Ergan bersiap untuk menyetir mengantar Airon pulang.
"Turun." Ucap Airon yang sudah berada di luar mobil meminta Ergan turun dari kursi kemudi.
"Ada apa tuan?" Tanya Ergan tak mengerti.
"Ini. Naik taksi." Ucap Airon menyodorkan lima lembar uang seratus ribu pada Ergan. Lalu segera masuk ke dalam mobil.
"Tapi tu-" Belum sempat Ergan melanjutkan ucapannya, Airon sudah melaju dengan mobilnya meninggalkan Ergan dengan wajah heran.
"Lumayan untuk seminggu." Ucap Ergan akhirnya menghitung uang yang tadi di berikan oleh Airon.
Dengan begitu dia tidak akan mengeluarkan uang dari kantongnya karena pemberian dari Airon cukup dia jadikan uang saku selama beberapa hari.
Ergan tersenyum karena dia bisa menghemat lagi, uang gajinya akan sedikit bisa terselamatkan.
Mobil yang di kendarai oleh Airon melaju dengan kecepatan tinggi. Rasanya dia sudah tak bisa menahan diri lagi.
Akhirnya mobil yang di kendarai oleh Airon berhenti tepat di depan vila-Nya tempat di mana Dania berada.
Dengan cepat Airon membuka pintu dan berlari kecil masuk ke kamar Dania.
"Dania buka pintunya!" Teriak Airon mengedor--gedor pintu kamar mandi yang di kunci oleh Dania.
"Dania!" Teriak Airon dengan marah karena Dania tak juga membuka kan pintu untuknya.
"Dania kamu tuli ya?! Saya bilang buka pintunya!" Airon semakin marah di buatnya, karena Dania masih tak membukakan pintu untuknya.
"Dania....!!!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments