'Huh! Masih saja seperti itu dari masa SMA, Gue hanya jadi tempat konsultasi masalah pribadi dan cewek-ceweknya.' Begitulah gerutu hati Qu, sebel rasa hatinya tapi terlalu tampan untuk di cuekin.
"Bule Australia ganteng-ganteng Qu, apalagi ceweknya wih… rata-rata bikin dada Gue mau meledak."
"Lo sudah berapa kali ganti pacar di sana?"
"Nggak ngitung hahaha ...."
"Lo cari apanya dari cewek?"
"Kenyamanan, juga sebagai teman diskusi sharing apa saja kayak ke Lo!" sahut Sultan tanpa menimbang hati Qu yang sebenarnya kesel mendengar jawaban Sultan.
'Gue begitu cocok jadi teman diskusi Lo Sultan teman apa saja oke, tapi Gue nggak mau jadi seperti itu lagi Lo pengen jadi masa depan Gue!' seperti situ suara hatu Quinna saat kesal dengan segala cerita Sultan apalagi soal ceweknya.
Sultan begitu antusias saat bercerita tentang segala sesuatu tentang pengalaman pribadinya, tentang Australia tentang kuliah dan segala macam tektek bengeknya.
Semua Qu simak dengan meredam perasaannya sendiri dan semua ditanggapi dengan antusias kamuflase dan pura-pura sama Qu sebagai tenggang rasa pada sahabatnya bukan karena suka dengan semua ceritanya tapi dekat dengan orangnya begitu nyaman dan menenangkan, dengar suaranya, melihat senyumnya, renyah tawanya dan tatapan yang selalu Qu selipkan harapan suatu saat Sultan tahu perasaannya walau itu dari suara tebakan hatinya.
Seakan ingin menjadikan daya tarik buat Quinna kehidupan yang kini di jalaninya, mungkin ingin berbagi dengan seorang sahabat kebahagiaannya, keindahannya tentang segala macam yang dirinya alami di Australia sana menjadi topik pembicaraan pertemuan mereka.
Qu lebih banyak tanya soal tempat unik dan bersejarah dan Sultan menanggapinya dengan gembira apapun yang ditanyakan Qu tentang semua objek wisata juga cerita tempat wisata kota yang sangat menyenangkan untuk di kunjungi.
Australia menjadi daya tarik tersendiri bagi Qu, entah karena ada Sultan di sana berharap suatu saat bisa memadu kasih di objek indahnya yang semua membuat Qu penuh dengan khayalan manisnya.
Sedang hati Quinna semakin ciut saja seperti mengkerut di pojokkan pada kenyataannya, apa yang bisa di banggakannya di depan Sultan yang telah mengalami segalanya. Dengan pengalamannya yang luar biasa semua tahu dari traveling dan trek healing yang luar biasa, tempat hangout yang romantis sampai tempat kuliner yang sangat menantang.
Kuliah Qu biasa-biasa saja, teman-temannya biasa saja, teman cowoknya atau pacar nggak punya, jadi apa kebanggaannya? selain kuliah yang ditekuninya dengan sungguh-sungguh karena cita-citanya yang ingin jadi sekretaris itulah yang membuat Quinna semangat tinggi.
"Ngobrol apa sih kalian anteng banget? Ambilkan minum dong sayang Masmu tuh, ada buah di kulkas, ada kue, juga puding tuh." Mama Andin datang ikut nimbrung ke meja makan.
"Iya, lupa Mam hehehe …." Qu menyodorkan satu gelas dari dua minuman yang di suguhkan Mamanya tadi ke hadapan Sultan persis.
"Gimana sih Kamu Sayang? Temanmu juga Masmu sudah datang kok, malah disuguhi obrolan saja?" sindir Mama Andin sambil membuka kulkas dan mengeluarkan makanan.
"Nggak apa-apa Tante, biasanya juga Aku selalu buka kulkas Qu dari dulu juga kalau pengen apa-apa."
"Itu apa seperti kado?" Tante Andin menunjuk sesuatu yang di bungkus kado dengan kertas warna pink di atas meja makan.
Sultan memandang Qu yang baru saja menyimpan tempat buah dan dan cetakan puding yang masih utuh di meja makan, lalu mengambil gelas beling buat minumnya sendiri lalu meminumnya melonggarkan sesak nafas dan rasa bahagia, juga sebal, dan kesal saat ngobrol dengar cerita Sultan.
"Hehehe ... oleh-oleh Sultan Mam buat Qu." jawab Qu sambil melirik bungkusan kado itu.
"Wah, apa itu isinya?"
"Qu mintanya oleh-oleh orang aborigin Tante, makanya belum di buka," ucap Sultan mengerling pada Qu.
"Hus! kamu ini ada-ada saja Sayang, masa iya orang aborigin dijadikan oleh-oleh, kalau patungnya mungkin banyak."
"Iya Tante, malah Sultan tawarin bule Australia Qu nolak juga, katanya dia suka yang lokal saja." Sultan tersenyum memandang Qu.
"Jangan ah, Tante juga enggak setuju, masih banyak orang Indonesia juga yang ganteng, cakep, tampan, pintar dan bertanggung jawab. Orang luar itu kurang kurangnya toleransi dan pengertian saling menghargai, saling menghormati susah menyatukan budaya, teman Tante juga mendapatkan orang bule rumah tangganya tidak langgeng walaupun itu tidak jadi patokan tetap saja Tante kurang begitu setuju seandainya Qu mendapatkan jodoh orang luar sana."
"Sultan hanya bercanda Tante, tapi suatu saat jika Quinna ingin jalan-jalan pengen tahu sekedar mengeksplor Australia tinggal kabarin saja Sultan, mungkin sebelum Sultan lulus Sultan masih di sana Quinna bisa ikut liburan ke sana bolehkan Tante?" pinta Sultan tanpa meminta persetujuan dulu Quinna.
"Boleh saja kalau Qu nya mau, asal sama Nak Sultan dan dalam pengawasan Nak Sultan."
Huh! seperti biasa kalau dalam pengawasan Nak Sultan pasti Mama longgar izinnya, emang aku ini anak TK? Anak SD pakai di titipin segala? Semua tingkah orang nggak ada yang memandang dewasa padaku, kenapa? apa Aku se-rentan itu? sampai tak ada yang rela Aku kini sudah dewasa?
Aku ini sudah dewasa, sudah mau lulus kuliah, sudah mau menjadi seorang sekretaris yang bisa diandalkan, Aku sudah tumbuh menjadi gadis dengan penampilan yang lumayan di atas rata-rata. Aku cantik pintar, sopan dan belum pernah pacaran!
"Buka dong Sayang oleh-olehnya, biar Sulan senang, jangan lupa Qu juga kasih Sultan sesuatu nanti biar bisa di bawa ke sana." ucap Mama Andin sambil ke sana ke mari mengerjakan sesuatu tak fokus dengan obrolan mereka
"Nggak apa-apa Tante, Sultan masih menyimpan dan kadang masih memakai sesuatu yang bisa mengingatkan Qu yaitu ransel goni yang waktu itu kita liburan bareng ke Bali dan kami sama-sama suka ransel itu, lo masih memakainya nggak?" Sultan menatap Qu. Membuat hati Qu lemas.
"Kadang!" Quinna mulai membuka bungkusan oleh-oleh yang dibawa Sultan.
"Wow, lucu banget Mam!" Tempat perhiasan dengan boneka Barbie di atasnya yang bisa berputar dan mengeluarkan nada lagu tertentu.
"Makasih ya Sultan! Aku suka oleh-olehnya." ucap Qu dengan muka merona merah.
Qu pura-pura meneliti isi kado itu membolak-balikkan dan mengelusnya, Sultan masih ingat kalau dirinya suka barbie dan semua koleksinya masih utuh dan lengkap, dulu kalau habis main dan ketinggalan Sultan suka mengantarkannya ke rumahnya walau boneka mainan barbie di rumahnya begitu banyak.
"Sama-sama cantik!"
"Gitu dong, jangan pada kaku walaupun lama nggak ketemu tapi tetap akrab saat bertemu." Mama Andin keluar dari ruang makan tempat Sultan dan Qu ngobrol, membiarkan Anak dan sahabatnya bercengkrama berdua.
Satu yang membuat hati Qu senang Sultan masih tetap seperti dulu perhatian dan melindungi walau Qu berharap bukan perhatian sebagai sahabat yang diharapkannya kini.
Sementara nggak apa-apa senang rasa hatinya. Sultan tak melupakannya sebagai sahabat masa kecilnya.
*******
Sambil nunggu up JANJI DUA HATI Baca juga ya :
-Pesona Aryanti
-Biarkan Aku Memilih
-Meniti Pelangi
-Masa Lalu Sang Presdir
-Cinta Di Atas Perjanjian
-Noda Kelam Masa Lalu
By Enis Sudrajat❤️🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Dwisya12Aurizra
mencintai dengan diam, untuk sedikit menghilangkan rasa itu, kenapa tidak mencoba untuk membuka hati untuk cowok lain, Qu
2023-04-02
2