Sampai Tante Rossa pulang yang datang ke rumahnya hanya mengabari kepulangan Anak bujang kesayangannya, Qu masih saja berpikir, benarkah semakin ganteng? seperti bule Australia? Yang pasti semakin playboy dan menyebalkan! Hati Qu sibuk sendiri antara benci dan rindu terkadang ada rasa sakit dalam hatinya ternyata bohong kalau Dirinya tidak kangen pada satu sosok itu.
Kenapa juga Gue begitu sentimen pada Sultan? Padahal apa salah Dia? sungguh satu pertanyaan yang nggak bisa Quinna jawab, karena jauh di sudut hatinya bertolak belakang sama kenyataannya. Sadar ada getaran rasa yang berbeda di hatinya semakin malu saja rasa hati Qu.
Hatinya merindu dan mendamba, tapi perasaan gengsi dan seakan keluar dari kewajaran kalau sampai dirinya memperlihatkan satu perasaan lain, selain rasa kangen sebagai sahabat. Ya Sultan memang masih sahabatnya sampai kapanpun.
Tapi Qu terlalu gengsi dan merasa norak kalau orang lain sampai tahu perasaannya pada Sultan, tidak Sultan, tidak Mama Andin juga Mama Rossa, semua orang tak boleh tahu, cukup dirinya saja yang merasakannya. Semua itu di telannya sendiri walau sebenarnya sesak dan pahit perasaan itu perlu ruang untuk menumpahkannya.
Kini Sultan ada di sini, berjuta kenangan datang hilir mudik di otak Qu kalau tak membatasi diri ingin rasanya Qu berlari melewati satu gang dan masuk ke rumahnya, bertemu Sultan yang selalu membuat hari harinya dalam kesendirian selalu membuatnya tidak fokus. Hatinya selalu berontak dan menyalahkan perasaannya sendiri yang sebenarnya tidak salah hanya Qu perlu membuka diri dan terbuka dengan perasaanya.
Ingin rasanya memeluknya sangat lama, merasakan getaran dan menyalurkan rasa aneh yang selalu menggelora. Berlindung menenggelamkan dalam dadanya melunturkan segala beban yang menggunung di dalam hatinya dan membisikkan kata kalau Gue begitu merindukan kebersamaan yang dulu pernah tercipta sekian tahun dalam kebersamaan, Gue tak mau beranjak dari masa itu.
Semoga saja Sultan datang bukan mau curhat soal cewek bulenya, soal kampusnya yang wah … soal teman-teman Internasional nya. Juga soal kehidupannya yang seakan beda alam dari dunianya dulu yang dijalani selalu bersama-sama Qu dan teman yang lainnya di Indonesia sini.
Tapi apa ya respon Sultan seandainya Dia tahu kalau Gue punya satu rasa yang tak Gue mengerti padanya? Ah … semua begitu bikin pusing! dan memalukan tapi menyesakkan dalam dada Qu. Dan satu lagi takut rasanya kalau harus jujur karena semua menyangkut perasaannya takut hanya Dirinya yang punya rasa itu sedang Sultan tak sedikit berpikir tentang cinta pada dirinya tentu akan menjadi sesuatu yang sangat memalukan secara etika sungguh tidak termaafkan sebagai perempuan walau sekarang lazim saja cewek bisa menembak cowok duluan tapi tidak dengan Quinna.
Paling Sultan ketawa ngakak mengucek rambut Gue dan menepuk-nepuk kedua pipi Gue, itu yang Gue nggak suka! Gue dianggapnya masih teman SD nya. Menganggapnya hanya gurauan dan tidak dianggap sesuatu yang serius itu yang paling dihindari Qu sedangkan perasaannya begitu bergejolak menunggu sambutan.
Qu sibuk dengan pikirannya sendiri di dalam kamar, dan sibuk mempersiapkan diri untuk bertemu pertama kali dengan Sultan setelah berpisah dua tahun lalu.
"Assalamualaikum, halo Tante Andin, apa khabar? Qu nya ada?" Suara khas membuat Qu semakin deg-degan saja untuk keluar kamar.
"Waalaikum salam. Ya ampun… Si ganteng yang semakin ganteng akhirnya ke rumah Tante juga, ayo mari masuk Qu ada di dalam kamar lagi banyak tugas katanya."
"Makasih Tante."
Satu suara khas yang sekarang agak nge-bass, mau tidak mau membuat hati Qu hangat. Qu bangkit keluar kamar dengan perasaan yang sulit di bayangkan.
Pasti Sultan sedang mencium tangan Mamanya dengan mata berbinar, dan senyumnya yang menawan, memperlihatkan barisan giginya yang putih rapi.
Dengan perasaannya sendiri, Qu keluar kamar dan bersandar di satu sisi pintu keluar kamarnya memandang ke ruang tengah dimana Sultan masih berdiri menjulang memandangnya tak berkedip. Hati Qu seperti riuh tak menentu.
"Hai cantik! Qu apa khabar?"
"Hai juga, seperti biasa Gue baik. Lo pulang liburan ya?" sambut Qu dengan perasaannya sendiri.
"Kok ketus amat sih, seperti nggak kangen Gue? padahal Gue bawain oleh-oleh nih!" Sultan menyodorkan satu bungkusan pada Qu sambil berjalan mendekatinya menyodorkan bungkusan dan menyodorkan tangannya untuk berjabat.
"Harusnya Gue gimana? peluk Lo? Ih, malas banget!" ucap Qu sambil tersenyum dengan maksud bercanda sambil menyambut tangan Sultan di hadapannya.
Lama Sultan menjabat tangan Qu sambil memamerkan pesonanya, tapi Qu menariknya perlahan dan menarik kursi meja makan dan duduk. Tak sanggup melihat rona gembira di wajah Sultan yang terus tersenyum.
"Peluk juga boleh ya Tante? hahaha..." canda Sultan kedengaran garing bagi Qu. Mama Andin hanya nyengir sambil menyimpan minuman di meja makan karena mereka duduk di ruangan meja makan yang menyatu dengan ruang keluarga.
"Wah, makasih banyak Sultan, jadi ngerepotin nih." Qu mengalihkan pembicaraan yang dianggapnya sensitif.
"Dari dulu juga Lo emang ngerepotin hahaha …."
"Yee … siapa suruh Lo mau di repotin?" Qu masih saja dirinya tak nyaman berada di dekat Sultan, selain hatinya semakin berdebar-debar juga perasaannya tertariknya semakin kuat tak tergantikan.
Pesona Sultan begitu terlihat di masa-masa mereka setelah dewasa. Tetapi perlakuan Sultan masih saja menganggap dirinya seorang sahabat TK, SD, SMP sampai SMA, kecuali sekarang kuliah mereka terpisah jarak dan waktu. Mereka jadi terpisah dan baru sekarang mereka bertemu kembali setelah dua tahun berpisah sejak keluar masa-masa SMA.
Memang kenyataan benar adanya sultan semakin ganteng, bahkan ganteng maksimal bisa di bilang, garis mukanya semakin tegas, simpatik dan semakin gagah dengan kulit mulus putih bersih sepintas seperti melihat bintang Korea yang lagi nge-trend di drakor-drakor.
Pantas saja Sultan semakin digandrungi cewek-cewek seperti di ceritanya kalau mereka saling kirim kabar.
"Ayo buka dong oleh-olehnya, malah bengong?" ucap Sultan menatap wajah Qu yang semakin kinclong dengan rambut hitam panjangnya
"Apa sih ini isinya?"
"Yang pasti bukan orang Aborigin, hahaha …."
"Gue malah maunya itu!" Qu mengocok ngocok bungkusan yang di bikin begitu bagus dan indah dengan kertas pembungkus warna pink.
"Lo ngaco aja, ada juga cowok Australia Lo mau?"
"Nggak, Gue sukanya yang lokal!
"Serius Qu, Gue mau ajak lo suatu saat ke sana, ada banyak spot yang tak terekspos oleh cerita dan gambar yang Kita lihat di sini lho! Aslinya indah Australia itu." ucap Sultan dengan antusiasnya.
"Terus Gue mau ngapain kalau ke sana? Lo mau pamer pacar-pacar Lo gitu?" Masih saja ucapan Qu begitu ketus.
"Hahahaha … ya nggak lah Qu, Gue mau ajak Lo jalan-jalan, tapi sedikit minta pendapat Lo tentang cewek Gue, Lo kan belajar kepribadian dan pintar kalau soal intuisi," sahut Sultan dengan santainya.
Sial! akhirnya keluar juga aslinya nih playboy ujung-ujungnya sama lagu lama konsultasi soal cewek. Cobalah lihat cewek di depanmu kurang apa? tak kurang dari semua cewek yang pernah Lo pacari.
Qu berusaha tersenyum walau hatinya getir, setiap pertemuan berharap Sultan tahu dan bisa membaca isi hatinya tapi semua itu mustahil karena hati bukanlah kertas yang nyata dan bisa dengan mudah di baca dan diartikan sejenius apapun orang itu.
Bodoh apa pintar kah dirinya bersikap seperti itu? entahlah mungkin saat ini Qu merasa tersiksa dengan rasa cintanya sendiri.
*****
Sambil nunggu up JANJI DUA HATI Baca juga ya :
-Pesona Aryanti
-Biarkan Aku Memilih
-Meniti Pelangi
-Masa Lalu Sang Presdir
-Cinta Di Atas Perjanjian
-Noda Kelam Masa Lalu
By Enis Sudrajat❤️🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
@alfaton🤴
qu.....buka hati dong buat cowo selain Sultan kan bisa buat uji coba hatinya sultan kalo lihat lo sama cowok lain gimana reaksi nya cemburu cuek biasa biasa aja......jangan sampai rugi waktu juga rugi umur q karena seorang sulta...,.
2023-03-31
2