Beberapa hari berlalu dan Je yang semakin sering bertemu dengan Lovely di mall itu menjadi sedikit akrab dengannya juga Viona.
Je yang sedang berkunjung ke toko Lovely itu menanyakan kabar Darren.
"Lovely, gimana kabar kakak kamu?" tanya Je pada Lovely yang sedang ada di gendongan Viona.
"Bayi di tanya, kalau kamu mau tau kabar dia, boleh kamu jenguk," kata Viona seraya menatap Je.
"Aku sibuk, ini juga harus kuliah, aku pamit dulu, Mbak," kata Je yang kemudian pergi dari toko.
Viona menatapnya dan bertanya-tanya dalam hati, "Apa dia bakal jadi pengganti Rossi?"
"Ah, sudah lah. Lagi pula untuk pria seumuran Darren itu masih terlalu muda untuk menikah, biarkan saja dia untuk menikmati masa mudanya dulu" lanjut Vio, setelah itu, karena hari sudah malam, Vio pun harus pulang.
Vio meminta pada suster Ana untuk membawakan barang-barang Lovely dan dirinya yang menggendong. Tidak lupa pamit pada kepala toko.
"Mbak, saya pulang dulu, sudah disusul," kata Vio dan kepala toko pun mempersilahkan.
****
Sebuah kendaraan beroda empat tengah parkir di halaman rumah mewah, rumah itu adalah peninggalan Sarifah.
Kemudian, si pengendara yang ternyata datang bersama teman-temannya itu segera turun.
"Ingat rumah ini, ingat dengan kebersamaan kita dulu, tapi sayang, formasi sudah tidak lengkap," kata Akmal seraya membantu Salsa turun dari mobil Justin.
"Iya, kamu enak karena jodoh sama Salsa, lihat aku, masih jomblo gini," timpal Justin seraya menutup pintu mobil.
"Siapa suruh kamu tinggalin Lea," ucap Salsa dan Salsa tersenyum setelah mendapatkan tatapan tajam dari Justin.
"Sudah... kita ke sini mau jenguk Darren dan ingat, jangan ada yang menyebut namanya!" kata Akmal seraya menatap satu persatu wajah yang ada di depannya.
"Iya, sayang!" jawab Salsa seraya tersenyum.
Lalu, ketiganya pun melangkahkan kaki dan segera menekan bel rumah itu. Tidak lama kemudian, Darren yang mengenakan kaos polos berwarna merah marun itu membuka pintu.
"Kalian, ngapain?" tanya Darren yang masih berdiri di pintu.
"Wah, makin gendut aja kamu, Sa. Udah berapa bulan?" tanya Darren pada Salsa dan Salsa menjawab kalau kehamilannya sudah menginjak usia 5 bulan.
"Suami kamu jagain dengan baik? Kalau tidak bilang sama aku," kata Darren seraya menatap Akmal yang melingkarkan lengannya di lengan istrinya.
"Tamunya di luar aja ini?" timpal Akmal dan Justin yang tanpa di persilahkan masuk itu sudah menerobos Darren dan segera ke ruang tengah, lalu menjatuhkan dirinya di karpet di permadani disusul oleh yang lainnya.
"Seorang Darren menyelamatkan wanita, eh malah ke tusuk, gimana ceritanya, sih?" tanya Justin seraya menatap Darren yang duduk di sofa.
"Siapa sangka kalau preman itu bawa pisau, tau begitu sudah ku beri!" kata Darren dan Salsa yang sedang memainkan ponselnya itu diam-diam mengambil gambar Darren untuk dikirim ke Rossi.
Rossi yang menerima foto itu tersenyum, ia senang karena Darren baik-baik saja.
Lalu, Rossi membalas pesan Salsa dengan menanyakan foto Darren yang lain, misalnya saat Darren tersenyum.
Secepat kilat, Salsa membalas pesan itu, "Ada." Dan Salsa membalas seraya mengirim foto Darren yang sedang tersenyum, kali ini, Salsa mengirim foto Darren bersama dengan yang lainnya.
"Hmm," jawab Rossi.
"Kenapa? Kangen, ya? Ayo cepat pulang," balas Salsa dan Rossi pun tak membalas lagi, Rossi sedang mencetak foto-foto itu, ia memajang di cermin meja riasnya.
****
Singkat cerita, sekarang, Darren mengantarkan semua temannya ke depan dan setelah itu, Darren kembali menutup pintu rumahnya.
Sementara itu, di mobil Justin, Akmal sedang mewawancarai istrinya, "Kamu tadi ngapain? Kirim gambar ke Rossi?"
"Kok tau?" tanya Salsa seraya tersenyum.
"Ya, semoga aja kebersamaan kita ini bisa buat dia rindu dan mengurungkan niatnya memperpanjang kontrak!" timpal Akmal seraya menarik nafas.
"Lagian aku heran dan yang buatku heran lagi itu si Darren," gerutu Justin seraya memarkirkan mobilnya dan Justin memberi uang rokok pada satpam yang membukakan pagar.
"Terima kasih, Mas Justin," ucap satpam dan Justin membunyikan klakson.
****
Esok harinya, di rumah Sam, Ana mendapatkan kabar kalau anaknya sedang sakit dan itu membuat Ana ingin cuti.
"Bu, saya harus pulang kampung, anak saya sakit, boleh, Bu?" tanya Ana pada Viona yang sedang menyuapi Lovely.
"Mau bagaimana lagi, sus. Anak suster juga membutuhkan suster, sebentar," kata Viona seraya bangun dari duduk, lalu, suster Ana melanjutkan untuk menyuapi Lovely.
Tidak lama kemudian, Vio datang dengan membawa amplop. "Ini untuk anak kamu berobat, jangan lupa kembali lagi, ya, sus!"
Suster merasa terharu oleh kebaikan Viona dan Suster Ana dengan bersemangat mengiyakan untuk kembali.
Lalu, Vio melanjutkan untuk menyuapi Lovely dan tidak lama kemudian, Viona mendapatkan panggilan dari Sam. Sam mengatakan kalau dirinya tidak pulang, Sam harus keluar kota.
Vio menarik nafas dalam, "Suster Ana pulang kampung, Mas Sam sedang sibuk, sedangkan Mami sedang banyak kerjaan, kamu ikut Mami ke toko, ya," kata Vio pada Lovely.
Benar saja, Viona mengajak Lovely ke toko dan saat melewati restoran Je bekerja, Viona melihat Je sedang dimarahi dan entah karena apa, Vio tak mengetahui.
Merasa bukan urusannya, Vio pun melanjutkan langkahnya ke toko.
Di restoran, Je sedang menangis di dapur dan siapa yang perduli pada karyawan baru itu.
Dan karena butuh pekerjaan, Je tetap bertahan. Dan Je yang harus kuliah itu tidak mendapatkan ijin untuk keluar.
Lalu, Je pun memutuskan untuk berhenti.
Je yang pulang cepat itu mendapatkan pertanyaan dari ayahnya.
"Tumben, kamu pulang cepat?" tanya Ayah Je yang sedang memandikan burung di teras.
"Iya, Je tidak betah jadi Je keluar," jawab Je.
Lalu, Je dan Ayahnya itu melihat dua ibu-ibu yang sedang bergosip di depan pagar rumahnya.
"Lihat, calon RT. Siapa yang akan milih dia?" tanya si ibu ke ibu satunya.
"Iya, anaknya dibiarkan pulang malam, ngurus anak saja tidak becus apalagi ngurus warga," cibir ibu satunya.
Mendengar itu, Je menjadi sedih dan meminta maaf pada Ayahnya.
"Ayah, kemarin, Je pulang telat karena sudah membuat anak orang celaka."
"Apa?" tanya Ayah Je yang terkejut.
Je pun menjelaskan dan singkat cerita sekarang, Je sudah bertamu di rumah Darren.
"Maaf, ada apa ini?" tanya Darren pada Ayah Je.
"Terima kasih sudah menolong anak saya dan saya juga minta maaf karena dia, Mas jadi terluka," ujar Ayah Je seraya melirik pada Je.
Je tersenyum menunjukkan gigi rapinya.
Lalu, Ayah Je merasa kalau dirinya ingin ke toilet dan Darren menunjukkan toilet itu.
Seraya menunggu, Darren menatap Je yang sedang duduk di depannya.
"Saya yang terluka, kenapa kamu ikut pingsan?" tanya Darren dan Je tidak tau harus menjawab apa, karena ia hanya takut.
"Ditanya itu jawab," kata Darren.
"Astaga," ucap Je dalam hati.
Akan kah Je menjawab dengan jujur pertanyaan itu?
Dukung authornya, ya. Dengan like dan komen, jangan lupa difavoritkan juga, ya.
Yang baik hati boleh kasih bintang lima dan vote/giftnya. Terima kasih yang sudah mendukung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟIRATSEL🎀JINDA🍒⃞⃟🦅
lah si je takut darah liat darah keluar ya langsung meleot lemes
2023-05-07
0
☠ᵏᵋᶜᶟIRATSEL🎀JINDA🍒⃞⃟🦅
kangen Yo balik ngendep wae disana cuma hanya pasang fotonya aja emang bisa mengobati rasa rindumu dengan hanya itu
2023-05-07
0
☠ᵏᵋᶜᶟIRATSEL🎀JINDA🍒⃞⃟🦅
Weh ada yang jadi cctv diam-diam rupanya
2023-05-07
0