Darren kembali ke kantornya dan apa usaha yang Darren dirikan?
Ya, Darren adalah anak dari pengusaha kaya, tetapi, Darren tidak mau bergantung pada ayahnya.
Dan Darren membangun usahanya sendiri di bidang travel dan ekspedisi.
Sekarang, Darren yang sedang duduk di kursi kebesarannya itu di temani oleh temannya, teman dari semasa duduk di bangku SMA.
"Ren, kenapa kamu tidak jujur sama Rossi?" tanya Justin, sahabat Darren.
"Mau jujur yang bagaimana? Dia mengganti nomor ponselnya dan kamu tau, hanya aku yang tidak dikirimi kabar olehnya," dengus Darren pada Justin.
Justin menarik nafas, ia merasa gemas pada Darren dan Rossi, keduanya sama-sama rindu, tapi, sama-sama tidak mau mengatakannya langsung.
"Ya sudah, kalau nanti ada yang ngembat Rossi, jangan nangis kamu!" kata Justin seraya menyulut rokok yang diapitnya.
Lalu, Darren mengambil rokok itu, Darren membuangnya ke lantai dan diinjaknya. "Kamu tau, aku tidak suka asap rokok!" protes Darren dan Justin menatapnya tajam.
Setelah itu, Justin mengambil jasnya, ia keluar dari ruangan Darren.
"Aku mau ke kelab, cari cewek, ikut?" tanya Justin yang masih berdiri di pintu.
Dan karena tak ada jawaban, Justin pun menutup pintu itu dan tidak lagi mengganggu ketenangan Darren.
Dan setelah mendengar nama Rossi, Darren pun menjadi kesal, ia melampiaskan perasaannya dengan terus bekerja.
Lalu, Darren yang masih terus memikirkan ucapan Justin itu pun mengambil ponselnya, ia menatap pesan dari Justin yang mengirimi nomor Rossi.
"Astaga, ok... Ross, kita lihat, siapa dulu yang akan menghubungi!" ucap Darren, setelah itu, Darren kembali menyimpan ponselnya ke saku celananya, lalu, Darren bangun dari duduk.
Pria tampan dengan berewok tipis itu merasa lapar dan memilih untuk pulang.
Di jalan, Darren harus mengerem mendadak saat tiba-tiba sebuah motor berhenti tepat di depan mobilnya.
Darren hanya diam, ia sedang menunggu dan memperhatikan gadis yang sedang turun dari motornya, lalu, gadis itu mendorong motornya ke tepi dan saat Darren melewatinya, ia masih ingat dengan wajah itu, wajah gadis yang telah menolong Lovely di mall siang tadi.
Tidak ada yang Darren lakukan, bahkan berniat untuk memberikan bantuan pun tidak dan Darren sempat melihat dari spionnya, terlihat kalau gadis itu mencoba menghubungi seseorang, lalu, datang dua preman yang berniat merampas ponsel dan dompetnya.
Darren menghentikan mobilnya dan masih memperhatikan dari spion.
"Tolong atau tidak?" tanya Darren dalam hati.
Dan untuk membalas budi, Darren pun memilih untuk menolong.
Darren turun dari mobil dan menghampiri gadis yang mengenakan helm bulat berwarna putih.
"Kenapa motornya?" tanya Darren yang sedang berjalan mendekat dan gadis itu melihat kearah Darren. Melihatnya, ia pun segera berjalan dan berlindung di belakang Darren.
"Tolong, motorku mogok dan mereka merampas ponsel," kata si gadis seraya menyentuh lengan Darren dan Darren segera menurunkan lengan itu.
"Bukan muhrim!" kata Darren dengan begitu datarnya.
Lalu, Darren meminta pada dua preman itu untuk mengembalikan ponsel hasil rampasannya.
"Tukar uang, kami mau beli minum, nanti ponsel ini saya kembalikan," jawabnya.
"Tidak ada uang!" kata Darren.
"Maka tidak ada ponsel!" kata si preman seraya berbalik badan dan berlalu begitu saja.
Tentu saja, Darren tidak membiarkan mereka pergi dengan ponsel itu, Darren menahan dengan menepuk bahu si preman yang berjaket hitam.
Bugh! Darren langsung meninju dan seketika preman itu merasa pusing, darah keluar dari hidungnya, lalu, jatuh pingsan.
Sekarang, Darren berhadapan dengan satu preman.
"Setan!" umpat si preman seraya melayangkan tinjunya dan Darren menghindar, segera Darren mengambil tangan itu untuk dipelintir.
Karena kesakitan, preman pun meminta ampun, Darren melepaskan dengan kasar sehingga preman itu tersungkur.
Lalu, Darren mengambil ponsel yang tergeletak di aspal tanpa menghiraukan dia preman itu.
Darren menatap tanpa ekspresi dan segera berbalik badan, ia berjalan ke arah si pemilik ponsel dan belum sampai Darren sudah mendapatkan tikaman dari belakang.
"Aaaakh!" pekik Darren, ia segera menekan pinggangnya yang terluka.
Dan secepat kilat, preman yang menikamnya itu sudah lari terbirit-birit sampai ia meninggalkan temannya.
Gadis itu panik dan karena paniknya itu, ia sampai tergagap, tidak tau harus berbuat apa.
Bahkan untuk berteriak pun tidak bisa, apa yang terjadi dengan gadis itu?
Darren yang terluka itu mencoba tetap kuat, ia mengembalikan ponselnya dan bertanya, "Kamu bisa nyetir?"
Gadis yang tergagap itu hanya bisa menggeleng.
"Ck!" decak Darren seraya berjalan perlahan ke arah mobilnya dan Darren mendengar suara orang jatuh, orang itu adalah gadis yang ia tolong.
Darren yang melihat itu merasa pusing dan Darren yang baru saja membuka pintu mobilnya pun ikut terjatuh.
****
Di rumah Sam, pria itu sedang duduk bersama dengan istrinya dan juga Sarah di ruang tamu.
Darah sedang berpamitan dengan keluarga Sam.
"Apakah kamu menjual rumah itu?" tanya Sam pada Sarah.
"Tidak, rumah itu akan ku jadikan kos-kosan putri, kamu tau sendiri, di sini cukup strategis," jawab Sarah.
"Apa yang membuat Tante pindah? Apa itu kemauan Rossi?" tanya Vio seraya menatap Sarah.
"Iya, dia ingin suasana baru," jawab Sarah seraya menatap Viona.
"Iya sudah, aku harus pamit, besok aku mulai pindahan, kalau aku dan Rossi punya salah, tolong dimaafkan, ya!" kata Sarah. Setelah itu, ia bangun dari duduk.
Sam dan Vio pun ikut berdiri.
"Iya, juga sebaliknya. Sepertinya, aku yang terlalu banyak salah," kata Sam.
"Ya, memang. Salahmu banyak, dari menolakku dan selalu menolak masakanku!" jawab Sarah seraya menatap Sam.
"Ehem," Vio berdehem, mengingatkan keberadaannya.
"Iya, aku hanya bercanda," ucap Sarah seraya mengusap lengan Viona.
Dan saat itu juga, ponsel Sam berdering, setelah menerima panggilan dari Dandi, Sam pun menjadi panik.
"Apa? Di rumah sakit?"
"Siapa yang sakit?" tanya Viona.
"Darren di rumah sakit," jawab Sam.
Singkat cerita, sekarang, Sam dan Viona sudah ada di ruang rawat Darren dan Darren yang sudah membuka matanya itu melihat semua orang berdiri berjajar di samping brangkarnya.
Dan tatapan Darren berhenti pada gadis yang sedang menggigit ujung lengan jaketnya.
****
Di Jepang, Rossi yang sudah terlelap itu mendapatkan pesan dari Sarah, ia mendengar kabar kalau Darren ada di rumah sakit.
Rossi yang menyipitkan mata itu mengambil kaca matanya dan setelah terlihat jelas, Rossi pun membulatkan mata.
Rossi segera membalas pesan dari Ibunya. "Mah, apa yang terjadi, kenapa dengan Darren?"
"Dia berkelahi dengan preman," jawab Sarah singkat.
"Astaga, apa sekarang dia jadi berandalan?" gumam Rossi dalam hati dan setelah mengetahui apa yang terjadi dengan Darren, Rossi kembali meletakkan ponselnya ke ranjang.
Rossi menarik rambutnya frustasi. Lalu, Rossi kembali mengambil ponselnya, ia mencari nama Darren yang tersimpan rapih di sana.
Tetapi, Rossi hanya menatap, ia ragu antara harus menghubungi atau tidak.
Bersambung.
Dukung authornya, ya. Dengan like dan komen, jangan lupa difavoritkan juga, ya.
Yang baik hati boleh kasih bintang lima dan vote/giftnya. Terima kasih yang sudah mendukung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Bukan muhrim!
Makanya halalin. Gitu aja kok ribet🤣
2023-05-07
1
Embun
sama² enggan menghubungi duluan,mau sampe kapan? lama² itu darren di embat gadis yg nolong lovely baru tau Ros
2023-05-07
0
Nona M 𝓐𝔂⃝❥
lah.. gengsinya sama sama gede....
2023-05-07
1