Je hanya tersenyum, ia merasa kalau dirinya tidak perlu menjelaskan apapun tentangnya pada orang lain.
Tidak lama kemudian, Ayah Je sudah datang dan setelah Darren memaafkan juga tidak meminta ganti rugi, Ayah Je pamit undur diri dan Darren mempersilahkan.
Di perjalanan, Je menepuk bahu ayahnya, "Ayah, sekalian ke kampus, Je ada kuliah," katanya.
Tanpa menjawab, Ayah Je membelokan motornya ke arah kampus.
Sesampainya di sana, Ayah Je berpesan, "Belajar yang rajin, jangan pacaran dulu, sepulang kuliah langsung pulang!"
Je mengangguk dan saat itu juga, teman Je menghampiri, ia meminta punggung tangan ayah temannya untuk dicium. "Assalamu'alaikum, Om."
"Waalaikumsalam," jawab Ayah Je.
"Ya sudah, Ayah pulang dulu," kata Ayah Je.
Dan dua gadis itu memperhatikan sampai lelaki tua tersebut tak terlihat.
"Je, ayo ke kantin," ajak teman Je dan Je mengiyakan, seraya berjalan Je menceritakan kejadian beberapa hari lalu.
"Kok kamu tidak cerita? Sudah tidak anggap aku teman, ya?"
"Bukan begitu, kamu tau pria yang menyelamatkanku siapa?" tanya Je seraya menatap temannya.
"Siapa? Batman?"
"Astaga, kamu pikir ini cerita apa?"
"Hehe, bercanda."
Lalu, Je melingkarkan lengannya di lengan temannya itu. "Kamu ingat Mas-Mas yang di mall yang aku katain Bapak-Bapak jaman now."
"Oh, itu. Iya kenapa?" tanya teman Je seraya melepaskan tangan Je.
"Dia yang menyelamatkanku dan dia tertusuk pisau preman," kata Je dengan lemas.
"Apa, jangan bilang Mas ganteng itu mati," sergah teman Je dan Je menoyor kepalanya.
Je menggelengkan kepalanya. "Astaga, bukan seperti itu ceritanya," gerutu Je.
"Tapi, kamu baik-baik saja, kan?" tanya teman Je.
"Aku baik, Rum. Tapi setelah lihat darah, kamu tau sendiri tanpa aku ceritakan," jawab Je.
"Syukurlah kalau kamu baik, kamu berhutang nyawa padanya, Je." Temannya itu mengingatkan dan Jeje mengangguk.
Sesampainya di kantin, Je menceritakan semua yang dilaluinya dan temannya itu menyemangati walau yang disemangati tetap loyo.
****
Keesokannya, pagi-pagi sekali Je sudah ada di depan pintu rumah Darren dan Darren yang akan berangkat bekerja itu terkejut melihatnya.
"Kamu, ngapain di sini?" tanya Darren seraya kembali menutup pintunya, Darren berjalan melewati gadis itu begitu saja.
"Saya tidak ada pekerjaan, siapa tau Mas Darren membutuhkan sesuatu, untuk beberapa hari aku akan jadi asisten tanpa jasa alias percuma untuk Mas Darren." Je menjawab dengan terus mengikuti langkah kaki Darren yang menuju ke mobilnya terparkir.
"Tidak ada," jawab Darren tanpa melihat ke belakang.
"Yakin, apa aja loh. Gratis," bujuk Je.
Lalu, Darren menghentikan langkah kakinya, ia berbalik badan dan Je yang harus menabraknya.
"Aduh, kalau berhenti itu pakai aba-aba, dong," protes Je dan Darren segera mendorong kepala Je menggunakan telunjuknya supaya membuat jarak antara keduanya.
Gadis cantik berpenampilan tomboi itu mendengus sebal.
"Tidak ada dan berhenti menemuiku!" ucap Darren yang kemudian pergi meninggalkan gadis itu yang masih mematung.
"Ini semua gara-gara Ayah, Ayah yang memaksa aku untuk bertanggung jawab, pria seperti itu mana mungkin membutuhkan orang lain, lagi pula dia sudah terlihat baik-baik saja," ucap Je pada dirinya sendiri.
Lalu, Je pun pergi dari rumah Darren, ia berjalan kaki untuk menghabiskan waktunya, setelah itu, Je melihat pangkalan ojek dan Je meminta diantarkan ke sebuah bengkel untuk mengambil motornya.
Sesampainya di sana, "Bang, sudah beres belum?" tanya Je pada orang bengkel.
"Sudah, kemana saja, kenapa baru diambil?"
"Tidak ada uang, Bang." jawab Je singkat, lalu, Je yang mengeluh itu bertanya, "Ada lowongan tidak, Bang?"
"Di sini tidak ada, tapi di toko depan ada," jawabnya seraya menunjuk toko perlengkapan bayi di seberang jalan yang tanpa Je tau kalau toko itu adalah milik Viona.
Lalu, Je membayar, kemudian Je pergi ke toko depan.
"Silahkan, ada yang bisa kami bantu?" tanya Nafiska pada Je.
Ya, Nafiska dipercaya oleh Vio untuk menjadi kepala toko di toko utamanya.
Je menggelengkan kepalanya membuat Nafiska menjadi bingung. "Lalu?" tanya Nafiska pada Je.
"Saya mau melamar kerja," ujar Je.
Nafiska mengangguk, ia pun meminta surat lamarannya dan Je yang belum menyiapkan itu pun mengatakan kalau akan secepatnya menyiapkan dan meminta pekerjaan itu untuk tidak diberikan pada yang lain.
Nafiska menjawab kalau dirinya tidak berjanji dan itu membuat Je sedikit gugup.
Je segera pulang untuk mengambil surat lamaran yang sudah ia siapkan. Ya, Je sudah menyiapkan beberapa surat lamarannya dan secepat kilat, Je sudah ada di toko Vio.
Nafiska menghubungi Vio, mengatakan kalau ada calon karyawan baru dan Vio yang sedang ada di rumah itu segera ke toko.
Sesampainya di toko, Vio yang mengenalinya pun menerimanya.
"Terima kasih, Mbak," ucap Je dan Je menjelaskan kalau dirinya juga kuliah dan meminta waktu untuk itu.
Mendengar itu, Vio yang dulu sangat ingin kuliah pun menjadi tak tega, Vio yang menggendong Lovely pun mengiyakannya.
"Terima kasih, Mbak. Mbak memang baik," ucap Je, lalu, Je yang gemas dengan Lovely itu segera mencubit pipinya.
"Kamu cantik sekali," puji Je pada Lovely.
Dan karena pekerjaannya sudah menanti, Vio mengatakan kalau Je bisa bekerja hari ini. Setelah itu, Vio mengajak Lovely untuk ke atas.
Je dan Nafiska memperhatikan itu, lalu, Nafiska bertanya, "Siapa namamu?"
"Jeje," jawab Je singkat.
"Bisa bawa motor?"
"Tidak, karena berat, mengendarai motor saya bisa," jawab Je ssraya tersenyum pada Nafiska dan Nafiska menatapnya datar.
Lalu, Nafiska memberikan tugas utamanya yaitu membawa karung berisi paket.
"Ini, kamu antar ke ekspedisi yang ada di sana, ingat jangan salah, ya!" pesan Nafiska dan Je pun mengiyakannya.
Dan sesampainya di ekspedisi tersebut, Je melihat Darren, ia menarik nafas dan merasa kalau dirinya berjodoh.
"Mungkin kita berjodoh, Mas. Buktinya, kita bertemu lagi," kata Je dalam hati.
"Astaga, apa yang ku pikirkan, siapa dia dan siapa aku, bagaikan langit dan bumi!" lanjut Je.
Je yang sedang menurunkan karung kecil dari motor itu melihat Darren sedang mengomel.
"Astaga, ditinggal sebentar saja berantakan, kalian lihat itu, kenapa banyak barang yang belum dikirim?" omel Darren pada karyawannya seraya menunjuk barang-barang yang menumpuk.
Lalu, Darren yang merasa diperhatikan itu melihat kearah Je dan Darren bertanya, "Apa kamu lihat-lihat?"
Je menggelengkan kepala dan Darren yang berkacak pinggang itu meninggalkan semua orang masuk ke dalam.
"Astaga, galak amat, amat saja tidak galak, loh!" kata Je dalam hati.
Lalu, Je memberikan paket miliknya dan karena dari toko Viona, Je hanya perlu mengantarkannya saja.
"Resinya mana?" tanya Je dan karyawan Darren menjawab kalau nanti akan diantar.
"Oh, baiklah," jawab Je dan Je pun segera kembali ke toko.
Sesampainya di toko, Je mendapatkan pertanyaan dari Nafiska, "Resinya mana?"
"Katanya nanti diantar," jawab Je.
"Astaga, ada customer yang sudah meminta Resi," kata Nafiska.
Jeje menjadi bingung dan menggaruk kepalanya.
Lalu, Je bertanya apa saja pekerjaannya dan Nafiska menjelaskan kalau pekerjaannya hanya perlu menurut.
Dan bagi Je ini adalah sangat aneh dan pertama kalinya mendapatkan pekerjaan yang pekerjaannya hanya menurut.
Bersambung..
Dukung authornya, ya. Dengan like dan komen, jangan lupa difavoritkan juga, ya.
Yang baik hati boleh kasih bintang lima dan vote/giftnya. Terima kasih yang sudah mendukung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟIRATSEL🎀JINDA🍒⃞⃟🦅
ya ampun dikatain Bapak bapak jaman now gak tuh si Derren, kalo ketemu lagi malu pasti kamu 🤣
2023-05-07
0
☠ᵏᵋᶜᶟIRATSEL🎀JINDA🍒⃞⃟🦅
nah iya jangan pacaran dulu belajar yang rajin biar jadi sarjana. nanti kalo pacaran urusan tugas kampus di lalaikan ditambah belum ada sakit hatinya pasti
2023-05-07
0
ᶯᵗ⃝🐍𝚖𝚋 𝚠𝚊𝚔𝚝𝚞 𝐀⃝🥀
Astoge jeje🤣🤣🤣🤣🤣di tanya bawa motor bisa atau gk malah jawab berat 🤣.
Tapi bener jee 🤣klo nyetir mah gk berat yaa
2023-05-07
0