Chapter 4

Kanaya telah sampai dirumah temannya bernama Nita.

"Kanaya kamu kemana aja sih, kemarin aku main kerumah mu tapi kok rumah mu kosong ga ada orang,"

"Aku sudah pindah rumah, Ibuku sudah menikah lagi."

"Apa? Tante Atika menikah lagi, bukannya Ayah belum lama meninggal, kok Ibumu tega sekali."

"Ya aku juga hanya bisa pasrah yang penting Ibuku bahagia,"

"Hem jadi kapan kamu akan kerja di Cafe lagi?"

"Aku belum tahu." Nita dan Kanaya bekerja di sebuah Cafe yang tidak jauh dari rumah lamanya, namun sekarang Kanaya belum bisa kembali bekerja disana karena ia takut Kakak tirinya tidak mengizinkan di bekerja diluar.

"Sebenarnya aku kesini mau curhat sama kamu Nit." Ujarnya.

"Lah mau curhat kok minta izin dulu, kan biasanya kamu selalu curhat sama aku. Makin kesini sikap mu semakin aneh Kanaya."

Kanaya menceritakan awal mula pernikahan Ibunya kemudian ia tinggal dirumah mewah bersama Kakak tirinya yang angkuh dan sombong, serta kejadian tadi ia menceritakannya pada Nita membuat Nita tertawa geli mendengarkan cerita Kanaya.

"Astaga Kanaya, bisa bisanya kamu terjebak seperti itu. Aku juga kalau jadi kamu sepertinya aku ingin menghilang dari muka bumi ini."

"Makanya aku kesini karena aku benar benar tidak enak tinggal disana apalagi dengan kejadian tadi, ini membuatku malu hiks aku benar benar ingin kabur dari sana tapi aku tak bisa karena sudah janji pada Ibu dan Ayah angkatku."

"Selamat bertahan disana Kanaya hahaha," Nita bukannya memberi solusi tapi ia malah menertawakan Kanaya.

Arkan baru saja mencari Kanaya ke kamarnya namun Kanaya tidak ada disana membuat akan bertanya tanya kemana perginya dia.

"Apa tuan mencari nona Kanaya?" Tanya bi Atum.

"Iya dimana dia."

"Nona Kanaya tadi menitip pesan pada bibi, katanya dia mau main kerumah teman kuliahnya."

"Dasar anak kecil sukanya keluyuran, awas saja kalau nanti pulang akan ku beri perhitungan." Tegasnya.

Kemudian Arkan kembali keruang kerjanya karena hari ini hari libur ke kantor jadi Arkan menghabiskan waktu di ruang kerjanya.

Walaupun ada Ana tapi ia tak pernah menemani Arkan, Ana hanya fokus dengan ponselnya apalagi minggu sekarang sedang ada job.

Mereka berdua memang seperti pasangan romantis jika orang yang melihatnya, namun tidak dengan kenyataannya mereka berdua selalu sibuk dengan pekerjaannya.

Terkadang Arkan merasa jenuh dengan sikap Ana yang tak peduli padanya, namun kejenuhan itu ia alihkan pada pekerjaannya.

"Nit kita makan bakso di tempat biasa yuk, aku lapar nih belum sarapan."

"Ya udah ayo, aku juga sudah lama tidak makan bakso disana." Kata Nita.

Kemudian Nita dan Kanaya pergi ke tempat penjual bakso makanan favorite mereka berdua.

"Bang pesan baksonya dua ya,"

"Siap neng."

"Akhirnya aku bisa makan bakso lagi, bakso memang makanan terenak bagiku."

"Dasar orang kaya makannya yang enak enak mulu, sekarang rindukan sama rasa bakso makananmu."

"Nita walaupun aku tinggal dirumah mewah tapi aku tak menikmatinya, aku disana hanya jadi pembantu bukan tuan rumah."

"Tetap saja kamu bisa menikmati makanan orang kaya, suasana yang nyaman juga. Sekalu kali nanti ajak aku kesana ya,"

"Hem iya nanti aku izin dulu sama Kak Arkan, aku takut dia marah kalau bawa orang lain kerumahnya."

"Ini neng baksonya, selamat menikmati bakso bang supri."

"Terima kasih bang."

***

Arkan terus saja mondar mandir membuat Ana pusing melihatnya.

"Mas bisa diem gak sih dari tadi mondar mandir terus. Lagi mikirin apa sih?"

"Kanaya, kenapa dia belum pulang."

"Biarkan saja mas, namanya juga anak muda."

Kanaya baru saja sampai dirumah Arkan, ia ketiduran di rumah Nita sampai lupa untuk pulang.

"Akhirnya sampai, semoga Kak Arkan gak marah." Gumamnya.

Kanaya masuk kedalam dengan cara mengendap endap, ia terus saja melirik kesamping dan kebelakang untuk mencari aman. Namun tiba tiba, Brukkkkk....

"Auh sakit," Ternyata Kanaya menabrak Arkan dengan tatapan yang tak bisa di artikan.

"Kak Arkan, a aku minta maaf."

"Berani sekali kamu pergi dari rumah tanpa izin dariku."

"Maaf Kak, aku buru buru jadi gak sempat izin sama Kakak."

"Kalau begitu kau harus menerima hukuman dariku, kau tahu tinggal dirumah ini tidak gratis tapi kau malah seenaknya pergi tanpa izin dariku."

"Tapi aku sudah titip pesan sama bi Atum Kak."

"Alasan saja kamu." Ketusnya.

Arkan sedang memikirkan hukuman apa yang pantas untuk Kanaya?

"Aku permisi dulu Kak." Baru saja Kanaya melangkah namun bajunya malah ditarik oleh Arkan sehingga ia terpaksa mundur lagi kebelakang.

"Kak lepaskan bajuku."

"Berani sekali kamu melawanku, kalau begitu malam ini kau tidur diluar." Ujarnya.

"Apa maksud Kakak, aku tidak mau Kak. Besok aku harus kuliah gimana kalau aku sakit gara gara tidur diluar."

"Aku tak peduli," Kata Arkan kemudian ia meninggalkan Kanaya yang masih mematung dengan rasa kesalnya.

"Mas Kanaya sudah pulang ya, sekarang dia ada dimana?"

"Mas kok diam aja sih, apa kamu melakukan sesuatu pada Kanaya," Sambungnya lagi.

"Ya aku menghukumnya, aku menyuruhnya malam ini dia tidur diluar."

"Astaga mas, bisa bisanya kamu sekejam itu pada Kanaya. Dia masih muda loh mas, masih butuh perhatian dari kita."

"Aku tak peduli." Singkatnya.

Ana menggerutu kesal pada Arkan, padahal ia ingin meminta Kanaya untuk memijitnya agar besok badannya lebih segar untuk pergi ke Amerika, padahal ada pelayan khusus memijat tapi Ana lebih suka dengan pijatan Kanaya yang menurutnya enak dan nyaman.

Kanaya masih duduk termenung di kamarnya, ia benar benar tidak bisa tidur diluar karena ia sangat tidak kuat dengan dinginnya malam.

"Kanaya," Panggil Arkan yang tiba tiba masuk ke kamar Kanaya.

"Kak Arkan sejak kapan disini." Kanaya langsung menutupi badannya dengan selimut, karena ia hanya memakai celana yang sangat pendek.

"Cih ditutupi segala, lagian aku gak terpesona dengan paha mu itu, apalagi dada mu yang masih kecil." Ujarnya tanpa rasa malu membuat Kanaya melotot tak percaya dengan ucapan Kakak tirinya itu.

"Ngapain kamu malah menatapku seperti itu, cepat sekarang juga kamu tidur diluar dan bawa selimut dan bantalmu."

"Iya Kak baik." Lalu Arkan pun pergi meninggalkan kamar Kanaya, ia tak tahu kenapa sangat senang jika bertemu Kanaya apalagi mengerjainya.

"Dia pikir aku tergoda olehnya, mana mungkin aku tergoda dengan dada rata seperti dia. Cih dasar anak kecil." Gumamnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!