Hari ini Louis dan Atika sudah berangkat ke Canada, Kanaya masih teringat dengan Ibunya baru kali ini ia berpisah jauh dengan sang Ibu. Walaupun Atika tak menyayanginya seperti dulu namun Kanaya tetap menyayangi sang Ibu.
"Enak ya tinggal dirumah mewah dengan santainya tiduran," Sindir Arkan yang berada di ambang pintu.
Kanaya pun dengan terburu buru bangun dari tempat tidurnya, ia merasa malu jika Arkan sudah angkat bicara.
"Maaf Kak,"
"Sekarang cuci baju ku dan juga baju Ana, kamu tinggal disini tidak gratis."
"Iya Kak, akan ku lakukan."
Arkan tertawa puas dalam hatinya mengerjai Kanaya, ia sebenarnya belum bisa menerima Kanaya sebagai Adiknya. Arkan sangat senang sekali setelah kepergian sang Ayah, ia bisa memperlakukan Kanaya sesuka hatinya.
"Mas ngapain kamu senyum senyum gitu?" Tanya Ana yang tiba tiba ada dibelakang Arkan.
"Sayang, sejak kapan kamu disini?"
"Dari tadi, aku melihat mas memperlakukan Kanaya seperti itu, apa mas tidak takut nanti Kanaya memberitahu Ayah tentang perilaku mu."
"Tidak akan pernah, ia tidak akan berani."
"Mas kamu ini kenapa sih harus jahat sama Kanaya, aku gak mau kalau suatu hari nanti Ayah mencabut jabatan mu sebagai CEO hanya gara gara sikap mu itu."
"Tenang saja sayang, aku ini anak tunggal, tidak akan ada yang bisa menggantikan posisi ku,"
"Maka dari itu kamu harus berhenti sebagai model, aku ini kaya raya apapun yang kamu mau akan ku lakukan." Sambungnya lagi.
"Tidak bisa mas, aku masih ingin menata karir ku."
"Ana sampai kapan kamu akan terus mengejar karir mu, apa kamu kekurangan harta hah, kau ingin istana pun akan ku buatkan."
"Bukan itu mau ku mas, aku hanya ingin sukses dengan cita cita ku."
"Lalu kapan kau akan mengandung anakku, usia ku sudah kepala tiga Ana, apa kau tak mengerti dengan keadaanku."
Kanaya melihat perdebatan suami istri, ia baru tahu kalau Ana mementingkan pekerjaannya. Kanaya hanya menggelengkan kepalanya ia tak mengerti tentang rumah tangga yang dijalani Kakak tirinya itu.
Ana pun pergi meninggalkan Arkan yang masih berdiri dengan kekecewaannya pada Ana.
"Argh sial." Branggggg,, Arkan melempar cangkir yang ada dimeja membuat Kanaya berteriak karena kaget dengan suara pecahan beling.
"Kanaya." Teriak Arkan, dengan cepat Kanaya berlari ke arah Arkan.
"Ya Kak ada apa?"
"Cepat bereskan semua ini jangan sampai ada yang tersisa."
"Iya Kak." Kanaya hanya bisa menurut saja pada Arkan karena ia sadar diri tinggal dirumah orang lain, Kanaya pun dibantu oleh bi Atum pelayan dirumah ini.
"Sayang maafkan aku." Ujar Arkan mencoba minta maaf pada Ana yang telah membuat moodnya berubah.
"Aku minta maaf soal tadi."
"Kenapa sih mas kamu selalu mengungkit tentang anak, anak, dan anak. Aku tuh bosen mendengar semua itu, apa masih kurang dengan penjelasan ku mas."
"Iya mas minta maaf, mas janji gak akan mengulanginya lagi."
"Janji ya mas, aku tak suka kamu membicarakan soal anak lagi. Aku ingin sukses dulu maka setelah itu aku akan mengandung anak mu."
"Iya sayang," Padahal hati Arkan ingin marah pada Ana yang terus saja mementingkan karirnya, namun Arkan tahan amarahnya karena ia sangat mencintai Ana.
Ting bunyi pesan dari ponsel Ana, Ana pun melihat layar ponselnya dengan tersenyum.
"Siapa sayang?"
"Ini mas besok aku harus ke Amerika, sepertinya minggu minggu ini aku banyak job sayang." Arkan terduduk lesu dengan pernyataan Ana, apa iya harus menerima kenyataan untuk ditinggal Ana lagi.
"Jadi kamu akan pergi kesana?"
"Tentu saja mas, aku tak boleh mengabaikannya."
"Sekitar berapa hari kamu disana?"
"Mungkin hanya satu minggu sayang, tidak apa apa kan aku tinggalkan kamu lagi."
"Hem ya," Jawabnya dengan lesu.
"Terima kasih mas, kamu tak perlu khawatir mas hari ini aku akan memuaskan mu."
Tanpa butuh waktu lama Arkan langsung melahap Ana dengan rakus.
Kanaya berjalan menuju ruang kerja Arkan, ia membawa sebuah kemoceng dan sapu untuk membersihkannya, namun saat melewati kamar Kakak tirinya ia mendengar ******* dari dalam.
"Suara apa itu," Kanaya yang masih polos pun penasaran, namun setelah mendengar suara Ana yang berteriak kenikmatan membuat Kanaya geli dan ingin segera pergi menghindar.
"Ini masih pagi, apa yang mereka lakukan." Dengan cepat Kanaya berlari namun ia malah kesandung gucci yang ada di pinggir tembok.
Brakkkk... "Aduh!"
Arkan dan Ana langsung segera menghentikannya kemudian Arkan membuka pintunya tanpa menggunakan baju, ia hanya menggunakan celana saja.
"Kanayaaa!" Teriaknya
"Sedang apa kau disini hah, apa kamu mengintip aktifitas ku." Pipi Kanaya langsung memerah setelah ketahuan oleh Arkan, padahal ia hanya ingin membersihkan ruang kerja Arkan tapi kenapa ia malah terjebak.
"Maaf Kak, aku tak sengaja, aku mau membersihkan ruang kerja."
"Alasan saja kamu, masih kecil berani mengintip orang dewasa hah."
Ana yang mendengar teriakan Arkan, ia langsung menghampirinya.
"Ada apa sih mas berisik sekali."
"Lihat dia sudah mengintip aktifitas kita, kau tahu gara gara kau, aku belum mencapai puncak ku." Ujar Arkan menunjukan jarinya pada Kanaya.
"Sudah mas, kau ini kenapa sih. Mungkin saja dia tak sengaja lewat kamar kita, lagian Kanaya membawa kemoceng dan sapu sepertinya dia mau membersihkan ruangan." Ana mencoba membela Kanaya, karena Kanaya sering membantunya.
"Iya Kak, aku mau membersihkan ruang kerja Kak Arkan." Ujar Kanaya.
"Alasan saja kamu, awas kalau berani seperti ini lagi, aku akan menghukum mu." Tegas Arkan. Lalu kemudian Kanaya pun pergi dengan cepat menuju kamarnya, lalu ia langsung mengunci pintu kamarnya.
"Ya tuhan kenapa aku bisa kepergok begini sih, padahal aku hanya mau membersihkan ruang kerja Kak Arkan. Tapi kenapa jadi begini, aku sangat malu sekali rasanya aku ingin menghilang dari muka bumi ini." Gumamnya.
"Mas kamu ini kenapa selalu marah pada Kanaya, Kanaya itu gadis yang baik dan penurut."
"Tetap saja aku tak suka dengan kehadirannya , aku membencinya karena dia telah masuk kedalam keluarga Pratama."
"Gak bisa gitu dong mas, kan semua itu juga karena Ayah Louis yang mencintai Ibunya Kanaya." Ana mencoba memberikan pengertian pada Arkan.
"Gimana kalau besok aku pergi ke Amerika, apa kamu akan memperlakukan dia dengan kejam." Tanya Ana lagi.
"Aku tidak sejahat itu sayang, jangan pikirkan tentang dia."
"Hem ya sudah,"
Pagi ini Kanaya akan pergi menemui teman kuliahnya, sebelum pergi ia ingin berpamitan dulu pada Arkan dan juga Ana tapi ia merasa malu atas kejadian tadi.
"Apa aku pergi saja ya? kalau gitu aku titip pesan saja sama bi Atum." Gumamnya, kemudian Kanaya menemui bi Atum untuk memberitahunya bahwa ia akan menemui teman kuliahnya.
Kanaya berjalan menyusuri jalan yang sepi tanpa ada kendaraan yang lewat, ia merasa sangat senang sekali keluar dari rumah Arkan. Namun ia bingung sudah berjalan jauh tapi ia masih belum menemukan taxi ataupun kendaraan lain.
"Sampai kapan aku harus berjalan, ini sangat melelahkan. Kenapa aku tak menerima tawaran bi Atum saja untuk diantar oleh mang Sardi, ternyata benar kata bi Atum susah mencari kendaraan di sekitar sini. Kalau begitu aku pesan gojek saja." gerutunya dengan kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments