" Lian? Hai kok malah bengong, cuma berdiri di pintu pagar. Ayo masuk sini." Ajak Ratih dengan menggamit lengan Liany dan berjalan ke arah rumah kecil yang asri dengan banyak pohon rindang dan semak semak di halamannya.
Kemudian mereka duduk di teras rumah.
" Udaranya gerah banget siang ini, mau minum air es?" Tanya Ratih menawari Liany.
" Tidak usah Tih. Trimakasih." Tolak Liany dengan halus.
" Lian? Kenapa diam aja, jangan sering melamun. Tidak baik". Ratih menggelengkan kepalanya, melihat sahabatnya suka melamun dan berdiam diri.
" Ehh, sorry maksudku maaf, Tih. Lagi fantasi pikiran nih." Sergahnya dengan sungkan dan tersenyum malu karena Ratih pasti tahu kalau dirinya terlalu banyak berpikir bahkan sering melamun.
" Gimana keadaanmu, Lian?. Apa sudah di pikirkan sebelum perutmu tambah buncit loh."
" Cuma menghindari gosip tetangga saja." Ucap Ratih.
Ketakutan Ratih tambah melebar karena Liany 2 minggu lebih belum mengambil keputusan apapun. Untuk menerima saran darinya dengan nikah kontrak.
Karena bagaimana juga tinggal di desa lebih banyak orang yang bergosip. Ratih juga tidak tega melihat Liany menjadi bahan perbicangan ibu ibu di kampung mereka.
"Rasanya akan sulit, jika menikah tanpa di dasari cinta, apalagi aku juga sudah mengandung anak orang lain." Keluh Liany dengan menatap wajah Ratih.
" Tapi tak ada salahnya mencoba, karena kamu gak akan rugi, jika menikah dengan Bian, selain cucu dari pewaris tunggal perusahaan kakeknya, Bian juga cinta sama kamu, Lian." Sanggah Ratih meyakinkan pendapatnya.
" Selain itu masa depanmu dan anakmu akan terjamin, tak kurang satu apapun jika menikah dengannya, karena Bian punya segalanya cinta dan harta, tidak seperti mantanmu itu." Mata Ratih mendelik dengan raut wajah yang kesal dan benci jika bicara tentang Denny.
Liany hanya diam dengan tangan bersendekap, dia sibuk mengalihkan pandangannya, dan terkadang menatap sahabatnya dengan wajah sayu.
" Tih.." jawab Liany pelan.
" Benarkan yang aku bilang, apa kamu mau membelanya setelah dia mencampakanmu dan anakmu? Dia hanya merepotkan hidupmu setelah menikmati tubuhmu." Ketus Ratih tanpa ekspresi kasihan, mengungkap kebenciannya kepada Denny.
" Maaf, Tih. Aku sudah membuat hidupku kacau sendiri dan menyusahkanmu. Sekarang apapun yang kamu inginkan untukku aku akan menurut." Keluh Liany dengan wajah memelas.
" Kalau menurutmu adalah yang terbaik menikah dengan Bian, aku akan lakukan. Kamu kabarin dia untuk bertemu dan berbicara denganku." Pasrah Liany dengan takdir kehidupannya.
" Tuhan, jangan buat aku menangisi pria seperti Denny, pria yang sudah meninggalkan dan melupakan aku, dan yang membuatku menderita seperti ini." Batin Liany sesak.
Wajah Ratih ceria seketika, saat mendengar Liany memutuskan untuk bertemu dengan Bian lagi.
" Horee sahabatku sudah bangun dari tidurnya." Teriak Ratih dengan girang, senyumnya melebar dan dia mengedipkan matanya ke arah sahabatnya dan senyum jenaka.
" Jadi.." seru Ratih menggantung kalimatnya.
" Aku menerima untuk menikah dengan Bian." Sahut Liany melengkapi kalimat Ratih barusan.
" Dan itu keputusanku yang terakhir." Liany beranjak dari tempat duduknya, berjalan ke arah taman di halaman rumah Ratih. Kemudian duduk di bangku itu.
Sementara Ratih menyusulnya dan duduk di sampingnya.
" Kamu saja yang kabarin Bian dan buat janji bertemu dengannya." Saran Ratih lagi.
" Karena tidak enak jika aku yang bicara dengan dia, kan kamu yang akan nikah dengan Bian bukan aku." Lanjut Ratih dengan tertawa nyengir.
"Baiklah akan ku lakukan". Jawab Liany singkat dan dingin. Walaupun hati Liany masih gamang dengan keputusannya ini.
Sementara di tempat lain, Bian sedang sibuk merawat kakeknya yang bernama Raden yang sedang rawat inap di sebuah rumah sakit.
Kakek Bian seperti orang tua bagi Bian,karena kakeknya yang telah membesarkan dirinya setelah kedua orangtuanya meninggal, waktu dia masih kecil.
Bagi Bian kakeknya adalah segalanya baginya, oleh karena itu sangat berat bagi Bian untuk meninggalkan kakeknya.
" Besok kamu sudah tidak usah merawat kakek lagi, kalau kamu kesini tidak dengan pacarmu." Sarkas Raden ke cucu semata wayangnya dengan arogan.
" Kakek, kenapa jadi seperti itu. Aku masih belum ke tahap serius dengannya, apalagi dia mau menyelesaikan kuliahnya ke luar negeri, kek." Ucap Bian dengan berbohong ke kakeknya.
Sebenarnya pacar Bian telah bertunangan dengan orang lain.
Bian sempat beberapa bulan yang lalu berpacaran dengan seorang gadis, tapi kini gadis itu telah bertunangan dengan orang lain.
Bian sempat kecewa tapi setelah itu dia menyadari kalau gadis itu hanya ingin hartanya saja bukan dirinya. Jadi Bian tidak terlalu terluka saat gadis itu pergi meninggalkannya.
Yang menjadi tujuan utama Bian sekarang ini adalah merebut hati Liany lagi, karena cinta Bian tak pernah padam ke Liany.
Gadis pendiam juga sangat pandai di SMA-nya dulu.
Selain itu sangat cantik dan baik. Bagi Bian Liany adalah segalanya di hatinya setelah kakeknya.
" Kakek sudah tua, Bi. Kakek ingin menggendong dan bermain dengan cucu kakek."
Rengek Raden ke cucunya.
" Kalau kamu belum dapat jodoh juga, kakek akan jodohkan kamu dengan gadis pilihan kakek." Ancam Raden dengan muka kesal.
" Kenapa bukan kakek saja yang menikah lagi, dari pada ribet jodohkan aku." Sahut Bian emosi dan asal bicara dengan ide kakeknya.
Langsung emosi Raden tersulut saat mendengar jawaban Bian.
Dan segera tangannya mengayunkan tongkatnya ke arah cucunya, dia ingin memukul kaki Bian dengan tongkat kesayangannya.
" Aduh sakit kakek!" Teriak Bian saat kakeknya memukul kakinya.
" Kakek kasih waktu kamu 2 hari untuk membawa pacarmu ke sini. Kalau tidak, kakek akan mengambil semua acces perusahaan dan hotel yang kamu kelola." Ancam Raden tidak main main ke cucunya.
" Kakek kenapa jadi kejam kepadaku. Tega sekali kakek." Rengek Bian dengan nelangsa.
" Waktumu 48 jam, sudah telpon pacarmu dan ajak ke sini!" Perintah Raden dengan santai tapi penuh kemenangan, karena berhasil membuat Bian untuk bersikap serius dan tertekan.
" Tidak segampang itu juga kan kek, memang cari pacar tinggal download seperti aplikasi di hp, downloadpun juga perlu waktu kalau sinyal jelek." Sela Bian menjawab keputusan kakeknya.
" Ya sudah kamu download sekarang pacarmu dan segera bawa sini, kakek akan segera nikahkan kalian! " Seru Raden dengan nada kesal.
" Tadi bilang pacar sibuk dan mau kuliah ke luar negeri, sekarang ketahuan masih jomblo, memang kamu mau jadi bujang lapuk?". Cibir Raden untuk mengejek cucunya.
Setelah keluar dari kamar ruangan Raden di rawat, langkah Bian menjadi lemas dan tak bersemangat.
Hatinya galau dan bingung.
" Enak saja kakek kasih waktu 2 hari untuk menemukan jodoh. Emang cari pacar mudah? Apa hanya tinggal download." Batin Bian kesel ke kakeknya.
Dtdtt ddttt dttt
Ada notifikasi di hp Bian tapi Bian begitu cuek. Dari pagi dia mematikan hp nya dan baru saja dinyalakan sudah ada notif.
Bian tidak ingin di ganggu pekerjaan di perusahaannya, selama dua hari ini dia ingin fokus merawat kakeknya.
Tapi dia tidak mengira malah sang kakek berulah, malah minta cucu segala. Justru inilah yang membuat Bian bertambah pusing.
Bian berjalan ke arah taman di rumah sakit itu, dan duduk di bangku besi di taman itu.
Dtdtt ddttt hp nya kembali bergetar.
" Siapa sih yang ganggu orang yang lagi stres. Minta di damprat kali, orang lagi bingung malah di ganggu."umpat Bian dalam hati.
Lalu tangannya merogoh kantong celana untuk mengambil ponselnya.
Lalu nampak tertera nama Liany muncul di notifikasi layar ponsel.
" Liany?" serunya terkejut saat melihat nama Liany. Segera dia membaca pesan itu.
Liany:
Bi, belum berubah pikirankah?
Apa bisa kita bertemu untuk membicarakan semua ini?
Tolong balas Bi, trimakasih.
" Ya Tuhan yang baik, apa arti semua ini, Liany mengajakku menikah. Yeiiii ." teriak Bian dengan keras, hampir terlihat jadi orang gila yang baru saja menang lotre.
Bian meloncat girang karena kabar itu baginya terlalu istimewa, selain Liany adalah gadis pujaannya, juga harapan kakeknya untuk punya cucu dan menantu akan terwujud.
" Ya ampun, mengapa aku sampai lupa untuk membalas chat Liany." seru Bian menepuk dahinya sendiri , setelah sadar dari rasa bahagianya.
Bian:
Lian, bagaimana mungkin perasaaan dan keputusanku berubah, kalau rasa cintaku masih sama seperti dulu.
Dimana kira kira tempat yang paling romantis untuk kita bisa bertemu? Lian aja yang memilih dan menentukannya.
Bagaimana kalau sore ini kita ketemu.
Bian menulis chat dengan senyum senyum sendiri, mungkin layaknya orang gila, jika ada yang melihatnya.
Tanpa di sadari oleh Bian, sahabatnya yang bernama Rafa dari tadi melihat tingkah aneh Bian. Padahal Rafa sangat ingin menjenguk kakek Bian yang sedang sakit.
Tapi saat berjalan melewati taman yang ada di depan kamar ruang perawatan Raden, Rafa melihat Bian yang lagi serius sama hp nya dan senyum- senyum sendiri.
" Sebenarnya yang di rawat Kakek atau Bian yang hampir gila ini anak." batin Rafa melihat tingkah aneh Bian yang tidak seperti biasanya.
Justru membuat Rafa jadi tersenyum sendiri melihat tingkah dan kelakuan Bian sahabatnya.
Di awali sebuah cerita mengapa kakek Bian yaitu Raden menganggap Rafa seperti cucunya sendiri. Karena mereka bersahabat sejak mereka kecil.
Rafa adalah anak yatim piatu, yang tinggal di panti asuhan, dia di tinggalkan ibunya disana, karena tidak ada suami yang bertanggung jawab atas kelahiran Rafa.
Serta Raden inilah yang menjadi donatur utama dari panti asuhan itu.
Banyak sekali anak - anak yang cerdas dan berbakat dari panti itu yang mendapat beasiswa dari Raden sampai perguruan tinggi. Salah satunya adalah Rafa, sahabat Bian dari kecil.
Mereka bersahabat saat ibu dan ayah Bian mengalami kecelakaan dalam urusan bisnis mereka, yaitu saat Bian masih kecil kira kira berusia 10 tahun.
Dan sejak saat itu kakeknya lah yang membesarkan Bian.
Di awal kejadian itu Bian mengalami rasa kesepian dan trauma yang hebat, dia menjadi anak yang pendiam dan suka mengurung diri di kamar.
Di saat saat itulah Raden sering membawa Bian ke panti asuhan tempat dia menjadi donaturnya, disitulah Bian menemukan Rafa untuk menjadi teman dan sahabatnya sampai sekarang.
Bahkan sebagian dari bisnis Bian, Rafa inilah yang menjadi orang kepercayaan Raden dan Bian untuk membantu mengelola bisnis mereka.
___________
Penasaran dengan kisah Bian?! Ikuti cerita selanjutnya ya!
Jangan lupa like dan comment yaaa! 😘💕❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments